Tipe Sprint

Tipe Sprint

Lari jeda pendek termasuk salah satu bagian dari cabang olahraga atletik, nan merupakan salah satu bagian dari olahraga lari. Dinamakan dengan sprint, karena jeda tempuh dari posisi start hingga finis tak lebih dari 400 meter. Untuk jeda di atas 400 meter, olahraga lari ini akan dikategorikan sebagai lari jeda menengah serta lari marathon.

Indonesia sempat memiliki beberapa nama nan terkenal di taraf Asia Tenggara dalam cabang olahraga ini. Terbukti nomor sprint ini menjadi salah satu andalan Indonesia setiap pentas olahraga Asia Tenggara, yaitu Sea Games dikenal. Pada era tahun 80 hingga pertengahan 90an, Indonesia memiliki raja lintasan pendek ini. Nama Purnomo Muhammad Yudhi menjadi salah satu atlit lari jeda pendek nan disegani di kawasan Asia Tenggara.

Di era tahun 2000an, Indonesia kembali memiliki raja sprint ini. Nama Suryo Agung merupakan andalan Indonesia buat nomor tersebut. Atlet dari Jawa Tengah ini tercatat beberapa kali membela Indonesia dalam pesta olahraga tersebut dan selalu sukses meraih medali.



Mengenal Lari Jeda Pendek

Bagi mereka nan kurang memahami tentang atletik, terutama cabang lari, mungkin akan sedikit bingung dengan istilah lari jeda pendek. Selain ditentukan jarak, lari ini dikenal dengan nama sprint. Dinamakan sprint sebab olahraga ini mengandalkan kecepatan otot, terutama pada otot tungkai buat dapat bekerja dengan tenaga penuh atau full speed.

Otot tungkai ini akan digunakan bekerja maksimal guna menghasilkan kecepatan lari sang atlet. Hal ini sebab lari jeda pendek ini menuntut seorang pelari buat dapat mencapai finis dengan cepat tanpa perlu mengatur ritme lari atau pernafasan. Inilah nan membedakan dengan jenis lari lain seperti pada lari jeda menengah dan lari jeda jauh atau marathon.

Pada kedua jenis lari tersebut, seorang pelari harus dapat menjaga ritme lari mereka. Sang atlet harus tahu waktu kapan berlari dengan kecepatan sedang dan juga saat berlari dengan kecepatan penuh. Di sisi lain, pelari harus pula mampu mengatur pernafasan mereka agar stamina nan ada dapat digunakan buat menyelesaikan seluruh etape perlombaan lari.

Untuk lari jeda pendek sendiri memiliki beberapa nomor nan biasa dipertandingkan. Jeda nan biasa dilombakan terdiri menjadi lima jenis. Yaitu buat jeda 50 meter, 60 meter, 100 meter, 200 meter serta 400 meter. Namun pada saat ini nan paling sering dilombakan pada berbagai ajang kejuaraan resmi hanyalah tiga nomor terakhir saja. Sementara buat nomor 50 dan 60 meter, biasanya hanya digunakan buat perlombaan amatir saja.



Mengenal Teknik Sprint

Semua orang nan dalam kondisi normal niscaya akan mampu berlari. Dengan demikian, lari sekilas nampak bukan sesuatu nan sulit buat dilakukan. Namun bagi mereka nan sudah menggeluti olahraga ini, tentu akan mengerti bahwa lari dengan baik tak semudah seperti nan biasa kita lakukan.

Di dalam olahraga lari, khususnya lari jeda pendek, kita harus dapat mengetahui dengan baik teknik dalam berlari. Hal ini bertujuan agar tenaga nan dihasilkan pada otot tungkai dapat optimal. Selain itu, kita dapat menjaga ekuilibrium dan juga meminimalisir kendala angin nan akan datang pada saat kita berlari. Namun nan paling primer adalah, dengan mengetahui teknik berlari secara baik kita dapat mencegah cedera nan mungkin terjadi.

Didalam berlari ada tiga proses nan harus diperhatikan. Ketiga proses tersebut ialah pada saat bersiap atau start, teknik saat berlari dan nan terakhir ialah teknik pada saat kita memasuki garis finis. Ketiganya harus dapat dilakukan secara tepat agar dapat meraih hasil optimal ketika kita melakukan lari jeda pendek.

