Berbagai Konsep Pengelolaan Sampah

Berbagai Konsep Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah ialah pengaturan tentang bagaimana sampah-sampah tangani. Penanganan sampah mencakup kegiatan mengumpulkan, mengangkut, memproses atau membuang, mengatur, dan memonitor jumlah sampah. Sampah nan dimaksud di sini ialah hal-hal nan dihasilkan dari aktivitas manusia, nan tak memiliki kegunaan lagi secara langsung.

Kegiatan pengelolaan sampah merupakan hal nan sangat penting, terutama dalam kaitannya dengan aspek kesehatan, aspek kebersihan lingkungan, dan aspek estetika ruang terbuka. Tujuan dari pengelolaan sampah ialah memanfaatkan sampah menjadi benda nan bernilai jual atau mengolah sampah menjadi benda nan tak berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup.

Praktik pengelolaan sampah bhineka di setiap negara (perbedaan nan siginifikan terletak pada pemrosesan sampah di negara maju dan negara berkembang). Di dalam sebuah negara pun pengelolaan sampahnya tak seragam di setiap wilayah, wilayah perkotaan berbeda dengan pedesaan, wilayah pemukiman juga berbeda dengan wilayah industri.



Metode Pembuangan dan Pengelolaannya

Ada beberapa metode pembuangan (sekaligus pengelolaan) sampah nan digunakan di berbagai negara, nan meliputi penimbunan di darat, pembakaran, daur ulang, serta pemrosesan secara biologis. Berikut uraian selengkapnya.



1. Penimbunan di Darat

Cara pembuangan sampah ini dilakukan dengan menimbunnya di area tertentu, kemudian mengubur sampah-sampah tersebut. Praktik pembuangan dan pengelolaan sampah ini ialah metode nan paling sering dilakukan di banyak negara. Loka penimbunan sampah biasanya didirikan di tanah-tanah kosong nan tak digunakan nan tak mengandung mineral di dalamnya dan belum pernah digali buat tujuan apapun.

Jika dikelola dengan baik, penimbunan sampah di darat dapat terlihat bersih, tertata, dan menjadi pilihan metode pembuangan sampah nan nisbi tak banyak memakan biaya. Sebaliknya, penimbunan sampah nan tak dikelola dengan baik akan menimbulkan banyak masalah lingkungan, seperti bau sampah nan diterbangkan angin, keberadaan kutu-kutu dan serangga lain, dan munculnya cairan-cairan menjijikan dari sampah-sampah basah.

Selain itu, jika penimbunan sampah tak dikelola dengan baik, akan muncul gas metana dan karbon dioksida nan berbahaya (menimbulkan polusi udara, membunuh tanaman-tanaman di sekitarnya, dan bisa meledak dan menimbulkan longsor sampah, seperti nan pernah terjadi di Bandung). Desain loka penimbunan sampah nan modern dan bersih haruslah bisa menghindari timbulnya cairan-cairan menjijikan dari sampah basah, sampah nan terbuat dari tanah liat atau lapisan plastik.

Di loka penimbunan sampah modern, sampah-sampah dipadatkan sehingga berbentuk kubus-kubus kumpulan sampah, agar tak banyak memakan ruang. Pemadatan ini juga efektif buat menghindari timbulnya serangga-serangga menjijikan atau tikus-tikus liar. Beberapa loka penimbunan sampah modern bahkan dilengkapi dengan sistem pembuangan gas buat menyalurkan gas metana nan dihasilkan sampah. Gas tersebut nantinya dapat disalurkan dan dimanfaatkan buat berbagai keperluan, seperti membangkitkan listrik.



2. Pembakaran

Metode pembuangan dan pengelolaan sampah dengan cara pembakaran biasanya digunakan buat menangani sampah-sampah padat. Sampah-sampah tersebut kemudian dibakar sehingga menghasilkan gas nan dapat dimanfaatkan buat berbagai keperluan. Metode ini cukup efektif buat menangani sampah padat dan sisa-sisa sampah cair. Proses pembakaran nisbi efisien buat mengurangi volume sampah padat sebesar 20% - 30% dari volume aslinya.

Metode pembakaran sampah dapat dilakukan kecil-kecilan oleh masing-masing individu atau secara besar-besaran oleh pihak industri atau pemerintah. Metode ini ialah metode nan dianggap tepat sebab dapat memusnahkan kandungan-kandungan kimia berbahaya dari sampah. Akan tetapi, metode pembakaran sampah masih mengandung kontroversi sebab asap nan dihasilkannya menghasilkan emisi nan mencemari udara. Pembakaran sampah banyak dilakukan di negara-negara nan tak memiliki banyak huma kosong, seperti Jepang.



3. Daur Ulang

Kegiatan daur ulang sampah ialah kegiatan mengumpulkan sampah-sampah nan nisbi masih dapat digunakan, seperti tempat-tempat minuman bekas (botol, kaleng, gelas plastik, dan lain-lain). Berbagai bahan nan terkandung di dalam sampah tersebut bisa diproses ulang buat menghasilkan produk-produk baru.

Jenis-jenis sampah nan banyak didaur ulang ialah sampah aluminium (misalnya kaleng minuman), tembaga (misalnya kawat), baja, botol-botol PET, benda berbahan dasar kaca, kardus tebal, kertas (misalnya Koran, majalah, buku), dan sebagainya.



