Pembagian Zaman Sejarah Berdasarkan Geologi

Pembagian Zaman Sejarah Berdasarkan Geologi

Apa nan terlintas di benak kita ketika mendengar zaman sejarah ? Barangkali sebuah masa lampau nan jaraknya sangat jauh dengan kehidupan kita sekarang. Kita bisa mengetahui masa lampau (sejarah) dengan membaca naskah-naskah atau buku-buku nan mengulas kehidupan manusia dari zaman ke zaman.

Tulisan, sebagai karakteristik dari suatu kebudayaan biasanya ditetapkan sebagaizaman sejarah. Sedangkan pra-sejarah ialah masa ketika manusia belum mengenal tulisan. Dengan tulisan, para pakar sejarah biasanya bisa menentukan abad ke berapa tulisan itu dibuat, zaman kerajaan siapa, atau apa nan sedang berlangsung saat itu.

Tulisan-tulisan tersebut biasanya diperoleh dari naskah-naskah kuno, prasasti, makam, maupun candi-candi. Lalu apa nan dimaksud sejarah itu sendiri?.

Para pakar sejarah memberikan definisi tentang sejarah menurut berbagai sudut pandang dan cenderung berdasarkan keahlian mereka dalam bidang sejarah tertentu. Di antara para pakar itu, nan nisbi memberikan definisi lebih menyeluruh akan makna sejarah, adalah W. Bauer.

Menurutnya, sejarah ialah salah satu ilmu pengetahuan nan berusaha melukiskan dan menjelaskan kenyataan kehidupan sepanjang terjadinya perubahan sebab adanya interaksi antara manusia terhadap masyarakatnya.

Melihat dampaknya pada masa-masa berikutnya atau nan berhubungan dengan kualitas mereka nan khas dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan nan temporer dan di dalam interaksi terhadap nan tak bisa diproduksikan kembali.

Sejarah merupakan “pengetahuan tentang peristiwa masa lalu umat manusia, di dalam perubahan-perubahannya nan unik, dan peristiwa itu berdampak pada masa-masa sesudahnya”. Jadi kekhasan masa lalu itu bisa diinterpretasikan sebab dipandang memberikan pengaruh unik pada masa kini dan masa mendatang.

Dalam pengertiannya secara konvensional, sejarah ialah cerita ( narrative ) tentang peristiwa di masa lalu. Di dalam cerita semacam ini terungkap fakta mengenai apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi.

Sejarah terinci ini mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya nan diungkapkan juru kunci tempat-tempat bersejarah, para Abdi Dalem Kraton, atau para penceramah agama nan mengkisahkan contoh-contoh keteladanan para tokoh agama.

Model pengkisahan sejarah seperti itu lebih menekankan pada kemampuan penggunaan gaya bahasa nan menarik dan memikat perhatian pembaca atau pendengar. Sejarah terinci dapat dihasilkan oleh penulis bukan pakar sejarah, dan juga dapat ditulis tanpa memakai teori dan metodologi.

Berbeda dengan sejarah terinci di atas, adalah apa nan disebut “sejarah analitis (kritis)”. Pendekatan sejarah seperti ini ditunjukkan di dalam penulisan masa lampau itu tak semata-mata bermaksud menceritakan kejadian, tetapi juga menerangkan kejadian-kejadian itu dengan mengkaji kausalitasnya (sebab-akibat), lalu dianalisis secara mendalam.

Oleh sebab itu, buat penulisan sejarah secara analititis ini diperlukan alat-alat bantu, yakni secara metodologis dibutuhkan pendekatan tertentu, nan biasanya dipinjam dari ilmu-ilmu sosial nan dibutuhkan buat memudahkan analisis itu.

Pendekatan sejarah sudah barang tentu akan meneropong segala sesuatu dalam kelampauannya. Oleh sebab gejala historis itu sangat kompleks, maka setiap penggambaran atau pelukisan terhadap peristiwa eksklusif hendaknya mencerminkan sesuatu proses nan diungkapkan berdasarkan fakta-fakta tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan sebagainya.

Apabila penggambarannya itu bermaksud menulis sejarah naratif, maka jelas pembuatan kisah sejarah memakai seleksi berdasarkan cammon sense dan tak membutuhkan teori atau konsep-konsep ilmu lain. Sebaliknya, penggambaran nan bersifat analitis menuntut alat-alat analitis sejak awal penulisannya, atau cara penyusunan ceritanya berpusat pada masalah ( problem-oriented ).

Pengkajian sesuatu masalah berdasarkan pendekatan sejarah akan menghasilkan karya sejarah dalam dua sifat serta pengertiannya nan berbeda. Pertama , sejarah dalam arti subjektif, yaitu memperlihatkan cerita sejarah, pengetahuan sejarah dan citra sejarah, nan kesemuanya memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang atau penulis).

