Kondisi Geografis Provinsi DI Yogyakarta

Kondisi Geografis Provinsi DI Yogyakarta

Kondisi geografis Pulau Jawa berbatasan dengan Selat Sunda dan Pulau Sumatra di sebelah barat; Selat Madura, Selat Bali, dan Pulau Bali di sebelah timur; Bahari Jawa dan Pulau Kaimantan di sebelah utara; Samudra Hindia dan Pulau Natal di sebelah selatan.

Di pulau ini, terbentang 38 gunung, termasuk gunung berapi aktif. Gunung Semeru menjadi gunung berapi paling tinggi di pulai ini dan Gunung Merapi menjadi gunung berapi paling aktif. Pulau Jawa menjadi loka pertama penanaman kopi di Indonesia sebab tanahnya nan subur. Suhu rata-rata sepanjang tahun di pulau ini ialah 22 derajat Celcius sampai 29 derajat Celcius dengan kelembapan rata-rata 75%.

Pulau Jawa menjadi salah satu pulau terpadat di dunia. Orang-orang dari berbagai daerah, lebih bahagia tinggal di pulau ini sebab pulau ini menawarkan kemudahan, fasilitas nan memadai, serta menjanjikan buat kelangsungan hidup.

Hal ini diperkuat dengan adanya Ibu Kota Negara Republik Indonesia di pulau ini sehingga berdampak sangat besar terhadap kehidupan ekonomi, politik, dan sosial Indonesia. Secara administratif, Pulau Jawa terbagi menjadi empat provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten) serta dua wilayah spesifik (DKI Jakarta dan DI Yogyakarta).



Kondisi Geografis Provinsi DKI Jakarta

Kondisi geografis kota pusat pemerintahan ini berbatasan dengan Provinsi Banten di sebelah barat; Provinsi Jawa Barat di sebelah timur dan selatan; Pulau Jawa di sebelah utara. Provinsi ini dialiri oleh 13 sungai nan semuanya bermuara di Teluk Jakarta serta memiliki suhu udara nan panas dan kering dengan rata-rata 25 derajat Celcius sampai 38 derajat Celcius. Tanggal 22 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi DKI Jakarta.

Provinsi ini dikelilingi oleh Kota Satelit, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Agama nan dianut oleh penduduk DKI Jakarta ialah Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Berdasarkan sensus penduduk, penduduk provinsi ini terdiri atas suku Jawa, Betawi, Sunda, Tionghoa, Batak, Minangkabau, Melayu, Bugis, Madura, Banten, dan Banjar.

Provinsi DKI Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Secara administratif, provinsi ini terbagi menjadi lima kota (Kota Administratif Jakarta Barat, Kota Administratif Jakarta Timur, Kota Administratif Jakarta Pusat, Kota Administratif Jakarta Selatan, dan Kota Administratif Jakarta Utara) serta satu kabupaten (Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu). Sampai saat ini, Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh 13 orang gubernur.



1. Suwiryo (1945-1947 dan 1950-1951)

Raden Suwiryo lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903. Beliau merupakan tokoh konvoi Indonesia, pernah menjadi Walikota Jakarta, Ketua Generik PNI, serta Wakil Perdana Menteri Kabinet Sukiman-Suwiryo. Beliau mati di Jakarta, 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.



2. Daan Jahja (1948-1950)

Letnan Kolonel H. Daan Jahja lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 5 Januari 1925. Beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Militer Jakarta, Panglima Divisi Siliwangi, dan pemimpin kelompok Prapatan 10 (kelompok nan bertugas membawa Mohammad Hatta ke Rengasdengklok dan menuntut buat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia). Beliau mati setelah salat Ied pada 20 Juni 1985.



3. Syamsurizal (1951-1953)

Syamsurizal menjadi gubernur keempat DKI Jakarta. Beliau pernah menjabat sebagai Walikota Solo dan Walikota Bandung. Beliau sangat mendukung pengembangan Universitas Indonesia.



4. Sudiro (1953-1960)

Sudiro lahir di Yogyakarta, 24 April 1911 dan mati pada 1992. Pada masa pemerintahannya, beliau mengeluarkan kebijakan buat memecah wilayah Jakarta menjadi tiga (Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan) serta membentuk Rukun Tetangga dan Rukun Kampung nan berubah menjadi Rukun Warga.



5. Dr. Soemarno (1960-1964 dan 1965-1966)

Dr. Soemarmo Sosroatmodjo lahir di Rambipuji, Jember, Jawa Timur, 24 April 1911. Beliau pernah menjabat sebagai menteri dalam negeri dan direktur Rumah Sakit Hanggulan Sinta di Kalimantan. Beliau mati di Jakarta, 9 Januari 1991.



6. Henk Ngantung (1964-1965)

Hendrik Hermanus Joel Ngantung lahir di Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921. Beliau ialah seorang pelukis nan pernah menjabat sebagai deputi gubernur. Beliau mati di Jakarta, 12 Desember 1991.



7. Ali Sadikin (1966-1977)

Ali Sadikin lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927. Beliau pernah menjabat sebagai Letjen KKO-AL, deputi kepala staf Angkatan Laut, menteri perhubungan bahari Kabinet Kerja, dan menteri koordinator kompartemen maritim atau menteri perhubungan bahari Kabinet Dwikora. Beliau mati di Singapura, 20 Mei 2008.