4. Pemrosesan secara Biologis

Jenis sampah nan bisa dikelola secara biologis ialah sampah-sampah organik, seperti sampah tumbuhan, sisa-sisa makanan, dan produk-produk kertas. Cara pemrosesannya ialah dengan kegiatan pengomposan dengan tujuan membusukkan kandungan-kandungan organik di dalam sampah tersebut. Hasil dari pemrosesan sampah secara biologis bermanfaat buat pemupukan kebun-kebun dan kegiatan agrikultural lainnya. Tujuan dari pengelolaan sampah secara biologis ialah buat mengatur dan membantu mempercepat proses pembusukan alami.



Berbagai Konsep Pengelolaan Sampah

Dalam usaha mengelola sampah, terdapat beberapa konsep nan bisa digunakan. Setidaknya, ada 11 konsep pengelolaan sampah nan digunakan di berbagai negara di dunia. Lima diantaranya, yaitu sebagai berikut.



1. Hirarki Sampah atau Waste Hierarchy

Hirarki sampah ialah konsep pengelolaan sampah nan identik dengan kampanye meminimalisasi sampah. Hirarki sampah lebih dikenal dengan istilah “3R”, nan dalam bahasa Inggris berarti reduce, reuse , dan recycle .

Reduce berarti mengurangi jumlah sampah nan dihasilkan. Contohnya, jangan gunakan produk-produk sekali pakai, menghemat penggunaan air dan listrik, jangan gunakan kantong plastik saat berbelanja, dan jangan gunakan tisu/lap sekali pakai.

Adapun reuse berarti menggunakan lagi sampah nan masih dapat dipakai, misalnya memanfaatkan kaleng bekas sebagai loka pensil, botol bekas sebagai vas bunga, baju bekas sebagai lap, dan sebagainya. Sementara itu, recycle berarti mendaur ulang sampah menjadi barang nan benar-benar berbeda dan baru.



2. Prinsip Pengotor Membayar atau Polluter Pays Principle

Konsep pengotor membayar berarti pihak-pihak nan menghasilkan sampah harus membayar sejumlah uang sinkron jumlah sampah atau polusi nan dihasilkannya. Uang nan dibayarkan kemudian akan dipergunakan buat mengolah sampah tersebut secara layak sehingga tak meninggalkan polusi apapun.



3. Filosofi Zero Waste

Konsep filosofi zero waste kurang lebih memiliki prinsip nan sama dengan konsep reus e. Tidak hanya bertujuan mengurangi jumlah sampah, konsep ini juga mengusung nilai-nilai ekonomis, efisiensi, dan keberadaban seiring dengan semakin mampu manusia menghargai benda-bendanya dan berpikir dua kali sebelum membuangnya. Filosofi zero waste tak hanya berlaku buat pengelolaan sampah padat, tetapi juga mencakup penghematan tenaga listrik, air, dan sebagainya.



4. Perpanjangan Tanggung Jawab Produsen atau Extended Producer Responsibility

Konsep perpanjangan tanggung jawab produsen menekankan kepada produsen berbagai benda nan berpotensi menjadi sampah buat memasukkan biaya kepedulian lingkungan ke dalam harga barang. Selanjutnya, produsen bertanggung jawab membayar pihak nan akan menangani sampah barang nan dihasilkannya.

Misalnya, sebuah perusahaan nan memproduksi botol minuman wajib memasukkan biaya kepedulian lingkungan saat menentukan harga jual botolnya. Lantas perusahaan tersebut membayar pihak (bisa perusahaan atau organisasi lain) buat menangani sampah botol-botol produknya nan sudah tak dipakai oleh konsumen alias telah menjadi sampah. Penanganan tersebut dapat mencakup reuse atau recycling , tergantung perjanjian antara perusahaan dan pihak nan dibayarnya.



5. Bayar sinkron Sampah nan Kau Buang atau Pay as you Throw

Konsep pengelolaan sampah ini mirip dengan prinsip pengotor membayar, tetapi konsep bayar sinkron sampah nan kau buang ini lebih detail dan biasanya diterapkan buat sampah rumah tangga. Konsep ini menekankan biaya nan harus dibayar si pembuang sampah saat ia membuang sampahnya.

Besarnya jumlah uang nan harus dibayar tergantung pada ukuran dan bobot sampah nan dibuang. Jenis kantong sampah nan digunakan juga berpengaruh; semakin sulit kantong sampah tersebut dikelola, semakin mahal biaya nan harus dibayar (misalnya, penggunaan trash bag nan terbuat dari plastik tebal atau penggunaan wadah Styrofoam).

Selain kelima konsep pengelolaan sampah nan dipaparkan di atas, masih ada 6 konsep lainnya, mencakup best pr a cticable environmental option , muda, precautionary principle, product stewardship, proximity principle , dan resource recovery .

Konsep-konsep pengelolaan sampah ini biasanya dicetuskan oleh negara-negara maju dan memang berhasil diaplikasikan di negara-negara tersebut. Kurangnya pencerahan akan kebersihan lingkungan menyebabkan konsep-konsep ini nisbi sulit diterapkan di negara-negara berkembang.