Tradisi Natal Indonesia

Indonesia ialah negara nan kaya dengan budaya. Tidak mengherankan jika setiap provinsi memiliki cara uniknya sendiri dalam merayakan Natal. Yuk, kita intip tradisi Natal Indonesia .

Sebelum membahas seputar tradisi Natal Indonesia, ada baiknya kita bahas seputar sejarah seremoni Natal.

Perayaan hari Natal mulai diperingati pada 200 M di Aleksandria, Mesir dan sejumlah teolog dari Mesir saat itu menetapkan Natal pada tanggal 20 Mei, tetapi ada juga nan menetapkannya pada tanggal 19 atau 20 April. Sementara itu, di loka lainnya, seremoni Natal diperingati pada tanggal 5 atau 6 Januari dan ada juga nan memperingatinya pada bulan Desember.

Peringatan Natal pada 25 Desember diawali pada 221 M oleh Sextus Julius Africanius dan baru diperingati secara luas pada abad kelima. Ada majemuk seremoni keagamaan dalam masyarakat nan tak menganut agama Kristen. Pada akhirnya, parayaan Natal setiap tanggal 25 Desember merupakan sebuah bentuk penerimaan tradisi seremoni non-Kristen ke dalam gereja terhadap dewa matahari.

Ada pendapat nan mengatakan bahwa tanggal kelahiran Yesus bukanlah 25 Desember. Hal ini dipertegas berdasar pada fenomena bahwa di malam itu para gembala masih memlihara dombanya di sebuah padang rumput. Di bulan Desember para gembala domba tak mungkin masih memelihara domba-domba tersebut di padang rumput sebab pada waktu itu telah terjadi musim dingin sehingga tak mungkin ada rumput nan tumbuh.

Sebaliknya, para orang nan meyakini tanggal kelahiran Yesus pada bulan Desember mengatakan bahwa walaupun musim dingin, tetapi domba-domba tersebut tetap diam di kandangnya di padang rumput dan dijaga oleh gembala. Meskipun tak ada rumput, padang rumput akan selalu disebut padang rumput.

Pendapat lainnya mengatakan juga bahwa seremoni Natal berawal dari sebuah tradisi Romawi pra Kristen. Peringatan ini ditujukan bagi dewa pertanian Saturnus nan diperingati pada bulan Desember dan puncak peringatannya jatuh di hari titik balik musim dingin atau winter solstice , yaitu pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian.

Peringatan nan dinamakan Saturnalia ini ialah tradisi sosial primer buat bangsa Romawi.Agar masyarakat Romawi dapat menjalani ajaran Kristen tanpa mengabaikan tradisi orisinil mereka sendiri dan dengan dukungan dari Konstantin I, kaisar Kristen pertama Romawi, Paus Julius I pada 350 M menetapkan hari lahir Yesus pada 25 Desember.

Tapi, pendapat ini ditolak oleh Gereja Ritus Timur karena gereja ini telah memperingati hari lahir Yesus sejak abad kedua jauh sebelum gereja di Roma menetapkan hari Natal pada 25 Desember.Oleh karena itulah, ada sebagian genre dalam agama Kristen nan tak memperingati Natal karena diyakini bersumber dari tradisi kafir Romawi.

Aliran-aliran tersebut antara lain Gereja Baptis Hari Ketujuh, Gereja Yesus Sejati, Liga Gereja Tuhan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, kaum Yahudi Mesianik, dan Saksi-Saksi Yehuwa pun tak memperingati Natal.

Seorang biarawan bernama Dionysius Exignus menciptakan tahun kalender Masehi pada abad keenam dan tahun Masehi nan dipakai saat ini dinamakan Tahun Tuhan atau anno Domini. Bagaimana caranya biarawan ini bisa mengetahui bahwa Yesus lahir pada 1 SM?

Dionysius Exignus mencari data dari sebuah catatan sejarah nan menuliskan bahwa tahun 754 dalam kalender Romawi itu sama dengan tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius. Inilah data nan dijadikan acum buat menentukan tahun 1 SM. Walaupun begitu, masih ada juga kalangan nan tak mempercayainya sebab raja Herodes meninggal pada 4 SM sehingga tanggal kelahiran Yesus harus menagalami perubahan, yaitu dimundurkan empat tahun.

Berikut seremoni tradisi Natal Indonesia di sejumlah daerah.

1. Sumatera Utara

Masyarakat Batak di Sumatera Utara mengenal tradisi Natal Indonesia bernama Marbinda . Yaitu, tradisi menyembelih seekor hewan bersama-sama di hari raya. Hewan nan disembelih merupakan hasil kesepakatan menabung bersama antara beberapa orang, dari beberapa bulan sebelumnya.

