Kerjasama, namun tetap Haus Pada Prestasi

Kerjasama, namun tetap Haus Pada Prestasi

Semua juga mengerti bahwa SDM merupakan faktor nan krusial dalam sebuah perusahaan, dan tidaklah hiperbola jika dikatakan bahwa, kelancaran produksi perusahaan pada dasarnya tergantung pada faktor manusia nan bekerja didalamnya. Karena, betapa pun paripurna dan canggihnya peralatan kerja, tanpa adanya tenaga manusia (walaupun sangat sederhana pekerjaannya, katakanlah hanya sebagai penekan tombol komputer), maka perusahaan kurang bisa beroperasi dengan baik.

Maka dari itulah Sikap dalam bekerja sangat krusial diperhatikan dalam menciptakan suasana kerja nan kondusif. Kenyamanan bekerja juga sangat dipengaruhi oleh sikap kerja Anda sendiri dan juga rekan kerja di samping Anda. Bila sikap dalam bekerja saja sudah mengganggu kenyamanan lalu bagaimana produktifitas kerjanya?

Tempat kerja ialah loka di mana sebagian besar orang, dan mungkin juga Anda, menghabiskan waktu Anda dalam 1 hari. Sebagai salah satu loka bersosialisasi, Anda perlu memperhatikan sikap dalam bekerja.



Tips Singkat Sikap dalam Bekerja

Berikut ini akan dibahas beberapa sikap dalam bekerja nan perlu Anda perhatikan di loka kerja.

  1. Melakukan pekerjaan

    Tujuan primer Anda berada di loka kerja tentunya melakukan pekerjaan nan diberikan atasan Anda berdasarkan visi, misi, dan sasaran perusahaan. Perhatikanlah sasaran waktu dan hasil nan diharapkan atasan, kemudian Anda susun perencanaan buat melakukan pekerjaan Anda. Jadwalkan pula waktu lembur jika tak cukup dilakukan di jam kerja normal. Jika Anda memiliki beberapa tugas, buatlah prioritas mengerjakannya, kerjakan nan lebih krusial lebih dulu, jangan mengerjakan semua bersamaan sebab akan mengurangi konsentrasi dan kualitas hasil pekerjaan Anda. Jika Anda menemui masalah, komunikasikanlah dengan atasan Anda.

  2. Menghadapi masalah

    Jika Anda memiliki masalah antarpersonal dengan rekan kerja, cobalah selesaikan dengan baik-baik, utamakan mencari solusi daripada mencari siapa nan salah. Tentu lebih mudah jika rekan kerja ini levelnya sama dan satu bagian dengan Anda. Namun jika Anda bermasalah dengan atasan Anda, Anda harus lebih cermat memilih kata-kata buat menyampaikan maksud Anda. Demikian juga jika dengan bawahan, hindari memarahi bawahan di depan orang lain. Ini akan menghilangkan kepercayaannya kepada Anda dan selanjutnya ia akan enggan mengerjakan tugas nan Anda berikan. Lalu jika ada rekan kerja dari bagian lain nan menghambat pekerjaan Anda, sampaikan secara langsung kepadanya keluhan Anda. Jika ia tak mau bekerja sama, baru Anda boleh menyampaikannya kepada atasannya. Namun jika Anda nan bersalah, dengan siapapun itu, akuilah kesalahan Anda dan minta maaf kepada pihak nan merasa Anda rugikan.

  3. Antara hak dan kewajiban

    Hak Anda di loka kerja ialah imbalan dan kesejahteraan, sementara kewajiban Anda ialah melakukan pekerjaan. Anda hendaknya lebih mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak. Lakukan dulu pekerjaan Anda dengan sebaik-baiknya, maka perusahaan akan memberikan hak sinkron hasil pekerjaan Anda berdasarkan ketetapan-ketetapan perusahaan. Jika perusahaan tak memberikan hak nan sesuai, Anda dapat menyelesaikannya melalui jalur-jalur nan tepat. Misalnya, komunikasikan dulu dengan atasan Anda, ke bagian personalia, baru ke perkumpulan pekerja —jika ada.



Kebutuhan Akan Prestasi

Anda pun mengalami sendiri, sebab pada umumnya karyawan bekerja buat memperoleh kepuasan kerja, yaitu dengan terpenuhinya sebagian dari kebutuhan hidupnya. Abraham Maslow dalam teorinya “ Hierarchy of Needs ” nan dikutip oleh Stephen Robbins (1993:214) mengatakan bahwa seseorang akan merasa puas terhadap pekerjaannya bila strata kebutuhannya terpenuhi. Strata kebutuhan tersebut ialah kebutuhan fisik atau biologis, ( physological need ), kebutuhan akan rasa kondusif ( safety needs ), kebutuhan sosial ( social need ), kebutuhan buat dihargai ( esteem needs ), serta kebutuhan ekspresi ( self actualization ).

