Cerita Wayang

Cerita Wayang

Wayang ialah hasil seni budaya nan ada sebelum kedatangan bangsa Hindu. Sejarah wayang berhubungan dengan masuknya kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan bangsa Cina. Hal itu memperkaya corak pada wayang.
Cerita dalam wayang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabrata.

Berkembangnya kebudayaan, mendorong beberapa dalang buat meracik cerita wayang agar bisa diterima oleh masyarakat lebih luas, tanpa menghilangkan nilai-nilai nan terkandung didalamnya.



Perkembangan Wayang

Perkembangannya nampak berbeda dengan pertumbuhan nan berlaku di daerah lain, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, belakangan ke-2 daerah tersebut merupakan pusat perkembangan kesenian wayang. Dengan tak membedakan satu sama lainnya tentang berbagai jenis wayang itu, khususnya mengenai asal-usulnya ada 2 tanggapan. Asumsi pertama, datang dari kelompok nan berpandangan bahwa seni wayang Indonesia berasal dari pengaruh kebudayaan luar, dalam hal ini kebudayaan India. Sedangkan kelompok kedua, beranggapan bahwa seni wayang merupakan salah satu unsur kebudayaan orisinil Indonesia.

Akan tetapi, pada kenyataannya bagi sebahagian masyarakat Sunda di Jawa Barat, seni wayang itu telah dirasakannya bagaikan menjadi darah daging dan telah berurat akar pada diri mereka masing-masing. Kesenian wayang pada sebagian terbesar mereka tak bisa dipisahkan dari kehidupannya. Kesenian wayang itu bukan saja hanya sekedar alat hiburan semata, akan tetapi tokoh-tokoh wayang itu sendiri dianggap sebagai leluhur (nenek moyang). Terlepas dari pada pendapat pro dan kontra nan sudah jelas eksistensi eposnya, seni wayang nan dikenal di negara kita dapatlah dibagi; menurut Atik Soepandi dalam bukunya, "Pagelaran Wayang Golek Purwa Gaya Priangan" jenisnya menjadi beberapa macam:

Contohnya, wayang golek. Dalang Asep Sunandar Sunarya dari Giriharja III membawakan wayang dan mempopulerkan Cepot dengan adegan wayang merokok, makan kerupuk, dan sebagainya. Pendekatan nan dilakukan Asep, diikuti oleh beberapa dalang sesudahnya.

Kini, wayang tidak lagi hanya dimainkan dipanggung pertunjukan atau diiringi gamelan dan sinden. Wayang telah masuk televisi, dengan pengemasan nan baru. Seperti berdialog dengan orang, wayang nan menjadi pembawa acara, dan lain-lain.



Jenis Wayang

Wayang memiliki ragam dan jenis, Berdasarkan bahan pembuatnya wayang terdiri atas:

  1. Wayang Kulit ialah wayang kulit terbuat dari kulit lembu nan masih muda. Setelah diolah, lalu disungging dan dibuat bentuk serta dilukis sinkron dengan tokoh nan akan dibuat.
  2. Wayang Golek ialah wayang nan dibuat dari kayu. Cerita wayang golek Sunda bersumber pada Mahabrata.
  3. Wayang Beber ialah wayang nan dilukiskan pada gulungan kain.
  4. Wayang Kidang Kecana ialah wayang nan terbuat dari kulit, namun ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan wayang kulit.
  5. Wayang Kerucil atau wayang Klintik ialah wayang nan sama bentuknya dengan wayang kulit, namun bahan nan digunakan ialah dari papan kayu nan tipis.
  6. Wayang Wong atau wayang orang ialah wayang nan ditarikan oleh orang.


Cerita Wayang

Ceritanya wayang terdiri dari berbagai macam cerita, di antaranya:

  1. Wayang Purwa ialah wayang nan ceritanya bersumber pada cerita Ramayana dan Mahabrata.
  2. Wayang Menak ialah wayang nan ceritanya diambil dari kehidupan, cerita kaum menak.
  3. Wayang Gedhog ialah wayang nan mengambil cerita tentang panji atau cerita mengenai kepahlawanan.
  4. Wayang Potehi ialah wayang nan mengambil cerita tentang Cina (kehidupan, cerita kepahlawanan, dan lain-lain).
  5. Wayang Kancil ialah wayang nan mengambil cerita tentang kancil.
  6. Wayang Sauluh ialah wayang nan digunakan buat penyuluhan, kampanye terhadap sesuatu hal nan baik. Penyuluhan berkaitan tentang pendidikan dan nilai moral dan keindahan nan baik.
  7. Wayang Wahyu ialah wayang nan ceritanya mengenai wahyu.


Manfaat/Fungsi Wayang

Wayang sebagai kebudayaan bangsa Indonesia memiliki arti krusial dalam masyarakat. Adapun fungsi wayang ialah sebagai berikut.

