Keluh Kesah Jadi Rupiah

Keluh Kesah Jadi Rupiah


Sakit hati merupakan sebuah kondisi nan sering dialami kaum muda nan sedang gencar-gencarnya dimabuk cinta. Segala hal nan bersinggungan dengan cinta, hal tersebut memang mampu menghadirkan berjuta keistimewaan. Baik nan menimbulkan imbas bahagia maupun sedih. Namun, berbagai akibat cinta nan dirasakan itu bisa diubah menjadi sebuah karya . Salah satunya ialah puisi.



Puisi Sebagai Karya

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra selain cerita pendek dan novel. Secara sederhana, puisi bisa didefinisikan sebagai sebuah karangan bebas nan penulisannya terikat dengan persajakan, rima, citraan, jumlah suku kata tiap baris, dan jumlah baris dalam tiap bait. Akan tetapi, definisi tersebut tampaknya hanya berlaku bagi puisi lama.

Seiring berkembangnya zaman, maka berkembang pula proses kreatif nan dimiliki oleh masyarakat sastra, termasuk karya sastra berupa puisi. Jika sebelumnya puisi nan kita kenal mungkin berbasis pada bentuk syair dan pantun nan berbentuk baris dan bait, maka sekarang ini muncul ide nan dinamakan dengan puisi kontemporer.

Puisi pada masa ini atau bentuk puisi kekinian tidaklah terikat dengan anggaran tersebut. Anda boleh saja membuat sebuah puisi nan hanya satu kata nan dibolak-balik seperti nan dilakukan Sutardji Calzoum Bachri sebagai pelopor puisi kontemporer. Puisi pada masa ini ini lebih menitikberatkan nilai rasa atau wujud pengucapan kekuatan batin dibandingkan dengan anggaran penciptaan nan mengikatnya.

Semua orang lebih bebas berekspresi lewat puisi kontemporer. Selama kata-kata nan dirangkai memiliki makna tak biasa atau disusun dengan indah, Anda boleh menyebutnya sebagai puisi. Anggaran terselubung penulisan puisi nan masih dipakai tentu merujuk pada bentuk tulisan nan hanya terdiri atas beberapa baris, atau panjangnya tak seperti cerita pendek.

Namun, jenis karya puisi sendiri sebenarnya beragam, dari mulai tema sampai bentuk nan disampaikannya pun bhineka sehingga kita juga dapat membuat karya semacam itu dengan cara kita sendiri. Begitu juga jika Anda hanya ingin membuat karya berupa puisi dengan hanya menuliskan satu kata sebagtai satu bentuk puisi.

Hal tersebut sudah menjadi absah jika dilakukan pada zaman sekarang nan berbasis kontemporer. Kata "pilu" dalam sebuah puisi, dapat saja merupakan pengejawantahan makna cinta nan Anda rasakan sehingga Anda tak perlu lagi menulis kalimat panjang berbunyi "mataku meratapi nasib luka nan tak kunjung hilang" sebagai personifikasi atas cinta nan Anda rasakan.

Dewasa ini, tak sporadis kita juga menemukan bentuk puisi nan bahkan jauh dari apa nan disebut puisi pada masa lampau. Puisi pada zaman sekarang lebih menitikberatkan makna dibandingkan bentuk sehingga pemaknaan dan pembacaan puisi tak hanya terlibat secara fisik, tapi juga secara psikis atau batin.

Sebagai contoh, bentuk puisi nan tak berbait seperti puisi pada umumnya dapat jadi memiliki makna secara bentuk nan secara psikis atau batin merepresentasi puisi itu sendiri. Seperti halnya jenis karya puisi mantra Sutardji Calzoum Bachri, puisi Afrizal Malna, atau puisi Jeihan nan lebih menitikberatkan visualisasi dan audio kata dibandingkan bentuk puisi itu sendiri.

Sutardji Calzoum Bachri menganggap bahwa puisi mantra nan dibuatnya merupakan sebuah permainan kata nan tak perlu mendapatkan persetujuan dari siapapun buat dapat mengubah kata tersebut menjadi sebuah makna. Makna tak lagi muncul sebab kata-kata tersebut memiliki makna konvensional, akan tetapi makna dapat muncul dengan sendirinya melalui kata-kata nan dipermainkan tersebut.

