Semangat Kerja Karyawan

Semangat Kerja Karyawan

Cara terbaik buat membuat penilaian prestasi kerja ialah dengan membuat jurnal prestasi kerja . Dengan jurnal ini semua hasil kerja karyawan marketing dapat dievaluasi dan didokumentasikan, sehingga karyawan prestasi kerja karyawan bisa dilihat secara transparan dan fair .

Prestasi kerja ialah sebuah jawaban buat dapat terus menerus bekerja dan mendapat uang, terutama buat karyawan marketing nan selalu dihadapkan pada tuntutan dan sasaran kerja.

Untuk mendukung pencapaian sasaran kerja nan telah direncanakan, perusahaan biasanya menilai dan mengevaluasi siapa karyawan marketing nan telah beprestasi dan siapa nan belum. Jurnal buat prestasi kerja ini berfungsi sebagai perangkat buat menilai prestasi kerja karyawan marketing.



Cara Membuat Jurnal Prestasi Kerja

Membuat jurnal prestasi buat pekerja itu gampang-gampang susah. Dikatakan gampang sebab memang prinsip membuat jurnal prestasi pekerja itu cukup sederhana dan dapat dikerjakan siapa pun selama dia mengerti cara membuatnya.

Namun, dapat juga dikatakan susah, karena jurnal prestasi ini harus memuat detail dari prestasi nan telah dikerjakan karyawan marketing sinkron dengan targetnya masing-masing. Berikut ini ialah beberapa langkah nan dapat diikuti buat membuat jurnal prestasi buat karyawan marketing.

  1. Jurnal prestasi para pekerja harus memuat sasaran prestasi kerja nan harus dipenuhi oleh karyawan marketing, baik dari sisi penjualan, presentasi, atau iklan dalam satu periode. Sasaran ini berguna buat menilai apakah prestasi nan dibuat karyawan tersebut telah sinkron dengan sasaran nan telah direncanakan atau tidak.
  1. Dari sasaran nan telah dibuat perusahaan, buatlah turunannya nan berupa indikator terukur dari sasaran tersebut, sehingga pencatatan di jurnal prestasi para karyawan marketing tersebut dapat terukur.
  1. Yang terpenting dari jurnal prestasi tersebut harus memuat nama-nama karyawan marketing nan kinerjanya telah memenuhi indikator keberhasilan dari target, nan disertai dengan waktu terealisasinya sasaran nan telah dibuat oleh karyawan tersebut.
  1. Untuk jurnal prestasi para karyawan marketing, sebaiknya berorientasi pada hasil akhir, bukan pada sisi nan rutinitas, seperti jam kerja dan jam perpulangan. Sebab kerja karyawan marketing tak mengenal waktu pagi, siang, dan malam.

Kesalahan dalam Membuat Jurnal Prestasi Kerja

  1. Menyamakan format jurnal prestasi karyawan marketing dengan karyawan lain. Pola kerja dan sasaran nan harus dipenuhi sangat berbeda.
  1. Jurnal prestasi ini tak membuat indikator keberhasilan kerja karyawan marketing atas sasaran nan telah dibebankan perusahaan. Sehingga sulit sekali mengukur pencapaian prestai kerja karyawan marketing dengan sasaran nan telah ditetapkan. Padahal indikator keberhasilan ialah aspek teknis dari target.
  1. Perusahaan tak menunjuk salah satu karyawan buat mencatat pencapaian karyawan marketing di jurnal prestasi pekerja, sehingga sering sekali prestasi nan telah dibuat karyawan tersebut diabaikan. Hal ini tentu akan membuat karyawan tersebut merasa tak dihargai prestasinya.

Walau demikian, ada baiknya juga bila karyawan marketing memiliki buku catatan sendiri. Bila ada kekeliruan dalam jurnal prestasi kerja nan merekam catatan kerja karyawan tersebut, dapat segera penjelasan dan memberikan bukti nan otentik tentang keberhasilan kerjanya.



Semangat Kerja Karyawan

Di dalam psikologi, ada teori Skinner. Teori Skinner disebut juga teori tingkah laku radikal ( radical behaviorism) . Teori ini mengenai stimulus-respon, nan mempercayai bahwa setiap tingkah laku itu bisa diamati, dan didasari oleh respon positif atau negatif nan diterima.

Respon positif berarti akan mendapatkan hadiah, sebaliknya, respon negatif menandakan akan mendapatkan hukuman. Skinner konfiden bahwa manusia akan berusaha buat mendapatkan respon positif atau hadiah dari apa nan dilakukannya.

Baik Skinner maupun Watson mempunyai pandangan nan sama, bahwa setiap tingkah laku manusia bisa diamati dengan menggunakan metode ilmiah. Tapi Watson tak setuju kalau inner feeling (perasaan) bisa diamati. Watson konfiden bahwa perasaan bisa dipelajari sebagai mana mempelajari ketrampilan-ketrampilan lainnya.

Teori behaviorism atau tingkah laku ini sangat berpengaruh. Sehingga banyak pakar lain, seperti Edward C. Tolman, dan Clark L. Hull turut memformulasikan teori-teori mereka sendiri nan didapat dari hasil pengamatan di laboratorium, bukan melalui observasi introspeksi. Teori ini juga melahirkan banyak teori belajar nan menyangkut metode pembelajaran pada manusia dan hewan.

Taylor mengungkapkan bahwa sebuah pekerjaan bisa didesain, sehingga bisa menghasilkan produktivitas nan diinginkan. Taylor juga mengungkapkan bahwa dengan melakukan pembagian kerja atau peran nan ada dalam pekerjaan, produktivitas suatu pekerjaan akan semakin baik. Oleh sebab itu, seorang perancang atau manajer perlu mendesain suatu pekerjaan agar hasil maksimal nan diharapkan bisa tercapai.

