Hipotesis Tentang Urutan Penulisan Alkitab Injil

Hipotesis Tentang Urutan Penulisan Alkitab Injil

Dalam kehidupan, diperlukan sebuah anggaran agar hayati menjadi lebih teratur. Batasan mana nan baik dan mana nan tidak, menjadi sangat jelas. Sebuah kepercayaan kemudian diyakini sebagai anggaran dasar dalam kehidupan. Kita mengenal ada lebih dari satu sistem kepercayaan di global ini. Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu.

Masing-masing kepercayaan tersebut memiliki panduan dan panduan. Sebuah panduan nan kemudian dikenal dengan sebutan kitab suci. Islam dengan Al-Qur’annya, Hindu dengan Vedhanya, Buddha dengan Tipitakanya, dan Kristen dengan Injilnya.

Secara luas, kita-kitab kudus tersebut memiliki peranan nan sangat krusial dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali Alkitab Injil. Meskipun berbeda, pada dasarnya, semua agama, semua kitab berisi tentang ajaran kebaikan. Tentang bagaimana menjadi manusia nan baik buat diri sendiri, lingkungan dan Tuhannya.



Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab Injil

Alkitab Injil ialah tulisan nan menggambarkan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Istilah Injil umumnya merujuk pada empat Injil kanonik, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.

Namun, istilah ini biasa juga digunakan buat merujuk pada tulisan-tulisan nonkanonik, seperti Injil Ibrani dan Injil Tomas. Istilah Injil kadang digunakan buat menyebut pesan-pesan dalam keempat Injil atau holistik Perjanjian Baru.

Penyebutan Injil sebenarnya hanya buat empat kitab pertama nan ada di dalam Perjanjian Baru. Karena, Alkitab terdiri dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Menurut sejarah, mengapa dinamakan perjanjian, sebab pada saat diturunkan, ada sebuah "perjanjian" antara Allah dari bangsa Israel dengan umat manusia. Kemudian dilanjutkan dengan perjanjian antara Yesus dan seluruh umat manusia.

Secara generik diketahui, bahwa Alkitab terdiri dari dua perjanjian. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Alkitab, bahasa nan digunakan buat menulis Perjanjian Lama ialah bahasa Ibrani, sementara Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.

Dalam Alkitab Injil, terdapat pembagian antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ada sekitar 39 buku atau kitab Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru. Selain kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ada sebuah kitab bernama Deuterokanonika. Jumlah kitab tambahan ini berbeda buat masing-masing umat Kristen, nan terdiri dari Protestan dan Khatolik.

Ada disparitas nan cukup besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Terutama dari isi kitab. Kitab Perjanjian Lama terdiri dari 5 bagian. Masing-masing ialah Kitab Taurat nan terdapat pada 5 kitab, Kitab Sejarah pada 12 kitab, Kitab Puisi pada 5 kitab, Kitab Nabi-nabi Besar pada 5 kitab, serta Kitab Nabi-nabi Kecil pada 12 kitab, nan jika dijumlahkan seluruhnya ada 39 kitab.

Berbeda dengan Perjanjian Lama, Perjanjian Baru terdiri dari Kitab Injil nan terdapat pada 4 kitab, Kitab Sejarah pada 1 kitab, Surat-surat Rasuli pada 21 kitab, dan Kitab Wahyu pada 1 kitab. Sama, jika dijumlahkan, jumlah keseluruhannya ialah 27 kitab.

Dalam masing-masing kitab, ada pasal dan ayat nan membedakan. Pasal nan paling panjang ialah Pasal Mazmur. Ada sekitar 150 pasal. Selain Mazmur, ada juga Pasal Yohanes, Yudas, Obaja dan Filemon.

Penyusunan kita-kitab nan ada di Alkitab Injil dilakukan secara semi kronologis. Disusun berdasarkan peristiwa nan terjadi. Terutama nan ada pada Kitab Sejarah. Kronologis kejadian disusun berdasarkan peristiwa nan terjadi secara berurutan. Anda tak dapat membaca Kitab Kejadian sebelum Kitab Keluaran. Karena Anda tak mengetahui latar belakang cerita dari kitab tersebut.

Pembagian kronologis peristiwa dalam kitab ini dilakukan dalam kurun waktu nan cukup lama. Para tokoh Gereja ialah sosok primer di balik penyusunan kita-kitab pada Alkitab Injil ini.



Alkitab Injil dan Etimologi

Istilah Alkitab Injil berasal dari bahasa Arab. Kata ini merupakan afiksasi dari kata dalam bahasa Yunani euangelion ( eu - "baik", angelion - "pesan" atau "kabar"). Penutur bahasa Inggris menyebutnya Gospel, afiksasi dari bahasa Inggris Antik g?d-spell (kabar baik).

