Sejarah Lompat Tinggi

Sejarah Lompat Tinggi



Perhatian Pemerintah

Mengapa pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada olahraga satu ini. Pertama, olahraga ini tak terlalu menarik sebab memang tak mudah melakukannya. Para anak muda lebih bahagia melakukan olahraga seperti Bola Volly, Basket, Sepakbola, Badminton, Balapan Sepeda Motor, dan olahraga lainnya nan dianggap menarik termasuk juga futsal. Sangat sporadis ada ajang olahraga atletlik nan menarik minat orang banyak terutama anak muda.

Kalaupun ada ajang perlombaan jenis atletik, biasanya malah lebih sering lomba lari jeda dekat maupun marathon. Sedangkan pertandingan olahraga spesifik buat lompat tinggi memang belum ada nan terdengar hingga menarik perhatian jutaan orang. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap olahraga satu ini berdampak pada sponsor buat para atlitnya. Kebanyakan para penggemar olahraga nan cukup serius biasanya memang mencari penghidupan dari olahraga nan ditekuninya.

Jangan heran kalau sepakbola menjadi salah satu idola olahraga nan paling digemari. Lihatlah para bintang lapangan hijau taraf global nan mempunyai mobil super mewah dengan rumah nan tak kalah mewahnya serta kehidupan nan tak kenal kemiskinan. Walaupun terdengar kabar pemain sepakbola nan merana sebab tak digaji oleh klubnya atau bahkan nan meninggal global sebab penyakitnya tak terobati, orang tetap melihat bahwa sepakbola ialah olahraga nan menguntungkan.

Banyaknya klub partikelir nan menjadi wadah latihan dan menyalurkan bakat, merupakan satu bukti kuatnya pengaruh olahraga paling populer satu ini di seluruh dunia. Coba iseng sebutkan nama atlit cabang lompat tinggi, adakah nan tahu? Jangankan nama atlit taraf nasional nan mungkin terlupakan begitu saja, atlit internasional nan meraih medali emas di Olimpiade pun mungkin orang tak ada nan tahu. Mereka seolah tak ada dan kalaupun menyumbangkan medali, mungkin hanya sebagai penggembira. Fenomena inilah nan membuat pemerintah harus turun tangan dan berupaya memberikan nan terbaik kepada atlit lompat tinggi nan memang potensial mendapatkan medali.

Untuk Paraolimpiade, lompat tinggi juga menjadi salah satu cabang nan dipertandingkan. Orang nan pernah menyaksikan lompatan seorang atlit lompat tinggi nan mengalami difabel, niscaya akan berdecak kagum. Bagaimana seseorang nan tak mempunyai organ tubuh nan lengkap, dapat melakukan gerakan nan luar biasa sulitnya. Ketekunan dan motivasi nan kuat buat berprestasi, niscaya merupakan sesuatu nan tidak terpisahkan dari kehidupan sang atlit. Kalau bukan sebab cinta pada olahraga satu ini, latihan nan keras tak mungkin akan dilakukan.



Sekilas Tentang Lompat Tinggi

Tinggi tiang mistar nan harus dilewati atlit minimal 2,5 meter. Sedangkan panjang mistar 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik. Lompat tinggi dilakukan tanpa donasi alat. Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah peserta sukses melewati ketinggian mistar. Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali buat melakukan lompatan. Lompatan nan mulus tak akan membuat mistar jatuh. Sensitivitas mistar ini terkadang terlihat sangat tinggi. Sedikit saja tersentuh badan, maka sang mistar akan terjatuh.

Hanya atlit nan berbakat dan sangat tekun berlatih nan akan menjadi pemenang. Cedera juga cukup mudah didapatkan atlit kalau tak menggunakan teknik lompatan nan tepat. Kerusakan tulang belakang dapat menjadi sesuatu nan sangat serius. Tulang belakang nan patah akan menyebabkan kelumpuhan. Terkilir sedikit saja akan membuat bagian tubuh nan sakit, tak akan tertahankan. Kelenturan tulang dan ketepatan titik lompatan ialah sesuatu nan harus dipertimbangkan dengan matang. Bila asal lompatan saja, maka akibatnya dapat sangat fatal.

Padahal secara hadiah, para atilit lompat tinggi ini tak mendapatkan hadiah uang nan berlimpah seperti pada olahraga populer. Kalau cabang renang, para atlitnya kini mempunyai baju spesifik nan dapat membuat mereka berenang lebih cepat dan lebih gesit, tak demikian dengan cabang lompat tinggi. Tidak ada pakaian atau baju spesifik atau sepatu istimewa nan dapat membantu lompatan. Semuanya bergantung pada kehebatan sang atlit dalam menterjemahkan alur lompatan dan teknik nan telah dipelajari.