Buah karya nan dihasilkan oleh Taylor menjadikan seorang pekerja seperti robot. Pekerja diminta buat bisa produktif melalui desain pekerjaan nan telah dirancang sebelumnya. Pekerja akan diklasifikasikan berdasarkan jenis pekerjaan tertentu.

Misalnya, seorang pekerja dapat saja seumur hayati pekerjaannya hanyalah menjadi seorang pengebor. Ia diberikan sasaran nan harus dicapai bagaimana pun caranya. Hal inilah nan terkadang membuat seorang pekerja tak diperlakukan layaknya seorang manusia biasa.

Pada 1927-1932 dilakukan penelitian di sebuah perusahaan elektronik, Western Electric Company, Hawthorne Plant, di Cicero, Illinois. Penelitian tersebut dilakukan oleh tim nan dipimpin langsung Prof. Elton Mayo dan rekannya F.J. Roethlisberger dan William J. Dickson dari Harvard Business School.

Dalam penelitian tersebut terkuak bahwa sesungguhnya pekerja membutuhkan hubungan sosial dan mempunyai kebutuhan akan motivasi ketika sedang bekerja. Mayo dan timnya mengungkapkan sisi lain dari sebuah pekerjaan.

Aspek-aspek seperti terbentuk kebiasaan atau anggaran dalam sebuah kelompok kerja, adanya motivasi, kebutuhan pekerja buat bersosialisasi atau berinteraksi sesama pekerja terungkap dalam penelitian ini. Konklusi generik nan dapat diambil dari penelitian ini ialah sebagai berikut.



1. Talenta atau potensi kecerdasan seorang pekerja bukan merupakan estimasi nan baik dari performansi seorang pekerja.

Bakat atau potensi memengaruhi mobilitas mental atau fisik nan dimiliki oleh seorang pekerja. Namun demikian, kedua hal tersebut tak memengaruhi secara signifikan terhadap performansi kerja jika memang faktor-faktor pada sistem sosial nan ada tak mendukung adanya performansi nan baik.



2. Organisasi nan bersifat nonformal nan terjalin di dalam kelompok pekerja memengaruhi produktivitas kerja.

Hubungan antarpekerja ternyata bisa mempengaruhi produktivitas. Oleh sebab itu, seorang manajer harus mendisain pekerjaan sedemikian sehingga hubungan sosial tak dibatasi. Seorang supervisor nan bisa membina interaksi baik dengan bawahannya bisa secara langsung memengaruhi produktivitas.



3. kebiasaan atau anggaran nan ada dalam kelompok kerja memengaruhi produktivitas.

Kelompok kerja secara alamiah akan membuat anggaran krusial nan terjalin dalam kelompok internal mereka. Oleh sebab itu, manajemen perlu mengenali anggaran atau kebiasaan nan terjalin dalam kelompok tersebut.



4. Loka kerja merupakan sebuah sosiosistem atau sistem sosial.

Kelompok kerja tersebut membentuk sebuah sistem sosial. Sebagai sebuah sistem, kelompok kerja mempunyai bagian-bagian nan saling berkegantungan.

Karena sifatnya nan nisbi baru pada zaman itu, penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai sisi lain dari sebuah pekerjaan. Penelitian ini selanjutnya disebut juga dengan Hawthorne Effect .

Kemampuan intelektual memang merupakan aset krusial buat mencapai sebuah misi atau tujuan tertentu, dalam hal ini perusahaan. Namun, kemampuan intelektual saja tak cukup sebab setiap manusia memerlukan hubungan dengan lingkungan baru nan ditempatinya. Dengan kata lain, learning by doing akan lebih efektif dari sekadar berteori.

Dengan melakukan serangkaian termin pelatihan, seorang karyawan akan memiliki taraf pemahaman nan lebih nyata. Dengan pemahaman tersebut, ia kan mampu bekerja optimal. Ia akan mampu menciptakan sistem kerja strategis, bisa bekerja sama secara solid, memiliki semangat kerja tinggi, dan bisa memberikan hasil maksimal terhadap perusahaan.

Pelatihan biasanya diisi dengan simulasi-simulasi eksklusif buat meningkatkan daya berpikir karyawan terhadap situasi atau masalah nan tengah dihadapi. Proses simulasi biasanya melibatkan banyak orang. Dengan demikian, hasil nan bisa diperoleh dari simulasi ialah terbentuknya rasa kebersamaan, keterbukaan, serta toleransi antarindividu nan terlibat.

Oleh karena itu, hendaknya para pengusaha mementingkan kesejahteraan para karyawannya. Kesejahteraan karyawan sama pentingnya dengan kesejahteraan pengusaha. Dengan perlakuan dan pemberian hak secara adil, karyawan dan pengusaha nan notabene pemilik perusahaan akan berjalan beriringan buat memajukan perusahaan.

Peningkatan kinerja karyawan bisa terjadi apabila kesejahteraan karyawannya juga diperhatikan dan diperhitungkan. Tidak berlaku sewenang-wenang terhadap para karyawan sebab mereka berperan krusial dalam memajukan sebuah perusahaan.

Apabila karyawan merasa sejahtera, maka istilah karyawan stress tak akan terjadi sebab perusahaan tersebut memberikan kesejahteraan kepada karyawannya. Untuk menghilangkan stress para karyawannya, perusahaan bisa memberikan fasilitas hiburan kepada karyawannya, seperti loka berolah raga atau sekali-kali mengadakan wisata.

Dengan begitu, jurnal prestasi kerja para karyawan bisa terlihat baik dan berkembang, tak ada karyawan nan merasa tertekan sebab target-target nan harus dicapainya. Semoga uraian tersebut bermanfaat.