Self Esteem merupakan bagian dari konsep diri dalam komunikasi antar persona, nan dalam perkembangannya terbentuk dari hubungan indivdu dengan lingkungannya dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Seperti nan dikatakan oleh Harry Stack Sullivan nan dikutip oleh Rakhmat (1985, 126-127) menjelaskan bahwa jika kita diterima, disenangi, dan dihormati sebab kaadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap hormat dan menerima diri kita.

Kelompok dalam berkerja maupun kelompok bermain merupakan penyumbang dalam perkembangan self esteem , karena rasa diterima, rasa kebersamaan dan keberhasilan kelompoknya dalam menyelesaikan tugas - tugas akan berpengaruh terhadap pembentukan self esteem .

Dengan kata lain bisa menampilkan apa nan terbaik dari dalam diri, termasuk dalam hal pekerjaan, jika para rekan kerjanya menganggap individu mampu mengerjakan pekerjaan, maka ia akan merasa mampu menyelesaikannya.

Moh As’ad (1995:57) mengatakan bahwa dalam beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa karyawan pada umumnya lebih menekankan pentingnya teman sekerja, jam kerja, faktor lingkungan, pengembangan diri, dsb dalam rangka menunjang kerja mereka. Dan



Kerjasama, namun tetap Haus Pada Prestasi

Dalam hal keterikatan kerjasama, tentu saja komunikasi menjadi hal nan sangat esensial, seperti nan dikemukakan oleh Halloran (dalam Liliweri, 1997:45) bahwa, manusia berkomunikasi dengan orang lain sebab didorong oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Perbedaan antar pribadi;
  2. Pemenuhan kekurangan;
  3. Perbedaan motivasi antar manusia;
  4. Pemenuhan akan harga diri; dan
  5. Kebutuhan atas pengakuan dari orang lain.

Rensis Linkert, seperti nan dikutip oleh Effendy (1988:59) menyatakan bahwa sifat kelompok menentukan sifat dari pengaruhnya terhadap kemajuan para anggota kelompok. Nilai – nilai kelompok, stabilitas nilai – nilai tersebut, suasana kelompok dan sifat – sifat dari kesesuaian nan dikehendaki oleh kelompok, menentukan apakah suatu kelompok menimbulkan suatu pengaruh positif atau negatif terhadap konduite kelompok.

. Pengaruh positif terhadap karyawan akan menyebabkan para karyawan bekerja lebih giat, dan dengan sendirinya akan berpengaruh pada tujuan nan akan dicapai oleh perusahaan nan bersangkutan. Interaksi dengan rekan sekerja dan organisai perusahaan memegang peranan nan sangat penting.

Lucas & Wilson dalam bukunya “ How to survive 9 to 5 ”( nan dalam versi indonesia menjadi “Memelihara Gairah Kerja : Psikologi buat orang Kantoran” , alih basa Ansis Kleden) memaparkan sebuah contoh sikap dalam berkerja nan di pengaruhi oleh vibe nan positif sebagai berikut :

"Beberapa perusahaan nan menyadari hasil nan diperoleh sebagai dampak dari terpenuhinya kebutuhan karyawannya mencoba buat bersikap lebih mendukung, telah diketahui selama paling kurang empat puluh tahun, bahwa semakin besar partisipasi diwaktu kerja, maka semakin besar pula kepuasan kerja dan produktivitas karyawan, sebagai contoh orang – orang Swedia membuktikan hal ini dengan rancangan nan baik dan sangat sukses nan dimulai oleh Volvo.” (Lucas & Wilson, 1989 : 139)

SDM sekali lagi merupakan salah satu faktor penggerak sumber daya nan lain dalam meningkatkan produktivitas kerja, maka muncul tantangan nan menuntut adanya perubahan dalam lingkungan kerja khususnya dari pihak manajemen terhadap para karyawan.

Yang merupakan aset jangka panjang nan absolut harus diperhatikan dalam usaha buat meningkatkan produktivitas kerja dan sikap dalam berkerja nan tepat, terutama bagi perusahaan nan profit oriented , sebab tak mudah mengganti tenaga kerja terlatih, atau menganggap mereka sebagai sebagai aset jangka pendek nan sewaktu – waktu bisa diganti. Para manajer nan menganggap bahwa SDM itu mudah di temukan, telah gagal sebelum memulai.