Sebelum penulisan Injil pertama (Markus, sekitar 65 - 70 M), Rasul Paulus telah menggunakan istilah Injil ketika memberi peringatan kepada orang-orang di gereja Korintus: Dan sekarang, saudara-saudara, saya mau mengingatkan kamu kepada Injil nan saya beritakan kepadamu dan nan kamu terima, dan nan di dalamnya kamu teguh berdiri (1 Korintus 15:1).



Hipotesis Tentang Urutan Penulisan Alkitab Injil

Umumnya, Alkitab Injil Markus diyakini sebagai Injil pertama. Namun, saat ini beberapa ilmuwan konfiden bahwa Injil Ibrani atau Injil Matius Orisinil ditulis lebih awal. Menurut hipotesis dua sumber, penulis Injil Matius dan Injil Lukas menggunakan Injil Markus sebagai salah satu sumber Injil mereka.

Sumber lain nan digunakan Matius dan Lukas nan isinya tak ditemukan dalam Injil Markus dikenal dengan nama dokumen Q (Dari bahasa Jerman: Quelle, berarti "sumber"). Para ilmuwan meyakini dokumen tersebut merupakan dokumen tertulis.

Sebaliknya, hipotesis dua Injil, menyatakan bahwa Rasul Matius menulis Injil Matius, kemudian Lukas menulis Injil Lukas (dengan menggunakan Injil Matius sebagai sumber utama), dan baru diikuti oleh Injil Markus nan ditulis oleh Markus.

Teori ini menggunakan bukti internal (seperti struktur kalimat) dan bukti eksternal (seperti kesaksian dari gereja awal), sedangkan hipotesis dua sumber terutama bersandar pada bukti internal.

Tiga Injil pertama (Matius, Markus, dan Lukas) disebut Injil Sinoptik sebab memiliki kecenderungan peristiwa, ajaran, dan bahkan bahasa. Kata sinoptik berasal dari gabungan kata dalam bahasa Yunani, syn = bersama, dan opsis = melihat. Maksudnya, isi dari Injil Matius, Markus, dan Lukas bisa dilihat berdampingan.

Dalam risalahnya, James R. Edwards, seorang rahib dan cendekiawan dari Amerika, mengajukan teori bahwa kemungkinan Injil Ibrani merupakan Injil pertama nan ditulis. Injil tersebut merupakan sumber Injil-Injil kanonik.



Berbagai Pendapat Tentang Masa Penulisan Alkitab Injil

Perkiraan tahun penulisan Injil kanonik sangat beragam. Akan tetapi, hanya ada sedikit sekali bukti buat setiap pendapat. Kitab Injil nan berasal dari abad keempat tak lengkap. Sementara dari masa sebelumnya, bahkan hanya penggalan-penggalan dan kutipan-kutipan nan masih bertahan.

Berikut ini estimasi masa penulisan empat Alkitab Injil kanonik.

  1. Markus, sekitar 68 - 73 M, atau 65 - 70 M.

  2. Matius, sekitar 70 - 100 M, atau 80 - 85 M. Beberapa ilmuwan ortodok berpendapat Injil Matius ditulis sebelum 70 M, terutama nan tak menerima pendapat bahwa Markus merupakan Injil nan pertama kali ditulis.

  3. Lukas, sekitar 80 - 100 M. Sebagian besar ilmuwan berpendapat sekitar 85 M, atau sekitar 80 - 85 M.

  4. Yohanes, sekitar 90 - 100 M, atau 90 - 100 M. Mayoritas ilmuwan berpendapat Injil ini ditulis bertahap, sehingga tak ada tahun penulisan nan pasti.


Alkitab Injil Kanonik dan Injil Nonkanonik

Dari banyak Injil nan ditulis pada masa awal agama Kristen, hanya empat nan diterima sebagai bagian dari Perjanjian Baru atau kanonik. Gereja Katolik, di bawah kepemimpinan Paus Innosentius I pada peralihan abad kelima mengakui kanon Alkitab nan mencakup empat Injil, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.

Pengakuan tersebut sebelumnya telah dilakukan pada sejumlah sinode regional, yakni Konsili Roma pada 382 M, Sinode Hippo pada 393 M, dan dua Sinode Karthago pada 397 M dan 419 M.

Selain empat Injil kanonik, ada beberapa Alkitab Injil nan tak diterima sebagai kanon. Injil-Injil non-kanonik tersebut antara lain, Injil Ibrani, Injil Tomas, Injil Petrus, Injil Yudas, dan sebagainya.