3. D.N Aidit

3. D.N Aidit

Pada 1914, seorang sosialis asal Belanda, Heenk Sneevliet, mendirikan partai nan bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Inilah cikal bakal terbentuknya Partai Komunis pertama di Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) lahir pada 1924 di bawah pimpinan Semaoen. PKI banyak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Belanda hingga Indonesia merdeka.

PKI sempat menjadi partai nan sangat berjaya di Indonesia. Bahkan, pada 1960-an, PKI sangat dekat dengan Presiden Soekarno nan notabene orang nomor satu di Indonesia. Sepak terjang PKI tampaknya tidak dapat dilepaskan dari beberapa orang berikut ini. Mereka ialah orang-orang nan membawa PKI menjadi partai nan paling sering dipermasalahkan di Indonesia.



1. Semaoen

Sejak usia 15, ia sudah bergabung dengan ISDV. Ia berguru langsung kepada Heenk Sneevliet dalam mempelajari ilmu sosisalis komunis. Semaoen ialah ketua pertama PKI. Saat diangkat menjadi pemimpin, usianya masih nisbi muda, yaitu 20. Dalam pemikirannya, Semaoen banyak menggabungkan antara pemikiran Islam dan Komunis.

Hal itu terjadi sebab pada masa kecilnya, Semaoen ialah anggota Perkumpulan Islam. Bahkan, ia ialah salah satu orang nan membangun interaksi baik antara Perkumpulan Islam dan Partai Komunis pada awal 1920-an.



2. Tan Malaka

Tan Malaka ialah orang nan dikagumi sebab kecerdasannya. Ia menggagas pemikiran Madilog (Matrealisme Dialektika dan Logika). Selain Madilog, ia menulis beberapa buku, seperti Dari Pendjara ke Pendjara dan Gerpolek . Bahkan, ia ialah orang pertama nan mendeklarasikan Partai Republik Indoneisa di Bangkok. Selama masa hidupnya, Tan Malaka banyak sekali diasingkan dari negeri Idonesia.

Saat pengasingan, Tan Malaka hijrah ke Moskow, Berlin, dan Belanda. Meskipun berada di luar Indonesia, Tan Malaka tak penah berhenti mempejuangkan kemerdekaan. Ia menulis banyak artikel dan melakukan berbagai propaganda politik melalui media luar negeri. Tan Malaka meninggal pada 1949. Harry A Poeze, sejarawan asal Belanda, menyebutkan bahwa ia wafat ditembak TNI di lereng Gunung Wilis, Kediri.



3. D.N Aidit

Dipa Nusantara Aidit merupakan tokoh nan berpengaurh di PKI pada 1960-an. Ia juga dituding sebagai dalang penculikan beberapa petinggi TNI pada 1965. Aidit sukses membawa PKI menjadi partai terbesar di Indonesia pada 1965 sebab ia sukses mendekati Soekarno. Bahkan, Aidit sempat meminta Soekarno buat membuat angkatan perang ke-5 di Indonesia. Aidit ingin para buruh dan tani dipersenjatai oleh pemerintah.

Setelah dituding menjadi dalang dalam Gerakan 30 September, Aidit mulai melarikan diri ke berbagai tempat. Sebelum akhirnya tertangkap di Jawa Tengah, Aidit pernah berpindah-pindah dari Jogja, Solo, hingga Banyuwangi. Kematian Aidit masih menjadi rahasia sebab jenazahnya sampai hari ini tak dapat ditemukan.



Sejarah Partai Komunias Indonesia

Tidak semua orang tahu dengan persis bagaimana sejarah Partai Komunis Indonesia ini dapat berdiri di negera kita. Bahkan mungkin saat ini Partai Komunis Indonesia sudah dilupakan masyarakat, mengingat peristiwa berdarah nan pernah dilakukan mereka.

Sejak dulu, dan hingga sekarang, Indonesia terutama terdiri dari petani. Padi ditanam para petani buat makanan pokok. Penjajahan Belanda mendirikan pekebunan, dimiliki modal besar, buat memproduksi barang ekspor [gula, kopi, teh, kakao, tembakao, karet). Kemudian minyak diexploitir Royal Dutch Shell, suatu perusahaan modal Inggris dan Belanda.

