Apakah Indonesia Memiliki Atlet Terbaik Sprint?

Apakah Indonesia Memiliki Atlet Terbaik Sprint?

Sejak sekolah, sobat Ahira niscaya sudah pernah mendengar lari jeda pendek atau nan biasa disebut dengan sprint . Atau bahkan, ketika Olimpiade, Sea Games atau PON sedang berlangsung, sobat Ahira niscaya pernah mendengar ada lomba lari jeda pendek. Namun, pernahkah sobat Ahira mengetahui teknik lari jeda pendek ?

Mungkin sobat Ahira sudah pernah mengetahui dan mempelajarinya. Tapi, mungkin saat ini sedang lupa. Semoga artikel nan berjudul “Membahas Teknik Lari Jeda Pendek” ini dapat menjembatani sobat Ahira buat mengingat lari jeda pendek dan tekniknya. Atau, Artikel ini dapat jadi bermanfaat bagi sobat Ahira nan memiliki tugas dan melakukan kajian nan lebih mendalam tentang lari jeda pendek, maka artikel ini dapat jadi informasi awal.



Kenapa Dinamakan Spint?

Pertanyaan ini sederhana dan boleh dibilang gampang buat dijawab. Tapi bila ditanya, belum tentu semua orang bisa menjawabnya dengan benar. Disebut sebagai spint atau lari jeda pendek, sebab jeda tempuh larinya dari start hingga finish tidaklah terlalu jauh, maksimal 400 meter. Ingat, maksimal 400 meter. Berarti ada lari nan jaraknya lebih pendek dari itu.

Kalau melihat jaraknya nan begitu pendek, ada sebagian orang menyatakan buat apa belajar lari jeda pendek. Toh, larinya juga tak terlalu jauh. Orang nan beranggapan seperti ini niscaya ia tidak memahami apa nan terjadi saat lari jeda pendek.

Lari pendek bukanlah lari biasa nan dilakukan setiap pagi atau sore hari. Lari pendek ialah lari nan memerlukan kecepatan otot, makanya ia disebut dengan sprint. Pada lari pendek ini otot tungkai bekerja dengan tenaga penuh. Otot tingkailah nan menyebabkan atlet bisa berlari dengan cepat. Kecepatan nan dibutuhkan pelari tujuannya supaya bisa cepat sampai ke garis finish .

Jadi, dalam lari ini tak ada pengaturan ritme lari dan pernafasan . Berbeda dengan lari jeda menengah dan marathon. Keduanya ialah lari nan lebih dari 400 meter sehingga buat mencapai garis finish dibutuhkan ritme lari kapan mesti berlari dengan kecepatan sedang dan kapan mesti berlari dengan kecepatan penuh. Sementara, pengaturan pernapasan dianggap perlu pada lari jeda menengah dan marathon ialah buat menjaga stamina hingga menyelesaikan lomba hingga garis finish.

Untuk lari jeda pendek, biasanya jeda nan dilombakan terbagi pada lima jenis, yaitu jeda 50 m, 60 m, 100 m, 200 m dan 400 m. Namun, kelima jenis ini terbagi dalam dua kelompok. Untuk nan amatir, nan diperlombakan hanyalah 50 m dan 60 m. Sedangkan buat ajang kejuaraan nasional dan international nan diperlombakan 100 m, 200 m dan 400 m.



Mengenal Teknik Lari Jeda Pendek

Sekarang, saat ini sobat Ahira mempelajari dan mengetahui teknik-teknik nan digunakan dalam lari jeda pendek. Ada tiga tekniknya:



1. Teknik Start

Saat start, posisi atlet atau pelari tepat berada di belakang garis start. Proses nan dilakukan adalh dengan menempatkan badan di papan tumpuan. Pada saat posisi start ini, pelari harus dalam posisi jongkol dengan kedua lengan dengan posisi lurus nan vertikal. Sedangkan kedua telapak tangan diletakkan pada tanah dengan tanah nan sejajar dengan garis start.

Untuk memulai perlombaan, wasit akan menyatakan “siap”. pada saat ini, pelari harus mengangkat pinggulnya sedikit ke atas. Artinya, posisi pinggul lebih tinggi dari bahu dan kepala. Selain itu, dalam posisi ini pelari mesti fokus dan serius buat mendengarkan aba-aba wasit selanjutnya.

