Phoenix dalam Mitologi Mesir

Phoenix dalam Mitologi Mesir

Phoenix merupakan simbol mitologi antik buat keabadian dan kebangkitan. Phoenix banyak pula dipakai dalam budaya populer novel, misalnya pada novel Harry Potter karya J.K Rowling. Di novel tersebut, Phoenix digambarkan bisa menghilang dengan cahaya menyilaukan, menyembuhkan luka dengan air matanya, dan sebagainya.

Phoenix banyak pula disebut-sebut dalam legenda berbagai bangsa, nan di antaranya memiliki persamaan persepsi satu sama lain. Apa sebenarnya Phoenix itu?



Asal Mula Phoenix

Phoenix ialah burung legendaris nan berasal dari mitologi Yunani, Romawi, dan Mesir Kuno. Konon, phoenix bisa hayati selama 500 tahun, lalu mati, dan terlahir kembali. Phoenix memiliki bulu berwarna merah tua keemasan dan berukuran sebesar burung elang.

Tepat sebelum mati, burung phoenix membuat sarang dari tumbuhan herbal, di antaranya kayu manis dan kemenyan. Lalu, phoenix sengaja membakar sarangnya dan mati. Namun, phoenix baru lahir dari sisa-sisa sarang nan terbakar.

Ketika phoenix muda sudah cukup kuat, ia akan mengumpulkan abu phoenix nan wafat ke dalam semacam telur nan terbuat dari kemenyan. Lalu, phoenix muda membawa telur tersebut ke Heliopolis, kota matahari zaman Mesir Antik dan meletakkannya di altar Dewa Matahari, yaitu Dewa Ra.

Phoenix diasosiasikan dengan kehidupan abadi dan reinkarnasi pada zaman Mesir Kuno. Bangsa Romawi Antik menggunakan phoenix dalam koinnya buat melambangkan Kota Roma. Pengikut Kristen awal menganggap phoenix sebagai simbol kebangkitan. Phoenix juga muncul dalam mitologi China dan Jepang.



Penggambaran Phoenix

Phoenix merupakan burung imajiner berukuran sebesar bangau. Bentuk fisik burung ini mungkin dipengaruhi oleh bangau. Arkeologis menemukan bahwa bangau berukuran sangat besar hayati di sekitar Teluk Persia pada 5.000 tahun lalu. Ada spekulasi bahwa mungkin burung ini terlihat oleh pengembara Mesir Antik lalu tersebar isu bahwa burung bangau nan sangat besar terlihat sekali dalam 500 tahun di Mesir.

Phoenix memiliki dua bulu panjang di bagian puncak kepalanya dan sering digambarkan bermahkota Osiris. Dalam mitologi Mesir Kuno, phoenix disebut juga Bennu. Bennu diperkirakan berasal dari kata "weben" nan berarti "bangkit" atau "bersinar". Phoenix dianggap mewakili jiwa Dewa Matahari, yaitu Dewa Ra. Pada periode akhir Mesir Kuno, hieroglip phoenix digunakan buat melambangkan dewa. Phoenix juga melambangkan kebangkitan Osiris.



Phoenix dalam Mitologi Mesir

Menurut bangsa Mesir, phoenix merupakan burung mitos nan berukuran sebesar elang dengan bulu keemasan dan suara nan melodius. Konon, phoenix membuat sarangnya di dekat sumur dan muncul setiap subuh buat menyanyikan melodi nan sangat latif sehingga Dewa Matahari pun menyimaknya.

Hanya ada satu phoenix nan hayati dalam 500 tahun. Jika akan mendekati ajalnya, phoenix akan membuat sarang dari cabang-cabang tumbuhan herbal lalu membakar dirinya bersama sarangnya. Setelah tiga hari, phoenix baru muncul dari abu sisa-sisa sarang nan terbakar. Konon, phoenix baru tersebut muncul dari tengah-tengah api. Phoenix muda kemudian mengumpulkan abu phoenix pendahulunya dalam sebuah telur dan membawanya ke Heliopolis, buat diletakkan di altar Dewa Matahari.

Phoenix melambangkan kematian dan kelahiran matahari. Phoenix dideskripsikan menyerupai burung bangau atau burung elang. Makanan dan minuman phoenix ialah embun. Phoenix tak membunuh hewan apa pun dan tak merusak apa pun nan disentuhnya. Bangsa Mesir Antik menganggapnya sebagai raja burung. Julukannya nan lain ialah burung matahari, burung Assyria, burung Mesir, dan burung Sungai Gangga.