Indonesia merupakan daerah jajahan Belanda nan terpenting, dan penjajahan atasnya menjadi kunci pembangunan negeri Belanda modern. Perdagangan komoditas Indonesi menjadi sumber untung nan besar bagi kaum kapitalis di Belanda, dan berberapa industri di Belanda (contohnya, pembuatan cerutu, coklat) berdasar impor dari tanah Indonesia.

Bagaimanakah Belanda, nan jumlah penduduknya hanya seperpuluh Indonesia, sukses mendirikan rezim nan berkuasa selama tiga abad? Tentulah, alasan nan paling mendasar bagi hal itu adalah perkembangan kekuatan produktif nan jauh lebih tinggi, dengan pemerintah dengan kontrol politik dan militer nan sinkron dengan kemajuan industri.

Kekuasaan Belanda tergantung pada tak adanya persatuan di antara suku-suku bangsa nan mendiami kepulauan Indonesia. Penjajah Belanda menerapkan sistem kekuasaan nan tak langsung, dengan menggabungkan pemerintahan dengan kaum priyayi pribumi, aristokrasi pra-Islam. "Regen" pribumi menjalankan pemerintahan daerah besama "saudara muda" mereka, wakil regen asal Belanda.

Sekolah administrasi dan kedokteran didirikan oleh Belanda buat mendidik anak priyayi kecil, dan melibatkannya dalam pemerintahan penjajahan. Meskipun demikian, sekolah-sekolah ini juga menghasilkan banyak pemimpin awal nan nasionalis dan radikal.

Kaum petani menderita dampak penjajahan Belanda dalam banyak segi, nan pertama dan paling berat ialah mereka menedita dampak diterapkannya bentuk perpajakan.

Ironisnya, beban pajak menjadi lebih berat pada zaman diterapkannya kebijakan "etis" (liberal), nan diadopsi oleh administrasi kolonial pada pergantian abad ke-20, ketika dibangun infrastruktur nan dibiayi pajak.

Kebijakan tanam paksa nan mengharuskan petani menanam tanaman keras merupakan beban lain nan ditanggung petani dan memusnahkan kebebasan petani (kebijakan ini kemudian dihapuskan).

Sewaktu itu petani terpaksa menjadikan sepertiga sampai setengah tanah mereka tersedia buat dipakai perkebunan gula. Karena dipaksa bayar pajak, makin banyak tanah dipakai, dan petani makin terpuruk dalam kemiskinan dan makin tergantung pada sistem kapitalis.

Borjuasi kecil pribumi di perkotaan sangat lemah, sebagian besarnya pedagang (banyak keturunan Tionghoa), dan bagian kecil pegawai. Tanpa industri nan berkembang, kaum buruh kecil sekali. Buruh terpusat di sektor pemerintahan dan transportasi nan dimiliki oleh swasta, yaitu kereta barah dan trem.

Dengan tak adanya oposisi politik nan berarti sebelum perang global pertama, kekuasaan Belanda sempat bertindak agak liberal, tetapi bersifat paternalistik, meskipun kebebasan pers dan berorganisasi senantiasa tak mutlak. Ketika perjuangan mulai timbul di kaum petani, buruh dan kelas menengah, segala kebebasan ini langsung dicabut.

Kemelaratan dan represi politik, hanya dibungkus oleh tabir toleransi liberal nan tipis, merupakan karakteristik primer rakyat Indonesia pada tahun-tahun awal abad ini. Hampir seluruh rakyat buta huruf, dan berbagai penyakit tersebar luas mayoritas rakyat berada di bawah pengaruh kuat agama (Islam) dan kebudayaan tradisionil.

Feodalisme nan ada sebelum penjajahan diidolakan. Bersamaan dengan itu kapitalisme dan pengalaman pejuangan kelas mulai merubah sikap kaum muda, dan khususnya kaum buruh. Pendidikan modern mengajarkan kelas menengah buat mempersoalkan kekuasaan Belanda

Perang antara Rusia dan Jepang di tahun 1904-05, terlihat sebagai kekalahan satu kekuatan bangsa Eropa oleh suatu negara timur, dan akibatnya memengaruhi suasana politik seluruh kawasan Timur Jauh.