8. Tjokropranolo (1977-1982)

Tjokropranolo lahir di Tumenggung, Jawa Tengah, 21 Mei 1924. Beliau pernah menjabat sebagai pengawal pribadi Panglima Besar Jenderal Soedirman, kepala staf IV (operasi), hulubalang CPM detasemen VII/2, kepala departemen intelejen, kepala kesatuan Kontingen Garuda XI, asisten intelejen, kepala staf komando taktik dan cadangan Angkatan Darat, brigadir di Departeman Pertahanan Republik Indonesia. Beliau mati di Jakarta, 22 Juli 1998.



9. Soeprapto (1982-1987)

R. Soeprapto lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 12 Agustus 1924. Beliau pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Departemen Dalam Negeri. Beliau mati di Jakarta, 26 September 2009.



10. Wiyogo Atmodarminto (1987-1992)

Letjen TNI (Purn) Wiyogo Atmodarminto lahir di Yogyakarta, 22 November 1922. Beliau pernah menjabat sebagai duta besar RI buat Jepang, panglima Kowilhan II, dan panglima Kostrad.



11. Soerjadi Soedirdja (1992-1997)

Jenderal TNI (HOR) Soerjadi Soedirdja lahir di Jakarta, 11 Oktober 1938. Beliau pernah menjabat sebagai Kasdam IV Diponegoro, Pangdam Jaya, Asisten Sospol ABRI, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.



12. Sutiyoso (1997-2007)

Letjen TNI (Purn) Dr. (HC) H. Sutiyoso lahir di Semarang, 6 Desember 1944. Beliau pernah menjabat sebagai Asisten Personil, Asisten Operasi, Wakil Komandan Jenderal Kopassus, Kepala Staf Kodam Jaya, Ketua Generik ORARI, dan Ketua Generik PB PBSI.



13. Fauzi Bowo (2007-2012)

Dr. Ing. H. Fauzi Bowo lahir di Jakarta, 10 April 1948. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Biro Protokol dan Interaksi Internasional serta Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Saat ini, beliau tengah mencalonkan dirinya buat mengikuti pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 dengan pasangannya Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli.

Provinsi DKI Jakarta memiliki beberapa loka pariwisata nan bisa dikunjungi oleh para wisatawan, antara lain wisata keluarga (Kebun Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, dan Pulau Seribu), wisata sejarah (Monumen Nasional, Museum Fatahillah, dan Museum Gajah), wisata belanja (Central Park Mall, dan Taman Anggrek Mall di Jakarta Barat; Cibubur Junction di Jakarta Timur; Plaza Indonesia, Plaza Senayan, dan Senayan City di Jakarta Pusat; Artha Gading Mall, Emporium Pluit Mall, dan Kelapa Gading Mall di Jakarta Utara; Cilandak Town Square, Pacific Place, dan Pondok Latif Mall di Jakarta Selatan).



Kondisi Geografis Provinsi DI Yogyakarta

Kondisi geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah barat, timur, dan utara; Samudera Hindia di sebelah selatan. Wilayah DI Yogyakarta dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi (terbentang dari kerucut gunung barah sampai dataran fluvial gunung api, termasuk bentang huma vulkanik, nan meliputi Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian Bantul. Satuan ini merupakan daerah hutan lindung), satuan fisiografi.

Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu (kawasan perbukitan batu gamping dan bentang alam karst nan tandus. Satuan ini terletak di Gunung Kidul), satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo (bentang huma struktural denudasional. Satuan ini terletak di Kulon Progo bagian utara), dan satuan fisiografi Dataran Rendah (bentang huma fluvial dan merupakan daerah nan subur. Satuan ini menbentang di selatan DI Yogyakarta).

Penduduk di provinsi ini bermatapencarian di sektor pertanian, sektor kelautan, sektor pariwisata, sektorperdagangan, dan sektor industri. Mayoritas penduduknya beragama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Berdasarkan sensus penduduk, sudah bisa dipastikan bahwa penduduk di provinsi ini ialah suku Jawa. Disusul oleh suku lainnya, misalnya suku Sunda.

Provinsi DI Yogyakarta terdiri atas satu kota (Kota Yogyakarta) dan empat kabupaten (Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, serta Kabupaten Sleman). Provinsi nan menetapkan hari jadinya pada 4 Maret 1950 ini dipimpin oleh seorang gubernur.

Provinsi DI Yogyakarta memiliki beberapa objek wisata nan bisa dikunjungi oleh para wisatawan, antara lain Candi Prambanan, Istana Air Taman Sari, Kaliurang, Kebun Binatang Gembira Loka, Keraton Ratu Boko, Lereng Merapi, Malioboro, Monumen Jogya Kembali, Meseum Keraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis, dan Pasar Seni Gabusan Bantul. Selain itu, provonsi ini memanjakan perut para wisatawannya dengan kulinernya nan menggugah selera. Para wisatawan bisa menikmati bakmi, sate, dan sego kucing.

Itulah sedikit klarifikasi mengenai kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI Yogyakarta. Semoga klarifikasi ini bisa memberikan kegunaan bagi pembaca.