Jadi pengetahuan maupun penggambaran sejarah ialah hasil rekonstruksi penulis, sehingga di dalamnya termuat sifat, gaya bahasa dan struktur pemikirannya. Kedua , sejarah dalam arti objektif, yaitu merujuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, dan proses sejarah digambarkan dalam aktulitasnya.



Zaman Sejarah dan Prasejarah

Zaman sejarah dan zaman prasejarah merupakan dua zaman nan tak sama tentunya. Seperti nan telah dijelaskan sebelumnya bahwa zaman sejarah merupakan zaman saat manusia sudah mengenal tulisan. Sementara itu, zaman prasejarah merupakan zaman saat manusia belum meninggalkan bukti nan tertulis.

Zaman sejarah dan zaman prasejarah pun dapat ditemukan dengan cara nan tak sama atau berbeda. Contohnya, di zaman prasejarah tak ditemukan peninggalan benda-benda hasil dari kebudayaan manusia. Cara buat mengetahui zaman prasejarah tersebut ialah dengan melaksanakan sebuah penelitian, yaitu sebagai berikut.

  1. Melakukan penggalian agar bisa menemukan poeninggalan budaya nan tertanam di dalam tanah.
  1. Mempelajari dan memahami kehidupan suku-suku pedalaman nan hingga saat ini masih ada seperti halnya pada zaman nenek moyang manusia.

Karena zaman sejarah diketahui berdasarkan bentuk serta benda-benda dari hasil kebudayaan manusia, secara tak langsung zaman sejarah dianggap bagian dari zaman prasejarah nan berkembang dari waktu ke waktu. Zaman prasejarah dibedakan berdasarkan perkembangan kebudayaan serta alat-alatnya. Zaman prasejarah menjadi empat masa, yaitu sebagai berikut.

  1. Zaman berburu serta mengumpulkan makanan dengan taraf sederhana. Alat-alat nan dipakai kontemporer terbuat dari batu.
  1. Zaman berburu serta mengumpulkan makanan dengan taraf lanjut. Alat-alat nan dipakai kontemporer masih terbuat dari batu tetapi sudah dibentuk.
  1. Masa atau zaman bercocok tanam dan alat nan dipakai pada waktu itu sudah lebih halus dan lebih bagus.
  1. Masa perindustrian atau perundagian. Alat-alat nan digunakan pada waktu itu selain tebuat dari batu juga tersbuat dari logam.

Sementara itu, berkaitan dengan prasejarah di Indonesia secara geologi, wilayah Indonesia ialah rendezvous antara Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (tiga lempeng benua utama.

Kepualauan Indonesia nan terbentuk seperti saat ini dibentuk ketika melelehnya es sesudah berakhirnya Zaman Es (kira-kira 10 ribu tahun lalu). Memasuki abad pertama SM, mulailah bermunculan pemukiman berupa kerajaan kecil dan masuknya perngaruh kepercayaan Hindu dari India.



Pembagian Zaman Sejarah Berdasarkan Geologi

Berikut pembagian zaman sejarah berdasarkan geologi.



1. Archaikum

Pembagian pertama ialah zaman nan tertua (archaikum). Di zaman sejarah tertua ini bumi masih dalam proses pembentukan, tak ditemukannya tanda-tanda kehidupan, dan diperkirakan berumur 2500 juta tahun.



2. Palaeozoikum

Pembagian kedua ialah zaman hayati tua (palaeozoikum). Umur zaman sejarah ini diperkirakan sekitar 340 juta tahun. Pada zaman ini, mulai ditemukan tanda kehidupan berupa mikroorganisme, reptile, ampibi, hewan tidak bertulang punggung, dan beberapa jenis ikan.



3. Mesozoikum

Zaman hayati pertengahan (mesozoikum) atau dikenal juga dengan zaman sekunder ini umurnya diperkirakan sekitar 140 juta tahun. Zaman sejarah ini juga biasa disebut zaman reptil sebab memang banyak dijumpai binatang jenis reptil seperti dinosaurus dan atlantosaurus.



4. Neozoikum atau Kainozoikum

Pembagian zaman sejarah nan terakhir ialah neozoikum atau kainozoikum, dikenal juga dengan zaman hayati baru. Di zaman ini, sudah mulai berkembangnya kehidupan dengan pesat. Zaman neozoikum atau kainozoikum ini dibagi lagi menjadi zaman tersier dan kwarter.

  1. Zaman tersier. Di zaman tersier, hewan reptil sudah mulai punah, sedangkan hewan mamalia mulai berkembang pesat dan kera pun mulai berkembang.
  1. Zaman kwarter. Di zaman ini, kehidupan manusia mulai terlihat. Zaman kwarter dibagi lagi menjadi zaman Plestosin atau zaman Diluvium nan umurnya kira-kira 600 ribu sampai 20 ribu tahun dan zaman Holosin atau zaman Aluvium.

Itulah klarifikasi seputar penentuan zaman sejarah.