Keberagaman Penduduk Kota New York

Keberagaman Penduduk Kota New York

New York ialah kota metropolitan terpadat di Amerika Serikat. Dengan segala keunikannya, kota ini menjadi sebuah kota nan menarik. Keberagaman dan kemajuan ekonomi ialah dua hal nan identik dengan kota ini. Dengan sumber daya manusia nan berasal dari berbagai belahan Amerika Perkumpulan (dan berbagai belahan dunia), kota ini menjadi jantung ekonomi Amerika Serikat.



Sejarah Kota New York

Kota New York memiliki sejarah nan panjang. Catatan pertama tentang kota ini ialah mengenai kunjungan pertama bangsa Eropa nan dipimpin oleh Estevao Gomes, seorang berkebangsaan Spanyol pada tahun 1524. Migrasi bangsa Eropa sendiri ke kota ini baru dimulai pada 3 September 1609, saat seseorang berkebangsaan Inggris bernama Henry Hudson tiba di sana.

Sebagaimana Christopher Columbus, Henry Hudson juga mendarat di benua Amerika secara tak sengaja saat ia hendak berlayar ke Asia. Di kota ini, Hudson menemukan banyak populasi berang-berang. Ini dianggapnya menguntungkan sebab saat itu bulu berang-berang ialah fashion nan sedang menjadi tren di Eropa. Lantas, ialah berang-berang ini nan mendorong migrasi besar-besaran ke loka nan dinamai New Amsterdam.

Seiring berjalannya waktu, nama New Amsterdam berubah menjadi New York. Rupanya, orang-orang Eropa tak datang sendirian. Mereka membawa serta budak-budak berkulit hitam asal Afrika sebagai buruh dagang, terutama orang-orang Belanda nan tergabung dalam Dutch West Indies Company.

Di akhir abad ke-17, 40% dari total penduduk kota ini ialah para budak Afrika. Budak-budak inilah nan berperan membangun berbagai bangunan dan benteng-benteng pertahanan. Sebagian di antaranya dihadiahi kebebasan oleh Dutch West Indies Company.

Di tahun 1664, Inggris menaklukkan Belanda dan mengambil alih kekuasaan atas kota ini. Mereka juga membawa budak-budak dari Afrika dan Karibia. Pada tahun 1703, 42% keluarga nan tinggal di kota ini memiliki budak nan bertugas sebagai pembantu rumah tangga dan pekerja ladang.

Kadang-kadang, seorang budak nan berbakat juga dimanfaatkan dalam bidang pertukangan, pelayaran, dan bidang-bidang lain nan memerlukan keahlian khusus. Budak-budak ialah kunci perkembangan kota ini. Puncaknya, di saat-saat revolusi jumlah budak melonjak hingga hampir seperempat dari total populasi di kota ini. Saat itu, New York menjadi kota dengan budak terbanyak di wilayah utara benua Amerika.

Di masa perang revolusi Amerika, kota ini menjadi lokasi berbagai peperangan dahsyat, termasuk di antaranya Perang Brooklyn (peperangan terbesar dalam sejarah Amerika). Perang tersebut dimenangkan oleh Inggris, sehingga Inggris menguasai kota ini sejak September 1776 sampai akhir tahun 1783.

Tahun 1780-an merupakan saat-saat krusial dalam kemerdekaan Amerika. Pada tahun 1780, kota ini dipenuhi 10.000 orang kulit hitam, nan sebagian besar telah bebas dan tak lagi menjadi budak. Para tentara Inggris mengevakuasi 3.000 budak kulit hitam nan telah dibebaskan ke kota-kota lain. Pada bulan April 1789, George Washington terpilih menjadi presiden pertama dan kota ini dipilih menjadi ibukota Amerika Perkumpulan sampai tahun 1790.

Pada pertengahan abad ke-19, gelombang imigran besar-besaran dari Eropa menyerbu kota ini. Revolusi industri nan menggema sampai ke Amerika menjadikan kota ini semakin berkembang dan modern. Setelah melewati masa-masa sulit di awal abad ke-20 (era depresi ekonomi dan Perang Global II), kota ini tumbuh menjadi kota mapan nan dipenuhi majemuk etnis dan budayanya.

Tragedi 9/11yang terjadi pada 11 September 2001silam memberi rona kelam dalam sejarah kota ini. Kejadian nan memakan korban sekitar 3.000 orang ini sempat meluluhlantakkan ekonomi dan keamanan kota ini, hingga akhirnya warganya sukses bangkit kembali.