Setelah wasit menembak pistol ke atas atau meniupkan peluit, pelari langsung menghentakkan kaki nan berposisi di papan tolak. Ketika ini, pelari harus bisa menghasilkan gerakan eksplosif. Tujuannya, untik mendorong atlet atau pelari dapat mencapai garis finish dengan lebih cepat atau secepat mungkin.



2. Teknik Berlari

Dalam berlari, ada juga teknik nan diatur dalam lari jeda pendek. Atlet agar dapat mencapai hasil maksimal dan menyelamatkan dari cedera, maka ia harus memperhatikan koordinasi ayunan lengannya dengan posiso gerakan bagian tungkainya. Lengan nan terayun mesti ditekuk dengan kondisi 90 derajat. Plus, ayunan nan dilakukan mesti bisa mencapai bagian depan atau berada dekat dengan dagu.



3. Teknik Masuk Finish

Teknik lari saat masuk finish juga memiliki faktor penting. Hal ini mengingat lari jeda pendek ialah lari dengan jeda tempuh nan pendek. Sehingga ketika sampai di finish bukan tak mungkin akan terjadi perebutan. Artinya, selisih antar atlet di garis finish jaraknya sangat tipis.

Adapun teknik saat masuk finish, hendaklah atlet memosisikan badannya dengan sedikit tegak dan dadanya agak dibusungkan. Ini ialah cara agra bagian tubuh pelari bisa dengan mudah terekam oleh kamera saat berada di garis finish. Dalam lari jeda pendek, kamera ialah alat bantu buat menentukan siapa nan berada pada garis finish.



Apakah Indonesia Memiliki Atlet Terbaik Sprint?

Indonesia memiliki beberapa nama atlet spring nan terkenal di taraf Asia Tenggara. Di saat Sea Games, lari jeda pendek ialah menjadi incaran Indonesia buat mendapatkan juara. Pada tahun 80 sampai dengan pertengahan tahun 90-an, Indonesia pernah dikenal memiliki raja lari jeda Pendek, yaitu Purnomo Muhammad Yudhi.

Pada tahun 2000-an, Indonesia juga memiliki raja lari jeda pendek, yaitu Suryo Agung. Ia berkali-kali meraih medali sehingga setiap kali ada perlombaan lari jeda pendek namanya selalu menjadi atlet nan paling ditakuti oleh para atlet negara lain.

Mestinya, pemerintah terus berusaha membantu terbentuknya para atlet spring atau lari jeda pendek nan siap membuat nama Indonesia menjadi harum. Pasalnya, jika pemerintah tidak ikut andil dalam hal ini, maka kesempatan meraih medali akan hilang begitu saja.

Selain pemerintah, sekolah-sekolah nan ada juga bekerjasama dengan pemerintah buat selalu mengadakan lomba lari jeda pendek. Sehingga ketika membutuhkan atlet, sudah tersedia. Atau dapat juga pemerintah mengamanahkan pada Pengurus Besar Satuan Atlet Indonesia (PB FASI) buat selalu mengadakan event lomba antar sekolah. Meski Fasi sendiri mungkin sudah memiliki atlet binaan, namun tak ada salahnya buat melakukan seleksi dari hasil siswa-siswa nan berprestasi di sekolah.

Bagi sekolah, tentu saja ini jadi baik. Pasalnya, siswa tak hanya belajar teori lari jeda pendek saja. Namun, mereka pun dapat membuktikan kemampuan mereka. Di sinilah nanti sekolah dapat berperan menyalurkan talenta anak didiknya.

Selain itu, dengan adanya event-event seperti ini, sekolah nanti pun tidak akan memberikan amanah guru olahraga kepada orang nan bukan pakar di bidang olahraga. Pasalnya, cukup banyak sekolah memiliki guru olahraga nan tak memiliki kemampuan berolahraga dengan baik.

Sekiranya mengharuskan guru olahraga tamatan dari perguruan tinggi pendidikan olahraga tentu saja akan menyulitkan pihak sekolah. Maka dari itu, paling tak sekolah memiliki guru nan mampu mengajarkan olahraga dengan baik. Tidak dapat di semua bidang olahraga, paling tak ada satu bidang nan memang memumpuni.

Inilah kajian sederhana tentang teknik lari jeda pendek. Semoga benar-benar memberikan kegunaan bagi sobat Ahira.