Apa Itu Kesenian Jepang Ikebana?

Apa Itu Kesenian Jepang Ikebana?

Kesenian Jepang merupakan salah satu kesenian nan tak hanya dikenal oleh masyarakat Jepang, namun juga oleh masyarakat dunia. Hingga saat ini rakyat Jepang masih mengenal majemuk kesenian Jepang. Meski tergolong negara maju, namun sebagian besar masyarakat Jepang tidak serta merta meninggalkan kesenian Jepang begitu saja.

Kesenian Jepang masih diingat oleh sebagian besar masyarakat Jepang, bahkan kadang kesenian Jepang disisipkan dalam pembuatan komik dan anime. Suatu hal nan perlu kita contoh, bahwa semaju apapun kondisi suatu negara tetap tak boleh melupakan sejarah dan kebudayaan negaranya sendiri.



Berbagai Kesenian Jepang

Meski wilayahnya tidak seluas Indonesia, namun Jepang memiliki kesenian nan beragam, nan tak kalah dengan Insonesia. Beberapa kesenian Jepang nan menarik tersebut, di antaranya sebagai berikut.



1. Bonsai

Bonsai ialah seni buat mengatur tanaman-tanaman dalam pot kembang layaknya pohon berukuran besar. Pemilik tanaman dapat mengatur tanamannya (pohon kerdil/ kecil) dengan bentuk sinkron dengan nan diinginkan. Bonsai ini sangat terkenal, bahkan hingga di luar Jepang. Di Indonesia sendiri, kesenian bonsai sudah mewabah ke semua lapisan masyarakat.



2. Kabuki

Kabuki dapat juga disebut dengan teater (bila di Indonesia) dengan pemain nan semuanya berdandan sangat menor dengan warna-warna menyolok. Tentu saja kabuki ini tidak memiliki karakter laki-laki. Karakter tokoh di kabuki ialah perempuan itu sebabnya dilambangkan dengan "menor". Bilapun pemainnya ada nan lak-laki, mereka harus rela didandani sebagai perempuan.



3. Noh

Bila di Indonesia, Noh disebut dengan teater musikal atau pertunjukan teater nan pemainnya tidak hanya berdialog satu sama lain, melainkan juga menyanyi.



4. Kyogen

Bila di Indonesia, Kyogen mirip dengan ketoprak atau teater nan disajikan dengan hal-hal nan bersifat lucu dan membuat tertawa para penontonnya.



5. Bunraku

Bunraku ialah teater nan pemainnya bukan manusia melainkan boneka. Biasanya boneka nan dimainkan tersebut diiringi dengan iringan musik nan sangat merdu.



6. Sado

Sado merupakan salah satu kesenian Jepang nan sangat terkenal di seluruh dunia. Sado ialah seni atau upacara meminum teh. Tak sembarang membuat dan meminum teh, sebab dalam upacara minum teh ini proses pembuatan tehnya saja cukup lama, yakni 3 jam.



7. Ikebana

Ikebana merupakan seni merangkai bunga. Kesenian ini juga sangat terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.

Masyarakat Jepang memiliki kebanggaan tersendiri terhadap budaya mereka. Meskipun zaman telah berubah, mereka tak pernah meninggalkan kebudayaan Jepang nan telah mengakar kuat dalam diri mereka.

Hal tersebut sebenarnya patut dijadikan contoh buat negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bila negara maju seperti Jepang saja tak malu melestarikan budaya dan kesenian mereka, mengapa kita nan negara maju masih merasa malu?



Ikebana, Kesenian Jepang nan Sederhana dan Memikat

Dari semua kesenian nan berasal dari negeri Jepang, ikebana merupakan salah satu kesenian Jepang nan sangat populer dan telah meluas ke seluruh dunia. Ikebana memfokuskan pada pengaturan garis linier dan banyak memberikan pengaruh pada seni merangkai kembang di Eropa.

Seni ini berkembang pada abad ke-7 seiring dengan perkembangan agama Budha di Jepang. Pada awalnya, ikebana hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan. Namun, seiring waktu, seni ini merambah ke segala jenis lapisan masyarakat. Ikebana bisa diartikan sebagai kembang segar.



Apa Itu Kesenian Jepang Ikebana?

Ikebana ialah seni merangkai kembang nan berasal dari Jepang. Kata ' Ikebana' sendiri berasal dari kata ' ikeru' nan berarti 'menjaganya tetap hidup', 'hidup', atau 'merangkai bunga' dan kata ' hana' nan berarti 'bunga'. Jika diartikan secara harfiah ikebana memiliki dua buah arti, yaitu menjaga kembang agar tetap hayati dan merangkai bunga.

