Kata-Kata Bijak tentang Sifat Rendah Hati

Kata-Kata Bijak tentang Sifat Rendah Hati

Kehidupan nan serba hedonis, apalagi di lingkup metropolis, kterkadang meninggalkan sifat kesederhanaan seseorang menjadi pribadi ‘dingin’ dan jauh dari sifat rendah diri. Bahkan, semakin tinggi seseorang menduduki jabatan atau posisi tertentu, akan berimbas pada sifat baru nan mengikuti, yakni arogansi dan keangkuhan.

Zaman sekarang, kata-kata rendah hati hanya terdengar sayup-sayup di pendengaran. Semakin lama terasa semakin samar-samar sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti tak ada lagi penduduk bumi nan mengenali sifat bernama rendah hati. Selain itu, dikhawatirkan juga sifat rendah hati menjadi masa silam nan hanya diketahui sebagai sejarah saja.

Padahal, rendah hati bukan mengandung makna merendahkan diri sendiri, tetapi secara aktif mau berempati, mendengarkan dan berbagi kepada orang lain. Pada akhirnya, akan tercipta interaksi serasi antara kedua belah pihak sehingga kondisi emosi dan ego seseorang bisa terkontrol dengan baik.

Sebuah pribadi nan rendah hati, tak akan memandang orang lain dengan sudut pandang nan sempit. Justru akan menghargai orang lain dan melihat orang lain sebagai makhluk kreasi Tuhan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pandangan nan tak sempit ini akan membuat seseorang akan berupaya berbagi kebahagiaan dengan sesama manusia.

Selain itu, mereka berupaya sebanyak mungkin berbagi karunia Tuhan nan diperolehnya agar orang lain juga ikut merasakannya. Untuk itu, estetika berbagi, estetika memberi, sesungguhnya mencerminkan pribadi berjiwa besar.



Mengenali si Rendah Hati

Salah satu indikasi seseorang memiliki sifat rendah hati ialah mau mendengarkan kritik, saran, atau masukan dari orang lain. Dengan kata lain, tak memandang diri sendiri sebagai sosok nan teramat sempurna. Selain itu, mereka juga menyadari bahwasanya Tuhan memberi manusia satu mulut dan dua telinga, maksudnya agar manusia lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara.

Makna mendengarkan itu sangat dalam. Hanya dengan mau mendengarkan keluh-kesah atau permasalahan orang lain, seolah separuh beban orang tersebut akan terangkat pergi sehingga perasaan menjadi lebih lega. Indikasi sosok nan memiliki karakter rendah hati lainnya ialah mau mengakui kesalahan nan diperbuatnya dan berani meminta maaf, apabila dia mempunyai kesalahan baik nan disengaja maupun tak disengaja, nan dapat berakibat bisa menyinggung perasaan orang lain.

Hal ini bisa diartikan bahwa orang nan mau meminta maaf berarti amat perduli dengan perasaan orang lain. Sama sekali tak ingin orang lain menderita atau sengsara. Sifat rendah hati merupakan dasar dari keutamaan sifat. Apabila suatu jiwa tak memiliki kerendahan hati maka dapat dibilang tidak ada keutamaan dalam dirinya, tetapi hanyalah berbentuk fisik atau lahiriah saja. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa kerendahan hati seseorang justru akan menjadi penyempurna dirinya, baik di mata Tuhan maupun manusia.



Kata-Kata Bijak tentang Sifat Rendah Hati

Ada beberapa pakar nan mengelurkan kata-kata bijak tentang rendah hati, antara lain sebagai berikut.



Thomas A Kempis

Orang nan menganggap diri rendah dan suka dipandang sebelah mata dan diremehkan orang lain dan menyenangkan Allah dalam taraf tertinggi. Orang tersebut sudi merendahkan Dirinya kepada mereka, mencurahkan harta pusaka rahmat-Nya atas mereka, menyingkapkan rahasia-rahasia-Nya kepada mereka, mengundang dan menarik mereka dengan manis kepada dirinya.

Demikianlah, semakin orang merendahkan dan meremehkan dirinya (bersifat rendah diri) di hadapan manusia, semakin ia tinggi dan menjadi besar dalam pandangan Allah. Sebaliknya, semakin terang ia, suatu hari kelak akan memandang Intisari Ilahi.



St. Bonaventura

Ciri-ciri rendah hati nan diungkapkan oleh St. Bonaventura, antara lain sebagai berikut.

  1. Anggaplah dirimu sebagai seorang hina
  2. Bersukacitalah dianggap demikian oleh nan lain.
  3. Jangan pernah meninggikan dirimu sendiri oleh sebab anugerah-anugerah Allah dan maka engkau akan rendah hati secara sempurna.

Rendah hati yang diajarkan Kristus kepada kita baik dengan perkataan dan teladan, hendaknya meliputi tiga keadaan. Pertama, hendaknya kita dengan segala ketulusan hati menganggap diri layak menerima celaan dari manusia. Kedua, bergembira bahwa orang-orang lain melihat apa nan tidak paripurna dalam diri kita dan apa nan menyebabkan mereka merendahkan kita.