Permainan kata jenis ini dilakukan pula oleh Afrizal Malna dengan cara nan sedikit berbeda. Afrizal Malna membuat kata-kata menjadi hayati dan berkeliaran seenaknya dengan makna nan juga berkeliaran sehingga buat dapat menangkap makna karya puisinya, terlebih dahulu kita harus meliarkan pikiran kita dari makna konvensional nan selama ini dibangun dalam pikiran bahasa manusia.

Begitu juga nan dilakukan oleh penyair Jeihan nan memunculkan makna pada gambar dengan menganggapnya sebagai sebuah puisi. Puisi tak lagi dianggap sebagai kata-kata bermakna, tapi merupakan representasi atas makna kehidupan itu sendiri.



Semua Melibatkan Rasa

Tampaknya, tidak ada seorang pun penyair nan tak menyertakan unsur rasa dalam tiap karyanya. Sekali pun puisinya bercerita tentang estetika alam, di situ ada perasaan kagum dan senang. Apalagi, nan berurusan dengan cinta dan berbagai perasaan pribadi nan sangat kompleks. Tak mungkin rasanya seseorang mampu menciptakan karya tanpa rasa.

Meskipun seseorang cenderung menuliskan sesuatu nan tengah dirasakannya, tak menutup kemungkinan pula seseorang menghasilkan sebuah karya sebab terinspirasi dengan kisah nan dialami orang lain. Cara mengubah rasa menjadi sebuah karya tidaklah sulit. Anda cukup menulisnya seperti sedang curhat pada buku harian, namun menggunakan kata-kata nan diperindah.

Misalnya, Anda ingin bercerita bahwa bulan ini interaksi percintaan kandas dampak pasangan Anda berselingkuh. Anda bisa mengubahnya menjadi seperti ini /pada purnama nan kini keretaku berganti persinggahan/. Hal-hal sederhana itulah nan sebenarnya bisa Anda lakukan. Hanya mengubah kata bulan dengan purnama dan menggunakan pengibaratan lain buat mendeskripsikan sesuatu atau seseorang.

Masih dalam kasus nan sama, Anda pun bisa mengibaratkan interaksi percintaan sebagai sebuah lahan atau kebun. Maka, Anda bisa menulis seperti ini /kini lahan sudah berhama dan gersang di panen ketiganya/. Panen ketiga merupakan kata ganti keterangan waktu jika interaksi percintaan Anda sudah berlangsung satu tahun sebab satu kali musim tanam di lahan sekitar 3-4 bulan.

Banyak hal nan dapat dieksplorasi dalam pembuatan karya berupa puisi. Dari mulai diksi nan Anda pilih buat menunjukkan makna rasa, sampai pemilihan tipografi nan juga dapat merepresentasi keinginan Anda buat melibatkan rasa dalam pembacaan puisi secara visual.



Keluh Kesah Jadi Rupiah

Jika sudah pandai mengubah rasa dalam karya, hal nan berikutnya dapat didapat ialah kepuasan sebab Anda pandai memanfaatkan kesempatan buat berkarya. Dengan kata lain, perasaan Anda nan membuncah tidak karuan itu tak menjadi sebatas perasaan nan direalisasikan lewat tangisan, kemarahan, dan tawa.

Jika karya nan Anda hasilkan dari keluh kesah itu sudah cukup banyak, hal nan perlu Anda lakukan ialah mengirim karya ke media massa maupun beberapa penerbit. Siapa tahu karya Anda membuat mereka tertarik dan dimuat di media massa maupun diterbitkan sebagai buku kumpulan puisi. Dengan demikian, sesuatu nan hanya berawal dari curahan hati itu dapat mendatangkan rupiah.

Akan tetapi, jangan sampai ambisi seperti itu menutupi keinginan murni Anda buat menjadikan puisi sebagai salah satu karya nan dibuat sebagai representasi atas kehidupan bahkan keinginan Anda dalam kehidupan sehari-hari sebab keinginan dan ambisi seperti itu bukan membuat karya nan kita untuk terlihat indah, melainkan terlalu ambisius dan terkesan sangat subjektif.

Oleh sebab itu, ada baiknya jika kita lebih mengedepankan proses dalam melibatkan rasa dibandingkan dengan proses melibatkan keinginan dan ambisi. Dalam hal pemasukkan rasa pun, diperlukan ide-ide nan muncul dari pikiran agar karya nan dibuat senantiasa terkesan subjektif tanpa meninggalkan jejak estetika di dalamnya.

Selamat berkarya dan jangan pernah takut buat memublikasikan karya Anda sebab setiap orang membutuhkan waktu dan proses!