Kegiatan perangkaian kembang pada kesenian Jepang Ikebana tak sekadar menempatkan kembang ke dalam suatu wadah. Hal ini tak semudah kelihatannya. Dalam Ikebana, kembang ialah rangkaian kehidupan nan mempersatukan jiwa manusia dan alam sekitarnya. Ikebana memiliki filosofi buat mendekatkan manusia dengan alam.

Ikebana, seperti bentuk seni lainnya, ialah sebuah aktualisasi diri kreatif nan dibingkai peraturan-peraturan tertentu. Dalam sebuah Ikebana, biasanya terdapat elemen macam-macam bunga, rerumputan, ranting-ranting, serta daun-daun. Elemen-elemen tersebut membentuk sebuah kombinasi kesatuan rona nan indah, selaras, dan alami.



Sejarah Kesenian Jepang Ikebana

Tidak ada catatan sejarah nan secara jelas menerangkan asal-usul Ikebana. Akan tetapi saat agama Budha mulai berkembang di Jepang pada abad ke-7, kesenian Ikebana mulai dilaksanakan oleh masyarakat Jepang sebagai bentuk praktik agama Budha.

Awalnya rangkaian kembang Ikebana dibuat dan dipersembahkan buat menghormati Budha. Namun lama-kelamaan fungsi Ikebana berubah dari ritual agama Budha menjadi sesajian kembang buat arwah leluhur.

Gaya Ikebana klasik nan pertama mulai ada sejak abad ke-15. Murid dan siswa sekolah Ikebana saat itu ialah para rahib Budha dan anggotanya. Seiring berjalannya waktu, aliran-aliran Ikebana semakin banyak bermunculan, gaya perangkaian bunganya semakin bervariasi, dan Ikebana tumbuh menjadi salah satu kesenian Jepang nan banyak digemari masyarakat di sana.

Aliran Ikebana nan tertua muncul sejak 500 tahun silam. Genre tersebut bernama Ikenobo. Genre Ikenobo berawal dari seorang rahib di Kuil Rokkakudo di Kyoto nan sangat terampil merangkai bunga, sehingga pendeta-pendeta lain banyak belajar darinya. Rahib tersebut tinggal di sisi danau. Dalam bahasa Jepang, danau berarti ikenobo . Dari situlah nama genre ini berasal.

Kuil Rokkakudo sendiri dibangun pada tahun 587 oleh Pangeran Shotoku. Konon, saat Pangeran Shotoku sedang mencari bahan-bahan material buat membangun kuil tersebut ia pergi berendam di sebuah kolam. Pada sebuah pohon di dekat kolam, digantungnya sebuah jimat kepercayaan agama Budha.

Selesai mandi, ia berusaha mengambil jimat tersebut, tetapi tak bisa. Malamnya, ia bermimpi berjumpa Budha. Budha menyuruhnya buat membangun kuil di dekat kolam, tepatnya di bawah pohon cedar, di bawah langit keunguan.



Gaya Merangkai Bunga dalam Kesenian Jepang Ikebana

Kesenian Jepang Ikebana di zaman dahulu sangat sederhana dan minimalis. Sebuah Ikebana dahulu biasanya hanya terdiri dari beberapa tangkai kembang dan ranting. Ikebana nan seperti ini disebut Kuge.

Di akhir abad ke-15, pola dan gaya merangkai kembang semakin berkembang. Ini menyebabkan semakin banyak orang nan menyukai estetika Ikebana, bukan hanya keluarga kerajaan tetapi juga rakyat jelata.

Ikebana bertansformasi dari sebuah bagian ritual keagamaan menjadi seni nan ekspresif. Ikebana hadir di berbagai festival tradisional; bahkan pameran Ikebana sering diadakan secara berkala. Cara-cara merangkai Ikebana semakin berkembang, banyak buku ditulis tentangnya. Buku pertama tentang Ikebana ialah "Sedensho". Buku ini diperkirakan terbit dan beredar pada tahun 1443 sampai 1536.

Inilah beberapa gaya tradisional dalam merangkai kembang Ikebana:

  1. Rikka. Pada gaya perangkaian Rikka, kembang diatur berdiri tinggi dengan batang primer nan didampingi 2 buah batang nan lebih pendek. Para bangsawan Jepang di tahun 1560 - 1600 suka membuat dekorasi Ikebana Rikka nan besar buat mendekorasi istananya. Gaya Ikebana Rikka sendiri dikembangkan sebagai sebuah aktualisasi diri penganut Budha akan estetika alam.