Di Indonesia hal itu terutama mempengaruhi kalangan muda nan terpelajar. Kemudian terjadi Perang Global Pertama nan mengakibatkan kekurangan pangan, kekacauan, inflasi, dan meningkatnya penderitaan massa, nan pada giliran berikutnya hal itu menyebabkan berberapa gelombang kerusuhan dan militansi di kalangan kaum tani dan buruh. Sejarah gerakan nasionalis modern, termasuk PKI, dimulai pada periode itu.



Makna Krusial PKI

PKI didirikan dalam gelombang pertama perjuangan anti Belanda. Pada awal tahun 20-an, dengan adanya perpecahan dalam kepemimpinan kelas menengah nan ada waktu itu, PKI muncul sebagai organisasi terkemuka dalam perjuangan kebangsaan dan kelas.

Namun demikian, kelemahan pimpinan PKI dan pergeseran mereka ke politik ultra-kiri, menggiring partai ini menemui kegagalan total pada tahun 1923-26. hal ini memungkinkan para pimpinan kelas menengah nasionalis bercokol di pucuk pimpinan pada perjuangan kemerdekaan di tahun 1940-an.

Pada era awal PKI itu sebenarnya terbuka kemungkinan istimewa u membangun kepemimpinan massa nan Marxis, nan memperjuangan kebebasan nasional dan sosial menurut garis Revolusi Permanen.

Hal ini memungkinkan didirikannya republik soviet sebagai hasil kebangkitan di tahun 1940-an, yang, jika ini terjadi, bisa memberi pengaruh penting pada jalannya revolusi di Cina dan Vietnam. Tetapi sebab banyaknya kesalahan pimpinan PKI, terutama tak ada kader bersifat Bolsevik, jalur tersebut tersedia buat munculnya rezim bourjuis bonapartis.

Merosotnya Komintern merupakan faktor tambahan dalam proses ini. Sesudah 1926 Stalinisme menjadi rintangan nan amat kuat - akhirnya tak teratasi - buat memperbaiki kesalahan masa lalu dan mengembalikan orientasi PKI ke garis Bolshevik.

Walaupun kesempatan ini hilang, pemkembangan awal PKI sangat patut dicatat dan mungkin paling signifikan di antara negara-negara jajahan, temasuk Cina. PKI ialah partai komunis pertama nan didirikan di Asia di luar Uni Soviet dan merintis strategi - terutama blok dalam pejuangan nasionalis - mendahului taktik PK Cina.

Sebaiknya diindahkan, di Cina kaum buruh dan borjuis nasional jauh lebih berkembang daripada di Indonesia. Di sana (Cina) kebijakan "entrisme" dilakukan secara korup oleh Stalinisme (bukan kebijakannya nan salah), mengakibatkan kemusnahan PK Cina pada akhir 20-an.

Tradisi Komunisme nan berakar pada era itu memungkinkan timbulnya PKI baru nan berbasis massa pada tahun 1940-an sebagai organisasi lumrah bagi kaum buruh dan berberapa bagian petani.

Namun dengan dihapus tuntasnya Marxisme dari kebijakan-kebijakannya (hal nan amat signifikan, perkembangan partai pra-1920 dihapus dari sejarah resmi partai), PKI mempersiapkan jalan bagi opportunisme dan adventurisme nan berakibat pembunuhan sejuta kaum komunis Indonesia menyusul kup Soeharto 1965.

Semua konklusi fundamental nan ditarik oleh Marxisme tentang haluan dan soal pejuangan kolonial, dikukuhkan oleh pengalaman perjuangan di Indonesia. Kesuksesan dan kegagalan PKI, sebagai faktor materail dalam proses perjuangan, penuh mengandung pelajaran bagi kita dalam menghadapi tugas-tugas kita di negeri-negeri nan dulu merupakan daerah jajahan.