Hilangnya Satu Ilmu

Hilangnya Satu Ilmu

Bencana alam dapat dikatakan sebagai rahasia nan cukup dekat dengan manusia. Bala alam dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Penyebabnya pun dapat sebab faktor alam atau kelalaian manusia. Di Indonesia sendiri atau bahkan di negara manapun, bala alam niscaya menyebabkan kerugian bagi siapa saja. Bala alam bisa memengaruhi sistem pada sebuah negara. Jika bencananya besar, maka hal itu juga bisa menjadi penyebab kematian bagi banyaknya penduduk negara tersebut. Jenis bala besar nan akhir-akhir ini sering terjadi ialah tsunami. Sedangkan jenis bala alam nan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi banyak negara ialah kebakaran .

Berdasarkan penyebabnya, lalapan si jago merah ini merupakan sebuah bala alam nan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan kelalaian manusia. Kedua faktor itulah nan membuat kemungkinan terjadinya bala kebakaran menjadi lebih besar.



Pembakaran Hutan

Jenis lalapan si jago merah nan terjadi sebab faktor kelalaian manusia dan faktor alam ialah apa nan terjadi di hutan. Akibat negatif lebih banyak dihasilkan dari bala nan terjadi di hutan ini. Hutan nan berfungsi sebagai paru-paru global harus kehilangan beberapa bagiannya dampak ulah api. Barah bahkan dapat memusnahkan tumbuhan menghijau nan telah dipelihara selama bertahun-tahun,. Bahkan tanpa menyisahan apapun kecuali hamparan tanah menghitam nan membuat jerih payah bertahun itu menghilang menjadi abu. Hal ini niscaya akan membuat jantung orang nan melihatnya terasa turun dan tidak kuat berdiri. Seolah kehidupannya sendirilah nan telah direnggut oleh kobaran si jago merah nan rakus dan tidak kenal ampun.

Hutan nan terbakar sebab faktor alam dipicu sebab musim panas nan berkepanjangan di sekitar daerah hutan serta tanah nan bergambut nan memang menyimpan bara barah nan dapat muncul kapanpun ketika ada pencetus nan sangat pas. Suhu panas dan pasokan air nan kurang mengakibatkan daun dan pohon menjadi kering. Jika sudah demikian, hutan akan mudah buat terbakar. Untuk itulah agar tak mengalami kerugian nan sangat besar dampak terbakarnya hutan atau kebun, para petani karet akan dengan sangat rajin membersihkan daun-daun nan berguguran dan membakarnya agar kalau ada barah sedikit saja, tumpukan daun tak menjadi besar dan menghanguskan holistik kebun.

Terbakarnya hutan sebab faktor lainnya ialah faktor manusia. Terbakarnya hutan nan disebabkan oleh manusia dapat sebab faktor kesengajaan atau tak sengaja. Kebakaran hutan nan disengaja oleh manusia berkenaan dengan kebutuhan mereka dalam menggunakan lahan. Huma hutan nan sudah dibakar, bagus buat huma perkebunan. Hal ini disebut juga sebagai pembersihan lahan. Biasanya barah itu diarahkan dan dijaga agar tak merembet ke huma nan lain nan mungkin tak ingin dibakar. Kalau sampai barah tak terkendali, biasanya petugas nan bertanggungjawab akan segera sekuat tenaga memadamkan barah itu.

Mereka sangat mempertimbangkan arah angin dan kecepatan angin pada hari tertentu. Ketika estimasi itu dianggap telah tepat, maka proses pembakaran huma akan dilakukan. Proses ini diambil sebab gaya seperti inilah nan dianggap paling cepat dalam membersihkan lahan. Sekaligus unsur abu dari kayu dan dahan serta daun nan terbakar akan menjadi pupuk nan baik.

Kalau pembersihan huma dilakukan secara manual, biaya nan dikeluarkan akan sangat mahal dan akan memakan waktu nan cukup lama sekaligus akan membuat tambahan pekerjaan buat memberikan tambahan humus kepada tanah. Jadi cara membakar hutan itu masih dianggap nan terbaik oleh apra petani atau oleh para pemilik huma nan akan dimanfaatkan sebagai kebun kelapa sawit atau kebun karet dan jenis kebun atau ladang lainnya.

Sedangkan, jenis terbakarnya hutan nan disebabkan sebab ketidaksengajaan manusia sebagian besar diakibatkan sebab kelalaian individu orang per orang. Hal nan harus diingat, ialah jangan pernah membuang puntung rokok atau apapun nan mengandung barah ke dalam hutan. Ketika itu terjadi, tanpa sepengetahuan kita hutan dapat terbakar karenanya.



Hutan Sangat Penting

Sebagai paru-paru dunia, hutan sangat penting. Tetapi sebab kepentingan manusia juga akhirnya hutan itu harus dirambah dan dijadikan kebun-kebun atau sawah-sawah nan akan digunakan sebagai wahana menghasilkan padi. Ketika pembukaan huma biasanya dilakukan pada saat musim kemarau agar barah bisa melahap semua pohon dan ilalang nan ada di satu huma nan luas.