Jika jumlah peserta patungan banyak, hewan nan disembelih dapat kerbau. Akan tetapi, jika sedikit biasanya hanya babi. Pada hari-H, mereka melakukan marhobas (pemotongan dan pembagian bersama) hewan tersebut.

Di Kampung Tugu, loka komunitas warga keturunan Portugis bermukim, dikenal tradisi Natal Indonesia unik buat merayakan Natal. Setelah kebaktian, warga berziarah ke kuburan nan terletak di samping gereja lalu menjalankan tradisi Rabo-Rabo , yaitu bermain musik keroncong dan menari bersama sambil keliling kampung buat mengunjungi para fam .

Lagu nan dimainkan tentunya tembang-tembang Natal. Setiap penghuni rumah nan habis dikunjungi wajib mengikuti rombongan pemain keroncong sampai ke rumah terakhir. Puncak seremoni terdapat dalam tradisi mandi-mandi . Warga berkumpul di rumah sanak familinya, lalu mereka dengan serunya saling mencoret-coret muka satu sama lain dengan bedak putih sebagai simbol membersihkan kesalahan nan lalu menjelang tahun baru.

Natal di dearah ini kental dengan perbedaan makna budaya. Kerap kali rahib memimpin ibadah dengan memakai pakaian beskap dan blangkon, memakai bahasa Jawa halus, lengkap dengan pertunjukan wayang kulit bertema "Kelahiran Kristus". Nah, pada 25 Desember, ada tradisi saling mengunjungi, mirip seperti lebaran. Tidak sporadis anak-anak juga mendapat angpau pada saat silaturahmi.

Komunitas pemeluk Kristen di Bali biasa merayakan Natal dengan baju khas dearah mereka: kebaya, selendang, kain kamen, dan destar. Rona nan biasa dipakai ialah hitam-putih. Pada masa seremoni tradisi Natal Indonesia ini, kompleks gereja dihias dengan batang bambu nan dihias janur, sebuah ornamen khas Bali nan bernama Penjor .

Setiap tradisi Natal Indonesia, pemda Toraja mengadakan sebuah festival budaya dan pariwisata bertajuk “Lovely December”. Festival ini dimulai sejak awal Desember (dibuka dengan mutilasi kerbau belang) dan mencapai puncak pada 26 Desember dengan arak-arakan nan disebut lettoan .

“Lovely December” terbuka buat semua orang, tak harus nan Kristen. Momen ini kerap dimanfaatkan para perantau buat pulang, menikmati karnaval, bazar natal, kontes kerbau, pentas-pentas seni, aneka acara adat, pameran kerajinan tangan, dan kuliner. Masyarakat setempat pun sibuk menghias rumah, kantor, dan gereja.

Di Manado, sejak 1 Desember sudah ada ibadah pra-natal nan diadakan tiap hari sampai Natal tiba. Maka, selama masa ini para pejabat pemda mengadakan Safari Natal, yaitu setiap hari mereka mengikuti ibadah di tiap kecamatan nan berbeda. Pawai keliling kota pun sudah jamak dilakukan warga.

Sayuran paling dicari menjelang Natal di sini ialah buncis. Banyak juga keluarga nan memiliki tradisi menjenguk kuburan kerabatnya dan makan bersama di sana, biasanya menjelang tahun baru. Pada momen itu, kuburan sekalian dibersihkan dan terkadang ditambahi lampu hiasan. Rangkaian kemeriahan Natal ini berakhir pada Minggu pertama Januari dengan tradisi kunci taon, di mana warga pawai keliling kampung dengan kostum-kostum lucu.

Natal di Flores identik dengan meriam bambu nan diledakkan nyaris di tiap sudut kota pada malam Natal. Anak muda biasa begadang semalaman pada 24 Desember sambil sesekali main bunga barah dan minum moke.

Yang paling menonjol dari Natalan di Ambon ialah bunyi sirine kapal dan lonceng gereja nan dibunyikan serentak pada tengah malam 24 Desember. Momen ini juga identik dengan rendezvous keluarga besar.

Warga Papua memiliki tradisi pesta barapen atau bakar batu (sebuah ritual masakan lokal buat mengolah babi) sebagai ungkapan kebahagiaan tradisi Natal Indonesia. Selain itu, di banyak loka dipasang dekorasi bertema kelahiran Yesus, lengkap dengan lagu-lagu Natal nan diputar 24 jam.