Jika peserta tak sukses melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk menentukan kemenangan, para peserta harus berusaha melompat setinggi nan bisa dilakukan. Latihannya memang cukup lama dan ketahanan fisik merupakan sesuatu nan mutlak. Kalau seorang Christiano Ronaldo, mampu melompat hingga puluhan cm, maka para atlit lompat tinggi ini harus mempunyai lompatan nan lebih tinggi. Lompatan Ronaldo itu jauh lebih tinggi beberapa cm dibandingkan dengan lompatan para pemain bola basket.

Ini artinya, teknik nan matang memang harus dipelajari sebelum mempunyai kemampuan melakukan lompatan nan sempurna. Tentu akan menjadi sesuatu nan sangat menarik menyaksikan seorang atlit sukses menambah tinggi mistar setelah sukses melewatinya. Tambahan tinggi tersebut biasany beberapa cm saja. Kalau memang yakin, dapat saja tambahan itu hingga 10 cm. Tetapi biasanya 5 cm atau lebih sedikit. Per 5 cm saja akan terlihat jauh lebih susah. Namun inilah pertandingan.



Sejarah Lompat Tinggi

Meskipun event lompat tinggi diikutsertakan dalam kompetisi pada Olimpiade awal Yunani kuno, kompetisi pertama lompat tinggi tercatat berlangsung pada awal abad ke-19, tepatnya di Skotlandia, dengan ketinggian hingga 1,68 meter. Pelompat pada masa itu menggunakan metode pendekatan langsung atau teknik gunting. Lompat tinggi tak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya eksklusif nan harus dikuasai oleh para atlet agar terhindar dari kecelakaan.

Pada abad ke-19, peserta lompat tinggi melompat dan mendarat di atas tanah nan berumput dengan menggunakan gaya gunting, yaitu dengan cara membelakang. Gaya ini ternyata banyak mengakibatkan cedera para peserta. Sementara kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di sebuah matras. Atlit lompat tinggi sekarang banyak mengunakan teknik fosbury flop.

Gaya dalam Lompat Tinggi
Biasanya, atlit nan mengambil bagian dalam lompat tinggi mempunyai postur badan kurus dan tinggi. Berikut ialah gaya-gaya nan biasa digunakan atlet dalam lompat tinggi.

Gaya Fosbury Flop
Gaya fosbury flop diperkenalkan oleh Dick Fosbury pada 1968.Dalam gaya fosbury flop, awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung atau agak melingkar. Saat menolakkan, kaki harus kuat, dibantu dengan ayunan kedua tangan buat membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, tolakan harus dilakukan di sebelah kiri mistar.

Pada waktu menolakkan kaki bersamaan dengan kedua tangan ke atas di samping kepala, badan melompat ke atas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.

Gaya gunting (Scissors)
Gaya gunting disebut juga dengan gaya sweney. Pada saat melakukan gaya ini, atlet lompat mengambil awalan dari tengah. Bila melakukan tumpuan menggunakan kaki kiri pada saat akan melompat, ia mendarat dengan kaki kiri lagi. Saat di udara, badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, dan sikap badan menghadap kembali ke posisi awalan tadi.

Gaya Guling Sisi (Western Roll)
Gaya ini dapat dikatakan menyerupai gaya gunting. Apabila kaki kiri digunakan sebagai tumpuan, mendarat pun dilakukan dengan kaki kiri lagi. Sementara itu, bila kaki kanan nan dijadikan tumpuan, mendarat pun menggunakan kaki kanan. Perbedaannya terlihat dari teknik awalan. Gaya gunting mengambil awalan dari tengah, sedangkan gaya guling sisi dari samping.

Gaya Guling (Straddle)
Dalam gaya guling ini, pelompat melakukan awalan dari samping antara 3, 5, 7, atau 9 langkah, bergantung ketinggian nan diperlukan. Satu hal nan penting, saat mengambil awalan, langkahnya ganjil. Gunakan kaki kanan atau kiri buat menumpu. Sementara kaki lainnya buat mengayun ke depan. Jika kaki ayun telah melewati mistar, balikkan badan hingga sikap badan menelungkup saat di atas mistar. Posisi pantat usahakan lebih tinggi dari kepala sehingga kepala jadi tertunduk.

Pada waktu mendarat, jika tumpuan menggunakan kaki kiri, nan pertama kali mendapat ialah kaki kanan dan tangan kanan. Lalu, berguling menyusuri punggung tangan dan berakhir pada bahu.