Hal ini ternyata menimbulkan satu masalah baru, yaitu kabut asap nan sangat membahayakan kehidupan manusia. Tidak hanya merugikan kesehatan manusia tetapi juga faktor ekonomi menjadi terganggu. Penerbangan tak dapat beroperasi dengan baik sebab jeda pandang nan sangat pendek. Masyarakat juga terganggu aktivitas di luar rumahnya sebab mereka harus mengenakan masker dan mereka juga terpaksa terserang berbagai penyakit, seperti batuk dan penyakit saluran pernapasan atas lainnya.

Sudah barang tentu, biaya berobat menjadi satu beban tersendiri nan harus ditanggung oleh masyarakat dampak dari pembakaran hutan bagi huma pertanian. Tidak hanya itu, fungsi hutan nan dapat sebagai loka penghidupan bagi penduduk nan tinggal di dalam hutan dan juga bagi para hewan dan tumbuhan, menjadi hilang.

Masyarakat sekitar tak lagi mempunyai loka bergantung dalam mencari nafkah. Kalau mereka masyarakat nan berpendidikan dan mempunyai ketrampilan, mungkin tak menjadi masalah. Yang perlu dipikirkan ialah bahwa masyarakat nan tinggal di tepi hutan itu biasanya masyarakat dengan taraf pendidikan rendah dan tak mempunyai keterampilan apapun selain berburu dan bercocok tanam seadanya.

Mereka benar-benar mengandalkan kebaikan hutan. Apalagi kalau hewan-hewan nan menjadi buruan mereka juga lenyap sebab wafat atau sebab hewan-hewan itu pergi ke loka lain menyelamatkan dirinya. Semakin terpuruklah keadaan masyarakat bawah itu. Pemerintah seharusnya sangat memperhatikan hal ini dan tak asal memberikan izin pembukaan lahan. Kalau izin itu diberikan secara membabi buta, maka hutan Indonesia akhirnya akan habis dan dengan habisnya hutan, dampak terparah niscaya akan dialami oleh rakyat nan tidak berdosa dan tidak berdaya. Dengan demikian, terbakarnya hutan itu bukan satu hal sepele nan tak perlu dipikirkan dengan saksama. Banyak nan dirugikan dengan adanya kebakaran hutan tersebut.



Hilangnya Satu Ilmu

Hutan ialah huma ilmu. Hutan dapat mengajarkan banyak hal. Hutan itu memberikan pengetahuan nan luas tentang hayati dan penghidupan. Apa nan terjadi di hutan harusnya menjadi satu pelajaran nan sangat berharga bagi manusia. Istilah ‘Hukum Rimba’ ialah satu hal nan didapatkan dari kehidupan dalam hutan.

Kalau hutan telah menghilang sebab kelalaian dan kesombongan serta keserakahan manusia, itu namanya manusia tidak ingin mempunyai ilmu nan banyak dan tidak mau belajar banyak dari alam. Akan sangat berbeda bermain dan belajar di hutan nan sesungguhnya dengan bermain dan belajar dari hutan buatan. Tak ada nan seindah dan selengkap hutan nan memang diciptakan langsung oleh Tuhan buat manusia dan bukannya kreasi manusia.

Kelengkapan hebitat dan jenis tumbuhan serta jenis hewan ialah anugerah nan tidak terkirakan. Manusia saja nan silau dengan global sehingga dengan teganya merusak apa nan seharusnya menjadi tanggung jawabnya buat menjaganya. Manusia dengan segaal teknologi nan dimilikinya berusaha melakukan apa saja demi mendapatkan laba nan maksimal dari apa nan dilakukannya.

Hutan juga merupakan sumber daya alam nan tak ternilai. Di dalamnya terkandung berbagai keanekaragaman hayati, tumbuh-tumbuhan dan bermacam hewan. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan cadangan air tanah. Air hujan nan turun dari langit kemudian diserap akar pohon dan disimpan dalam tanah buat persediaan air tanah. Jika pohon dalam hutan terbakar, maka akar tak bisa menyerap air dan akibatnya musibah susulan lainnya niscaya terjadi, seperti erosi, tanah longsor, dan banjir.

Terbakarnya sebuah hutan benar-benar membawa akibat jelek bagi apapun. Sumber daya alam berupa tumbuhan akan wafat dan hewan-hewan akan kehilangan habitat aslinya. Hal ini dapat menjadi penyebab punahnya ekosistem nan ada dihutan. Kalau memang bsia dihindarkan, jangan membakar hutan. Biarkan hutan lestari. Untuk perkebunan, demi menaikan produksi, manusia dapat membuat pupuk atau pola tanam nan memungkinkan produksi naik tanpa merambah hutan lagi.

Bukan hanya itu, kebakaran juga bisa berakibat tak baik bagi kesehatan. Asap tebal nan disebabkan sebab terbakarnya berkubik-kubik kayu bisa menyebabkan penyakit bagi saluran pernafasan nan akut.