Keadaan Geografis Kota New York

Kota metropolitan ini terletak di timur bahari Amerika Serikat, cukup dekat dengan Washington D.C. dan Boston. Kota ini berada di mulut Sungai Hudson nan terhubung langsung ke Samudra Atlantik. Akses bahari ini membantu New York berkembang dalam bidang pelabuhan dan perdagangan. Sungai Hudson mengaliri daerah-daerah di kota ini. Anak-anak sungainya menjadi sumber air higienis bagi warga kota.

Kota seluas 1.214 km2 ini terdiri atas 425 km2 air dan 789 km2 daratan. Titik tertingginya terletak di Todt Hill dengan ketinggian 124,9 meter di atas permukaan laut. Kota ini diselimuti iklim subtopis lembap. Kurang lebih 234 hari dalam setahun kota ini diselimuti sinar matahari.

Di musim dingin, cuaca nan amat dingin, berkabut, dan berangin ialah hal nan biasa. Ini ialah dampak lokasi kota nan berbatasan langsung dengan Samudra Atlantik.

Suhu di kota ini berubah-ubah setiap musim. Suhu udara normal tercatat mulai dari -12°C hingga 10°C. Di bulan Januari (puncak musim dingin) cuacanya rata-rata mencapai 0,1°C. Sementara itu, di musim semi dan musim gugur, suhu udara sulit diprediksi, biasanya hangat atau panas dan lembab.

Di musim panas, suhu udara dapat mencapai 24,7°C di siang hari dan 32-38°C di malam hari. Semakin hari suhu udara di kota ini semakin panas sebab kenyataan pemanasan kota besar (urban heat island phenomenon). Hari terdingin dan terpanas di kota ini terjadi pada 9 Februari 1934 dan 9 Juli 1936. Saat itu suhu udara terendah adalah-26°C dan suhu udara paling tinggi ialah 41°C.



Keberagaman Penduduk Kota New York

New York menyandang predikat sebagai kota terpadat di Amerika Serikat, dengan total penduduk terdata sebanyak 8.244.910 jiwa pada tahun 2011 silam. Dengan luas 1.214 km2, kota ini memiliki rata-rata kepadatan 10.630 jiwa/km2.

Dari 8 juta jiwa tersebut, 44% di antaranya ialah orang kulit putih, 25,5% di antaranya ialah orang kulit hitam, 28,6% orang Hispanik, dan sisanya ialah suku bangsa lain termasuk orang-orang Asia. Meski merupakan kaum minoritas, jumlah orang Asia di kota ini meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.

Hampir semua penduduk kota ini berasal dari luar Amerika Perkumpulan alias imigran. 36% penduduknya terlahir di loka lain. Hal ini menunjukkan bahwa kota ini ialah kota destinasi primer bagi para imigran maupun bagi warga negara bagian lain buat mengadu nasib dan merasakan gaya hayati metropolitan.

Kota ini memiliki banyak etnis Yahudi. Sebuah predikat sebagai “kota dengan komunitas Yahudi kedua terbesar di dunia” pun disematkan kepada kota ini. Komunitas Yahudi terbesar di global terletak di daerah jajahan Israel di tanah Palestina.

Selain Yahudi, etnis lain nan meramaikan kota ini ialah India dan Korea. Kota ini merupakan kota nan memilki populasi etnis India terbanyak di global Barat. Kota ini juga memiliki populasi etnis Afro-Amerika terbanyak di seantero negerinya. Keberagaman kota ini semakin lengkap dengan etnis Cina nan hayati di daerah-daerah pecinan (Chinatown). Kota ini memiliki setidaknya 6 buah pecinan nan tersebar di dalam kota.



Keadaan Ekonomi Kota New York

New York ialah kota metropolitan nan taraf ekonominya terbesar di Amerika Perkumpulan dan terbesar kedua di global setelah Tokyo. Bahkan, kota ini ialah jantung ekonomi Amerika Serikat. Pendapatan rata-rata tahunan kota ini ialah sekitar 1.28 miliar dolar AS.

Di kota inilah terletak Wall Street nan merupakan rumah bagi bursa saham terbesar di dunia. Keberadaan Wall Street secara langsung dan tak langsung berdampak pada pembangunan dan kemajuan sektor-sektor lain di kota ini, mencakup hukum, akuntansi, perbankan, dan konsultan manajemen.

Sebagian warga New York bekerja di bidang keuangan, asuransi, pelayanan kesehatan, dan real estate. Oleh sebab itu, bidang-bidang inilah nan menjadi pemasukan dan sumber perputaran roda ekonomi kota ini. Selain itu, bidang jurnalistik, media massa, penerbitan, desain, arsitektur, seni, dan mode juga semakin hari semakin berkembang dan turut memajukan ekonomi kota metropolitan ini.