Film Nasional - Pelarangan Tayang Film Barat

Film Nasional - Pelarangan Tayang Film Barat

Industri film nasional kita saat ini sudah mulai mengalami perkembangan ke arah nan sangat baik. Kualitas film nan mengalami peningkatan cukup signifikan ini membuat banyak film kita mampu merebut pasar dalam negeri. Hal ini terlihat dari bagaimana film kita mulai sering menghiasi berbagai studio-studio film seperti Cineplex 21 atau Studio 21.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa banyaknya para pekerja industri film nasional nan merupakan generasi-generasi muda kreatif ternyata mampu memberikan suasana dan angin segar pada industri perfilman Indonesia secara umum.

Selain itu, banyaknya film-film dari luar negeri nan masuk ke Indonesia juga memberikan kontribusi nan sangat baik bagi perkembangan film di Indonesia saat ini. Karena jelaslah bagi kita, bahwa film-film luar negeri itu sering menjadi surat keterangan nan cukup baik dan memberikan pengaruh nan cukup besar pada para pekerja industri film.

Bagaimana tidak, film-film sensasional seperti "Harry Potter" nan sempat membuat penggemar film rela antri hanya buat mendapatkan tiketnya, atau seperti film "Jurasic Park" nan melegenda, secara tak langsung memacu para pekerja film kita buat mampu membuat film serupa dan dapat menembus pasar internasional.

Walaupun belum sampai membuat sebuah film sensasional sekelas "Avenger" nan saat ini sedang tayang hampir di seluruh studio film di kota-kota besar di Indonesia, namun sudah banyak film Indonesia nan mampu membuat para penggemar film di negara kita rela berdesak-desakkan demi mendapatkan selembar tiket. Sebut saja seperti film "Ayat-Ayat Cinta" nan sempat bertahan di bioskop-bioskop Indonesia hingga beberapa bulan.

"Ayat-Ayat Cinta" tersebut hanya salah satu dari sekian banyak film kita nan sudah jauh lebih baik dari film zaman dahulu. Film-film nan bertema horor dengan tokoh-tokoh menyeramkan seperti pocong dan lain sebagainya, ternyata juga mampu membuat masyarakat kita rela mengeluarkan sejumlah uang buat menikmati film bertema horor tersebut.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa film Indonesia lebih banyak bergenre kekonyolan dan kebodohan daripada nan bertema seperti sains fiction yang jauh lebih penuh pengetahuan? Inilah nan harus menjadi bahan renungan kita semua.



Film Nasional nan Mendapat Apresiasi dari Masyarakat Luas

Film Nasional - Hafalan Shalat Delisa

"Hafalan Shalat Delisa" ini ialah salah satu film nan mendapatkan banyak perhatian publik di tanah air. Film ini rilis pada bulan Desember 2011 dan diperankan oleh Reza Rahardian, Cantiq Schagerl, dan Nirina Zubir. Kisah di dalam film ini diambil dari buku novel nan ditulis oleh Tere Liye dengan judul nan sama.

Kisah di dalam film nan berlatar belakang Aceh ini bercerita tentang bagaimana gempa bumi di Aceh telah mengubah kehidupan Delisa. Gadis periang nan sangat berbahagia itu harus kehilangan Ummi dan ketiga saudaranya. Bahkan ia harus kehilangan salah satu kakinya dampak tsunami nan sempat menghanyutkannya.

Penderitaan Delisa sempat mendapatkan perhatian banyak orang nan iba padanya. Untunglah Abi-nya masih dapat ditemukan dan mereka dapat hayati bersama.

Di dalam film ini, ada hikmah nan ingin diangkat bahwa kesedihan itu bukanlah buat terus diratapi dan membuat seseorang menjadi lemah. Delisa, gadis kecil nan akhirnya hanya memiliki satu kaki itu sudah membuktikannya, bahwa kesedihan, seberat apa pun bisa menjadi sebuah kekuatan nan mampu mengubah keadaan nan sarat air mata menjadi penuh tawa keceriaan.



Film Nasional - The Raid

Ketika membaca judul film "The Raid" di salah satu poster penayangan film di Kota Surabaya, aku sempat mengira bahwa film ini ialah film luar negeri. Siapa nan sangka bahwa "The Raid" ini ialah film dengan penggarapan nan sangat bagus.

