Hubungan Suami Istri

Hubungan Suami Istri

Pernikahan ialah rancangan Allah bagi manusia sebab pada saat penciptaan manusia, Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan.Tentang pernikahan, di dalam agama Kristen tertulis berbagai hal mengenai hal itu i dalam ayat alkitab buat pernikahan .

Ayat alkitab buat pernikahan ini membahas rancangan Allah nan menciptakan manusia secara berpasangan, cinta nan menjadi landasan primer dalam pernikahan, interaksi suami istri, dan pernikahan itu hanya terjadi sekali buat seumur hidup. Oleh karena itu, saat membuka alkitab, kita bukan hanya dituntut buat membacanya, tapi juga dituntut buat memahami apa nan terkandung dalam ayat-ayat tersebut.

Dengan demikian, pada artikel kali ini, kita akan membahas ayat alkitab buat pernikahan dengan berbagai pengertian dan pemahaman nan apat diaplikasikan dalam kehidupan sebelum dan setelah pernikahan. Mari kita bahas satu persatu ayat alkitab buat pernikahan ini.



Rancangan Allah Menciptakan Manusia Berpasangan

Sejak awal mula penciptaan, Allah menciptakan satu orang perempuan buat satu orang laki-laki. Allah ingin menegaskan agar di dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan nan manunggal dalam suatu pernikahan, tak terjadi kemungkinan adanya perselingkuhan atau perzinahan.

Allah ingin agar satu orang laki-laki dan satu orang perempuan itu hayati berdampingan. Ini tertulis dalam kitab Kejadian 2:24 nan berbunyi,
"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan manunggal dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah membuat suatu planning bagi umat-Nya buat lebih memahami kehidupan berpasang-pasangan. Seseorang nan hayati tak begitu saja muncul ke permukaan bumi ini, melainkan sebab ada karena nan membuat orang tersebut hidup.

Sebab nan dimaksud tentu saja ialah kedua orang tua nan telah membuat orang tersebut hadir buat kemudian melaksanakan perintah Allah dan melakukan pelayanan seperti nan dituliskan di dalam alkitab.

Seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya sebab telah memilih buat melangsungkan kehidupan lain bersama istrinya. Hal ini berarti bahwa seorang lelaki memiliki tanggung jawab nan besar dalam pernikahan.

Dengan pengorbanan meninggalkan kedua orang tuanya, itu menandakan bahwa hal krusial nan juga membutuhkan pengorbanan akan segera menantinya di dalam kehidupan berikutnya, yakni pernikahan.

Dari hal-hal nan sudah dipaparkan tersebut bisa dikatakan bahwa seorang lelaki memiliki kewajiban buat lebih memprioritaskan hubungannya dengan istri dibandingkan interaksi pribadinya dengan kedua orang tua. Namun, hal tersebut bukan berarti ia sebagai seorang anak meninggalkan orang tuanya begitu saja.

Kewajiban buat tetap memberikan afeksi terhadap keduanya tetap harus dilaksanakan meskipun ia sudah melakukan pernikahan dan memiliki keluarga baru bersama istri nan dinikahinya tersebut.



Cinta Menjadi Landasan Primer dalam Pernikahan

Dalam pernikahan dibutuhkan cinta. Hanya dengan saling mencintailah. Pasangan suami istri akan rela berkorban satu sama lain, saling menyayangi dan saling menjaga. Dengan cinta pula, komunikasi nan menjadi hal primer dalam suatu hubungan, bisa terjalin dengan baik.

Seperti nan tertulis dalam Amsal 3:3 nan berbunyi,
"Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?"

Pernikahan nan didasari cinta akan memiliki komitmen nan kuat buat hayati berdampingan seumur hidup. Cinta itu sabar, mau mengerti pasangannya, saling menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan.

Seperti nan terdapat pada ayat alkitab buat pernikahan berikut ini,
"Kasih itu sabar. Kasih itu murah hati. Ia tak iri. Tidak memegahkan diri. Tidak sombong. Tidak berlaku tidak sopan. Tidak mementingkan diri sendiri. Tidak mudah marah. Tidak menyimpan dendam. Kasih itu tak bersukacita dalam kejahatan, namun bersuka cita dalam kebenaran. Selalu melindungi, selalu percaya, selalu berharap, dan sabar menanggung segala sesuatu." (Korintus 13:4-8)

Dari kedua ayat alkitab di atas, kita bisa melihat bahwa hal paling primer nan dapat memperkuat fondasi kehidupan berumah tangga setelah pernikahan ialah afeksi dan rasa cinta.