Berlari ialah metode melepas dan meledakkan langkah dengan rate tinggi, di mana seorang atlet berjalan secepat sebisa mereka buat jeda dekat tanpa perlu memacu diri mereka sendiri. Balapan hingga 400 meter dianggap sprint dalam global atletik, namun jeda nan paling terkait dengan berlari ialah lari 100 meter. Pemenang acara ini pada setiap Olimpiade secara otomatis berlabel manusia tercepat di global atau wanita. Adapun secara prinsip Sprint memiliki anggaran nan ketat. Runner memulai pertandingan di blok awal, nan mereka bisa mendorong off pada awal lomba. Pelari masuk ke apa nan disebut "sikap pelari itu," nan berarti mereka membungkuk dengan satu atau kedua tangan menyentuh tanah dan meledak keluar dari posisi bahwa mereka memulai berjalan. Awal dari perlombaan sprint akan menampilkan starter resmi mengatakan "Pada tanda Anda" dan kemudian "Get set" sebelum menembak pistol starter. Para pelari akan berdampingan dan melepas tolakan buat berlari menuju garis finish.



Tipe Sprint

Jarak lari dilombakan di meter 100, 200 dan 400 pada Olimpiade dan lain acara lagu penting. Lintasan indoor sering akan menampilkan sprint 60 meter. 60 dan 100 dari sprint meteran selalu berjalan di jalur itu langsung, tapi 200 dan 400 memerlukan pelari buat pergi sekitar tikungan di oval. Pelari A memiliki jalur lebar 4 kaki di mana buat menjalankan; menyimpang dari jalur ini akan mengakibatkan diskualifikasi dari pesaing. Jalur nan nomor satu sampai delapan dan pada jeda berlari jeda lebih dari 100 meter pelari harus digoyang pada awal, nan menjamin bahwa setiap pelari mencakup jeda nan sama. Pelari pertama nan menyeberangi bidang garis finish dengan tubuh mereka dinyatakan sebagai pemenang, dan tentu saja ada nan melakukan hal hal tak perlu seperti melempar badan pada saat mencapai finish demi kemenangan pada hal itu sangat berbahaya, bila ingin melaju lebih dahulu, upayakan dada menyerahkan dada lebih dahulu. Teknik berlari itu sendiri secara lebih detail akan dijabarkan seperti berikut ini.

  1. Teknik Start Pada saat start nan perlu diperhatikan ialah posisi atlet di belakang garis start. Yang harus dilakukan ialah dengan menempatkan badan pada papan tumpuan. Di sini, atlet lari harus dalam posisi jongkok, dimana kedua lengan dalam posisi lurus nan vertikal. Sementara kedua tangan ditumpukan pada bagian tanah nan sejajar dengan garis start. Seorang wasit akan memberikan aba-aba sebelum peserta berlari. Ketika wasit meneriakkan kata "Siap" pelari segera mengangkat bagian panggul sedikit ke bagian atas. Pada posisi ini, bagian panggul akan berada dalam posisi nan lebih tinggi daripada bahu serta kepala. Yang tak boleh dilupakan adalah, pada saat ini konsentrasi harus terpasang penuh buat mendengarkan aba-aba lanjutan dari wasit. Dan ketika wasit sudah meneriakkan kata "Ya" atau dengan menggunakan alat bantu seperti "pistol", maka pelari harus langsung menghentakkan bagian kaki nan berada di papan tolak. Pada saat ini, pelari harus mampu menghasilkan gerakan eksplosif guna mendorong pelari agar dapat mencapai garis finish secepat mungkin.
  2. Teknik Berlari Pada saat berlari, atlet harus memperhatikan koordinasi ayunan lengan dengan gerakan bagian tungkai. Posisi lengan harus terayun dengan posisi ditekuk 90 derajat. Ayunan harus mencapai bagian depan atau sedikit di bawah bagian dagu. Sementara buat tungkai diayunkan, harus terayun dengan sempurna. Yaitu ayunan bagian terdepan diangkat hingga bagian paha.
  3. Teknik Masuk Finish Posisi saat masuk finis akan memiliki peran krusial mengingat pada lari jeda pendek selisih antar pelari sangat tipis. Ketika masuk finish, seorang pelari sebaiknya memosisikan diri dengan badan nan sedikit tegak dan pada bagian dada dibusungkan. Hal ini sebagai cara agar bagian tubuh pelari dapat lebih cepat terekam kamera di garis finish nan juga digunakan sebagai alat bantu buat menentukan pemenang lomba.