Film nan rilis pada bulan Maret 2012 ini, termasuk film pertama nan mampu mengambil tema action nan cukup berat dan kisah pembunuhan nan hampir mirip dengan film-film luar negeri. Sound imbas dan berbagai trik kamera nan digunakan dalam pembuatan film nan satu ini pun cukup membuat decak kagum penontonnya.

Kisah di dalam film nasional nan satu ini menceritakan bagaimana sekolompok tim SWAT berusaha menangkap bandar narkotika nan sangat lihai dan licin. Ilmu bela diri, pengintaian, perkelahian, dan tembak-menembak nan terjadi di film "The Raid" ini sangat keren. Banyak para penggemar film Indonesia nan sudah menonton film ini memuji film ini sebab sukses digarap dengan sangat apik.

Film ini dibintangi oleh Ananda George, Iko Uwais, dan Ray Sahetapi nan merupakan bintang film action Indonesia nan cukup bagus pada masanya.

Film Nasional - Tendangan dari Langit

Film nan satu ini juga sempat menjadi buah bibir di kalangan pengamat film dan para penggemar film Indonesia. Film nan rilis pada 25 Agustus 2011 ini diperankan oleh Yosie Kristanto, Maudy Ayunda, dan Giorgino Abraham.

Film nan satu ini sebenarnya bergenre anak muda dan remaja nan bercerita tentang Wahyu nan memiliki kemampuan luar biasa dalam hal bermain sepak bola. Setting cerita nan digunakan di dalam film nan satu ini ialah di sekitar lereng Gunung Bromo.

Dikisahkan, remaja berumur enam belas tahun nan bernama Wahyu ialah seorang remaja nan memiliki kemampuan sangat hebat dalam bermain sepak bola. Suatu ketika, Wahyu ingin membahagiakan ayahnya nan hanya seorang penjual minuman di kawasan wisata Gunung Bromo. Akhirnya, Wahyu memutuskan buat menjual keahliannya bermain bola dengan menjadi pemain sewaan.

Kehadiran Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan dari Persema sebenarnya diharapkan mampu mendongkrak penjualan tiket film nan satu ini. Sayangnya, film ini tak mengalami berhasil nan terlalu besar. Pemanfaatan Irfan nan saat itu memang sedang naik daun dan banyak dibicarakan infotainment ternyata tak didukung dengan akting nan memikat.

Sebenarnya film nan bertema homogen film "Tendangan dari Langit" ini sebenarnya sangat banyak. Ada beberapa nan mendapatkan apresiasi cukup baik seperti "Garuda di Dadaku" atau "Laskar Pelangi" nan mampu menyedot jutaan penggemar film di tanah air.

Dengan pengolahan nan baik didukung dengan kemampuan acting para pemainnya nan prima, film-film kita ini seharusnya bisa berkembang menjadi lebih baik dan tak kalah dengan film-film luar negeri.



Film Nasional - Pelarangan Tayang Film Barat

Beberapa waktu lalu kita sempat dihebohkan dengan pelarangan tayang film-film barat di bioskop-bioskop di Indonesia. Bahkan sempat beberapa bulan itu, hampir tak ada film barat nan tayang di Indonesia. Hal ini sangat disayangkan sebab film-film barat tersebut sebenarnya dapat menjadi surat keterangan pekerja di industri film buat membuat film-film nan serupa dengan film-film barat.

Film Indonesia memang tak dapat dibandingkan secara langsung dengan film-film barat sebab keterbatasan peralatan canggih dalam pembuatan film, studio, dan lain sebagainya. Namun jika para pekerja industri film ini cerdik, seharusnya mereka tak harus merasa terhalangi dengan keterbatasan itu.

Film nasional kita itu sebenarnya dapat meniru industri film di Korea, di mana mereka lebih suka mengangkat film-film dan drama nan mampu mengekspos kekayaan dan estetika alam nan mereka miliki.

Lihat saja bagaimana pariwisata negara Korea nan berkembang sedemikian pesatnya hanya sebab mempromosikan wilayah-wilayah atau tempat-tempat terindah nan mereka miliki melalui berbagai film nan mereka buat.