Ketiga, ketika Tuhan melakukan karya baik apapun dalam diri kita atau melalui kita, sembunyikanlah, jika mungkin, mengingat kehinaan kita, dan jika ini tidak bisa dilakukan, serahkanlah kepada Kerahiman Ilahi, dan demi kebaikan nan lain. Betapa senang ia nan mencapai kerendahan hati ini! dan ia nan tak bisa mencapainya dan dukacita akan senantiasa menyertainya.



St Vincentius de Paul

Hendaknya kita senantiasa menganggap nan lain sebagai superior kita dan mengalah kepada mereka, bahkan meski mereka ialah bawahan kita, dengan menyampaikan kepada mereka segala macam penghormatan dan pelayanan. Oh, betapa merupakan suatu hal nan indah, andai itu menyenangkan Allah dalam meneguhkan kita dalam praktik nan demikian.

Tuhan kita bersabda bahwa barangsiapa hendak menjadi nan terbesar dari semua haruslah menjadikan dirinya nan terkecil dari semua. Inilah kebenaran nan diyakini semua umat Kristiani. Jadi, bagaimana dapat terjadi bahwa begitu sedikit orang nan mengamalkannya?



St. Teresa

Jangan percaya bahwa engkau telah mengalami kemajuan dalam kesempurnaan terkecuali engkau menganggap diri sebagai nan paling hina dari semua (selalu rendah hati) dan menghendaki semua lebih dipilih dari engkau. Hal inilah tanda dari mereka nan besar di mata Allah, yakni menjadi kecil dalam pandangan mereka sendiri; dan semakin mulia mereka dalam pandangan Allah, semakin hina mereka tampak dalam pandangan mereka sendiri.



Hadis Imam Baqir a.s.

Tanda-tanda rendah hati, “Engkau bisa dikatakan rendah hati jika engkau rela duduk di sebuah majelis nan lebih rendah dari kedudukanmu, mengucapkan salam kepada orang nan kau jumpai, dan menghindari debat meskipun engkau benar”.



Hadis Imam Kazhim a.s.

Menjadi sosok nan rendah diri, “Barang siapa nan menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri, dengki, dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya.

Barang siapa nan akalnya telah sempurna, ia akan merasa cukup dengan rezeki nan mencukupi hidupnya. Barang siapa nan merasa cukup dengan rezeki nan mencukupi hidupnya,ia akan merasa kaya. Dan barang siapa nan tak merasa cukup dengan rezeki nan mencukupi hidupnya, ia tak pernah merasakan kekayaan sama sekali”.



Mother Teresa, Legenda Sosok Rendah Hati

Nama Agnesë Gonxhe Bojaxhiu, barangkali tak familiar di telinga masyarakat dunia. Tetapi, siapakah nan tak mengenal sosok nan dikenal amat rendah hati, Mother Teresa? Beliau lahir pada 26 Agustus 1910 dan kehilangan sang ayah tercinta saat umurnya baru 8 tahun. Kurang lebih 10 tahun kemudian, dia mengambil keputusan besar dalam hidupnya buat menjalani pekerjaan misi sosial.

Pada tahun 1929, beliau menginjakkan kaki ke India dan lebih banyak melakukan pekerjaan sosial di Kalkuta. Inilah nan melatarbelakangi di kemudian hari beliau dikenal dengan panggilan Mother Teresa of Calcutta. Di Kalkuta, Mother Teresa banyak memperhatikan dan memberi pedagogi kepada anak-anak miskin. Tidak sporadis beliau menyaksikan anak-anak nan terlantar, kurang makan, menderita atau tengah sekarat di jalan, sebab ditolak rumah sakit setempat.

Tanpa mengenal risih, jijik, atau takut, beliau dengan rendah hati mengabdikan diri pada orang-orang miskin, termasuk memperhatikan penderita lepra, HIV/AIDS, TBC, atau penyakit berbahaya lainnya nan sangat dijauhi masyarakat. Berpuluh-puluh tahun Mother Teresa melakukan pekerjaan mulia itu hingga berbagai penghargaan pernah diraihnya berkat sifat rendah hati nan sudah inheren padanya. Meski tujuan beliau bukan buat mendapatkan penghargaan demi penghargaan.

Salah satu penghargaan nan diperoleh Mother Teresa ialah Nobel Perdamaian pada tahun 1979. Selain itu, beliau juga mendapatkan penghargaan dari berbagai negara. Tahun 1983, beliau mengalami agresi jantung saat mengadakan kunjungan ke Roma. Pascaserangan jantung itu, kondisi kesehatannya terus menurun.

Sampai akhirnya pada 5 September 1997, Mother Teresa menghembuskan nafas terakhir. Hingga hari terakhirnya, beliau sudah melakukan lebih dari 600 misi sosial, nan telah dilakukan pada lebih dari 100 negara di dunia. Beliau meninggalkan ribuan anggota asosiasi nan dibentuknya. Sang legenda nan memiliki sifat rendah hati itu telah pergi selamanya.