Itulah sebabnya dibutuhkan niat dan tujuan nan mulia dalam pernikahan. Seseorang tak dianjurkan buat menikah dengan niat dan tujuan nan lain, kecuali atas dasar niat dan tujuan nan baik.

Cinta dan afeksi haruslah diniatkan dan ditujukan sebelum melakukan pernikahan sebab pada dasarnya, kehidupan pernikahan tak selalu baik. Pernikahan ialah sebuah jalan nan tak selalu mulus. Namun dengan rasa cinta dan afeksi nan besar, berbagai rintangan dalam kehidupan pernikahan pun dapat dihadapi dengan tenang dan sinkron dengan apa nan ada di dalam alkitab.



Hubungan Suami Istri

Ayat alkitab buat pernikahan nan berisi pembahasan tentang interaksi suami istri terdapat dalam:
"Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya". (1Korintus 7:3)
"Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, sebab suami ialah kepala istri sama seperti Kristus ialah kepala Jemaat". (Efesus 5:22)

Kedua ayat di atas memberi pemahaman bahwa ada hak dan kewajiban nan setara antara istri dan suami. Seorang suami harus melaksanakan kewajibannya dalam berbagai hal, seperti kewajiban memberikan nafkah lahir dan batin terhadap istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Kewajiban menafkahi lahir artinya seorang suami harus memberikan kehidupan global nan layak buat istri dan anaknya. Jangan sampai mereka hayati bergantung pada orang lain, sedangkan suami atau ayah hanya bersenang-senang sendirian.

Sementara itu, nan dimaksud dengan kebutuhan batin ialah kebutuhan buat memberikan keturunan dengan cara nan baik terhadap istrinya, serta membahagiakan istri dengan cara nan baik pula.

Seorang suami nan baik hendaknya tak berlaku kasar terhadap istri dan anaknya sebab hal itu tak menunjukkan kebesaran hatinya sebagai seorang kepala dalam keluarga.

Dengan perlakuan nan baik dari suami, maka istri pun akan berlaku baik dan melaksanakan kewajibannya buat tunduk kepada suaminya. Tunduk di sini tentu saja dalam segala kebaikan, bukan dalam keburukan.



Pernikahan buat Seumur Hidup.

Semua orang ingin pernikahannya langgeng. Begitu pula nan diajarkan dalam alkitab. Tidak ada seorang manusia pun nan ingin pernikahannya berakhir dengan perceraian. Ayat alkitab buat pernikahan ini pun ada nan menyatakan demikian.

"Karena itu, apa nan telah dipersatukan Allah, tak boleh diceraikan oleh manusia." (Matius 19:6; Markus 10:9)

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa pernikahan merupakan hal sakral nan tak boleh dianggap remeh. Oleh sebab itu, baik istri maupun suami seyogyanya memiliki tanggung jawab buat menjaga interaksi pernikahan mereka agar tetap baik.

Kalau pun ada permasalahan, hal itu tentu dapat diselesaikan dengan baik-baik tanpa perlu emosi. Pernikahan merupakan hal nan sudah digariskan oleh Allah. Dengan demikian, segala hal nan berhubungan dengan pernikahan pun perlu diselesaikan dan dibicarakan sinkron dengan apa nan dianjurkan oleh Allah di dalam alkitab.

Tidak ada masalah nan tak dapat diselesaikan dengan baik, asalkan kedua belah pihak memiliki keyakinan nan penuh terhadap planning nan telah dibuatkan oleh Allah.

Rencana itulah nan nantinya akan membuahkan kebahagiaan kepada pasangan setelah keduanya dapat menempuh berbagai hal dan rintangan dalam pernikahan. Istri harus senantiasa sabar, dan suami seyogyanya memiliki rasa mengalah terhadap istrinya.

Pertengkaran nan berapi-api hanya akan membuat interaksi pernikahan menjadi retak, rumit, dan sulit buat menemukan jalan keluar. Akan tetapi dengan kepala dingin, keduanya dapat menemukan jalan nan sinkron dengan ketentuan Allah tanpa harus melakukan tindakan perceraian.

Perceraian seyogyanya bisa dihindari dengan cara nan baik, yakni dengan jalan musyawarah atau sharing antara istri dan suami mengenai hal-hal nan dianggap krusial buat dibicarakan dicari jalan keluarnya.

Demikianlah beberapa ayat alkitab mengenai pernikahan. Semoga dapat memberikan kesadaran agar suami dan istri dapat sama sama memberikan pelayanan terbaik di dalam kehidupan pernikahan mereka.