  1. Pendidikan atau edukasi. Nilai nan ada dalam wayang baik cerita, bentuk, karakter tokoh di dalamnya mengandung nilai-nilai falsafah Indonesia. Misalnya cerita tentang Tuhan sang pencipta, manusia, alam, kebaikan, kejahatan.
  2. Penerangan atau informasi. Wayang ialah media komunikasi dalam hal menyampaikan pesan.
  3. Religi. Wayang dapat dipertunjukkan pada acara-acara tertentu. Terutama upacara adat buat menolak bala, ruwatan (membebaskan dari pengaruh roh jahat), dan sebagainya.
  4. Sebagai hiburan. Wayang ialah hiburan dan kesenian rakyat. Namun seiring perkembangan zaman, wayang menjadi hiburan bagi semua kalangan.

Apabila dilihat dari teknik penyajian, yaitu bagaimana wayang dipertunjukkan, maka dalam garis besarnya bisa pula dibagi menjadi beberapa cara, seperti pertunjukan dengan mempergunakan layar putih/ kelir, pertunjukan tanpa layar dan ada pula nan dipertunjukkan dengan berbagai atraksi berupa sandiwara.

Di Jawa Barat, penyebaran jenis wayang seperti tersebut tak merata, bahkan bebarapa diantaranya tak dikenal. Penulis disini, hanya akan membahas wayang golek sinkron dengan objek penelitian nan penulis sedang bahas saat ini. Wayang telah lama hayati di Indonesia, demikian juga di Jawa Barat, kesenian wayang difungsikan ke dalam dua bentuk pagelaran, yaitu buat hiburan dan ruwatan (upacara ritual). Bagi masyarakat di Jawa Barat, wayang golek purwa biasa disebut wayang golek saja. Kecuali di Cirebon dan Indramayu, wayang golek purwa, biasa dikenal dengan Golek Cepak dan Wayang Kulit Purwa. Wayang golek purwa ialah seni pertunjukan wayang nan terbuat dari bahan kayu menyerupai bentuk tubuh manusia. Boneka dari kayu ini, lazim pula disebut Golek. Oleh sebab itu, wayangnya disebut Wayang Golek. "Materi pagelaran wayang golek ada dua macam, yaitu materi seni dan materi penggarap. Kesenian wayang golek purwa bisa dianggap berbentuk kesenian total. Kesenian ini merupakan perpaduan dari berbagai unsur seni, antara lain: seni sastra, suara, musik, tari, rupa, dan akting". (Soepandi, 1984:115).



Sejarah Wayang Golek Lingkung Seni Giri Harja III

Nama Giri Harja 3 di mata masyarakat, khususnya masyarakat pemerhati seni padalangan dan pemerhati sejarah wayang, kiranya sudah begitu akrab dan hampir semuanya mengenalinya. Cikal-bakal berdirinya Giri Harja kesemuanya tak lepas dari peranannya Dalang legendaris, yaitu Abeng Sunarya (Alm), nan memberi nama tahun 1957. Latar belakang berdirinya Giri Harja didasari oleh adanya pergantian nama serikat seni wayang golek nan dipimpin langsung oleh Abeng Sunarya, nan pada saat itu namanya ialah Wayang Golek Sekar Putra. Namun, pada suatu ketika Abeng Sunarya mendapat ilham wangsiting bahwa nama tersebut harus diganti dengan GIRI HARJA, Giri artinya: gunung, Harja artinya: raharja atau makmur, giri harja memiliki arti; menunjukan suatu loka nan fertile dan makmur.

Setelah Abeng Sunarya meninggal pada tahun 1988, nama Giri harja tetap di abadikan oleh putra-putranya, terutama nan menjadi dalang. Mereka memakai nama Giri harja mulai dari Giri harja 1 sampai dengan Giri harja 7. Asep S. Sunarya membentuk atau mendirikan serikat seni wayang golek Giri harja pada tahun 1972, nan diresmikan langsung oleh Abeng Sunarya melalui upacara Tawajuh.



Struktur organisasi Giriharja 3
  1. Pimpinan : Asep S. Sunarya
  2. Sekretaris : Jajang
  3. Bendahara : Tatang

Anggota :

  1. pengrawit (nayaga) = 25 orang
  2. Transportasi = 5 orang pengemudi
  3. crew anjung = 5 orang
  4. teknisi sound system = 2 orang
  5. tim kreatif = 5 orang

Sistem dan pola kerja para anggota tersebut, masing-masing dituntut buat tanggung-jawab kepada tugas masing-masing, dengan sentral komando tetap ada di pihak Pimpinan (dalang). Cara pembagian upah kerja, dilakukan sinkron jadwal pentas, dengan kriteria atau strata honor nan berbeda sinkron dengan bobot atau keahlian nan dikuasainya.

Untuk menjaga dan membina kesejahteraan para anggota (nayaga) maka manajemen Giri Harja 3 memiliki dana khusus, berupa kas kesejahteraan anggota. Apabila seseorang anggota mengalami musibah atau kesulitan-kesulitan lainnya, maka anggota berhak mendapatkan tunjangan dari dana atau kas tersebut, disamping secara tahunan menjelang Hari Raya Lebaran, para anggota berhak pula mendapat bingkisan dari manajemen.