Catatan mengenai phoenix kali pertama dibuat oleh Hesiod pada abad ke-8 SM. Namun catatan nan lebih mendetail ditulis oleh Herodotus dari Halicarnassus, yaitu seorang sejarahwan Yunani Antik termasyhur pada abad ke-5 SM.



Phoenix dalam Mitologi China

Phoenix dalam Mitologi China merupakan simbol kebajikan dan rahmat, serta kekuatan dan kemakmuran. Phoenix melambangkan ekuilibrium yin dan yang . Menurut bangsa China, phoenix merupakan burung nan lemah lembut, ia turun dengan sangat hati-hati sehingga tak merusak apa pun nan dipijak atau disentuhnya. Phoenix dianggap kekuatan nan dikirim dari surga nan ditujukan buat kaisar.

Jika phoenix nan digunakan buat dekorasi rumah, maka melambangkan kesetiaan dan kejujuran penghuni rumah tersebut. Perhiasan dengan motif phoenix melambangkan pemakainya nan menjunjung moral tinggi. Jadi simbol phoenix hanya dapat dipakai oleh seseorang penting.

Menurut bangsa China, phoenix digambarkan memiliki paruh seperti ayam, paras seperti burung walet, leher seperti ular, dada seperti angsa, punggung seperti kura-kura, dan ekor seperti ikan.

Phoenix dalam mitologi China disebut juga Feng Huang . Penggambaran Feng Huang nan paling generik ialah ia sedang menyerang ular dengan cakar dan sayapnya mengembang. Sesungguhnya, citra phoenix sudah muncul di China selama 7000 tahun. Biasanya gambar phoenix muncul pada giok dan merupakan simbol keberuntungan. Meskipun pada masa Dinasti Han, phoenix jantan dan betina nan saling berhadapan digunakan buat simbol nan mewakili arah selatan.

Phoenix dalam versi China memiliki bulu hitam, putih, merah, hijau, dan kuning, nan syahdan menggambarkan kebajikan dan kesetiaan penganut Confucius. Simbol phoenix biasa diletakkan pada buku-buku tebal dan kuburan.



Phoenix dalam Mitologi Jepang

Phoenix versi Jepang disebut juga Ho-Oo . Ho ialah phoenix jantan dan Oo ialah phoenix betina. Phoenix kali pertama diperkenalkan pada periode Asuka (sekitar pertengahan abad ke-6 hingga pertengahan abad ke-7). Citra Ho-Oo menyerupai Feng-Huang, yaitu phoenix versi China.

Ho-Oo sering kali digambarkan bersarang di pohon paulownia dan diperkirakan hanya muncul saat penguasa nan berbudi luhur lahir dan saat pergantian era, yaitu ketika phoenix turun dari surga buat melakukan perbuatan baik pada manusia. Dalam cerita lainnya, Ho-Oo muncul hanya pada masa nan penuh kedamaian dan kemakmuran, nan sangat sporadis terjadi.

Ho-Oo digunakan sebagai simbol keluarga bangsawan, terutama keluarga kaisar. Ho-Oo mewakili matahari, keadilan, kesetiaan, dan kepatuhan. Gambar Ho-Oo muncul dalam berbagai benda, misalnya kaca, tekstil, perhiasan, dan sebagainya.



Mitos Lain Phoenix

Selain dalam mitologi Mesir, China, dan Jepang, phoenix juga dikenal sebagai figur primer pada budaya bangsa Lebanon zaman dahulu. Mereka menganggap dirinya sebagai keturunan Phoenicians dan sebagai putra phoenix. Negara Lebanon juga memiliki sejarah nan mirip dengan phoenix, yaitu "jatuh" dan "bangkit" selama 7 kali sepanjang sejarahnya.

Siklus kebangkitan, kelahiran, dan kaitannya nan dekat dengan siklus alami bumi, sangatlah wajar bila legenda phoenix dikenal dan tersebar luas dalam banyak kebudayaan dan masyarakat. Baik phoenix memiliki bulu keemasan, bisa menghilang, atau makhluk nan tak bisa wafat sebaiknya tak perlu diperdebatkan. Legenda phoenix harus diperlakukan dengan pendekatan budaya dan bagian dari sejarah beberapa bangsa.

Kalimat " rising like a Phoenix from the Ashes " sering kali digunakan dalam olahraga ketika suatu tim sedang mengalami kekalahan lalu bangkit buat pada akhirnya menjadi pemenang. Mitos kebijakan dan keluhuran membuat phoenix sering digunakan sebagai maskot atau simbol pada berbagai organisasi, dan bahkan digunakan sebagai nama firma.