  2. Nageire. Gaya perangkaian kembang Nageire memiliki sebuah karakteristik khas, yakni tangkai-tangkai nan diikat kuat-kuat sehingga membentuk rangkaian kembang asimetris berbentuk segitiga. Gaya Ikebana Nageire dikembangkan sebagai kesenian Jepang Ikebana spesifik buat mendekorasi ruangan upacara minum teh.

  3. Seika atau Shoka. Ikebana gaya Shoka hanya memiliki 3 elemen ranting, nan diibaratkan sebagai surga, bumi, dan manusia. Gaya penataannya lebih sederhana dan minimalis, sehingga kecantikan elemen-elemen kembang lebih terpancarkan.

  4. Jiyuka. Jiyuka ialah gaya Ikebana nan sangat mengizinkan pelakunya bebas berkreasi. Tidak harus menggunakan bunga, bahan-bahan apa pun boleh digunakan pada gaya Jiyuka.

Seiring dengan perkembangan zaman, gaya merangkai kembang dalam kesenian Jepang Ikebana semakin modern. Di abad ke-20, berkembang gaya-gaya lain dari berbagai genre Ikebana. Beberapa gaya perangkaian kembang Ikebana modern tersebut adalah:

  1. Gaya Moribana tegak lurus. Ini ialah gaya perangkaian paling fundamental dari kesenian Ikebana. Kata Moribana sendiri berarti "bunga nan ditumpukkan".

  2. Gaya Moribana miring. Ini ialah kebalikan dari gaya Moribana tegak lurus. Pada gaya Moribana miring, kembang dirangkai berdasarkan peletakannya di wadah atau berdasarkan bentuk ranting-rantingnya. Jika ranting-ranting tersebut terlihat latif saat dicondongkan, maka gaya ini akan dipilih. Dibandingkan gaya Moribana tegak lurus nan berkesan kaku, gaya ini berkesan lebih lembut.

  3. Gaya Nageire miring. Pada Ikebana gaya ini kembang ditempatkan di sebuah wadah tinggi bermulut sempit (seperti vas). Nageire sendiri secara harfiah berarti "memasukkan". Ini ialah bentuk Ikebana sederhana nan hanya terdiri dari setangkai bunga.

  4. Gaya Nageire miring. Gaya ini menunjukkan fleksibilitas dan sentuhan lembut. Cocok bagi pemula Ikebana.

  5. Gaya Nageire mengalir. Pada rangkaian ini, tangkai primer menggantung lebih rendah dari bibir vas. Bahan-bahan nan fleksibel akan menghasilkan imbas nan latif berdampingan dengan bunga.



Seni dan Kreativitas Kesenian Jepang Ikebana

Seni tradisional nan dipadukan dengan khayalan dan kreativitas perangkai menjadikan ikebana sebagai karya keindahan nan mampu mencuri hati banyak orang. Karena banyaknya peminat, lahirlah sebuah organisasi nan bernama Ikebana International. Organisasi ini tersebar di 50 negara dan beranggotakan lebih dari 10 ribu orang.

Di Indonesia, khususnya Jakarta, pada 1984 telah didirikan komunitas pecinta ikebana. Melalui komunitas inilah seni merangkai kembang nan berasal dari Jepang diperkenalkan kepada masyarakat melalui festival dan pelatihan. Penekanan pada aspek seni dalam ikebana sangat penting. Hal ini berguna buat mencapai kesempurnaan dalam penataan bunga.

Biasanya, kesenian Jepang ini memanfaatkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti bunga, akar, ranting kayu, bambu, buah-buahan, dan rumput-rumputan. Tumbuh-tumbuhan ini kemudian dirangkai menjadi kesatuan dengan menyatukan unsur utama, yaitu mewakili alam dan manusia nan bertujuan buat dinikmati keindahannya.

Ikebana bersifat sangat sederhana dan hanya menggunakan sedikit tanaman sehingga penerapannya tak membutuhkan biaya nan besar. Namun, berkat kombinasi pemilihan tumbuhan nan tepat, warna, bentuk, maupun wadah menjadikan seni ini sangat memikat buat dilihat dan bernilai seni tinggi. Hal inilah nan membedakannya dengan seni merangkai kembang nan berasal dari barat, nan hanya bersifat dekoratif dengan banyak menggunakan kembang dan majemuk media.

Bahan-bahan buat merangkai kesenian Jepang ikebana sangat mudah didapatkan, dapat berasal dari taman, halaman, atau lingkungan di sekitar rumah sehingga lebih praktis. Estetika tidaklah selalu identik dengan harga nan mahal. Namun, kesederhanaan nan dijiwai dengan kreativitas dan cinta nan besar mampu menghadirkan nilai seni nan unik dan indah.