Empat Metode Keputusan nan Umum

Empat Metode Keputusan nan Umum

Pengambilan keputusan dan proses pembuatan keputusan selalu kita butuhkan. Secara sederhana, fungsi sebuah keputusan diambil buat menemukan solusi dan memberi evaluasi atau pandangan terhadap sesuatu. Dapat juga buat menjatuhkan pilihan skala prioritas di antara alternatif nan ada. Ada keputusan sebagai kebutuhan perusahaan, organisasi, maupun keputusan individu. Sebelum membuat keputusan, ada sejumlah proses membuat keputusan nan dilewati. Apa saja?

Perusahaan atau organisasi terdiri atas banyak orang. Karena itu, keputusan harus diprioritaskan buat mencapai tujuan bersama.



Tahapan Pembuatan Keputusan

Umumnya, tahapan munculnya sebuah keputusan akan melewati proses sebagai berikut.

  1. Melacak atau Mengidentifikasi Masalah

Untuk merumuskan hasil keputusan, para pemimpin perusahaan atau manajer kerap kali menemui pelbagai masalah. Di titik inilah, identifikasi terhadap masalah terkait menjadi hal krusial. Cara nan ditempuh dapat dengan melakukan komparasi atau melakukan uji karena akibat, kenapa masalah terkait dapat terjadi. Misal, dalam beberapa bulan terakhir, taraf penjualan menurun. Manajer dapat melakukan komparasi terhadap kualitas produk kompetitor atau menguji hal nan berkaitan dengan terjadinya masalah penurunan penjualan produk tersebut.

  1. Pengumpulan Data dan Menganalisanya

Langkah berikutnya, mengumpulkan data terhadap masalah nan menonjol dan menganalisanya. Langkah ini krusial dilakukan manajer sebelum menemukan varian alternatif nan nantinya akan digunakan sebagai hasil keputusan. Misal, dari masalah penjualan nan menurun tadi, ternyata ditemukan beberapa sebab, seperti kompetitor mengeluarkan produk baru, pasar nan ada mulai mengalami kejenuhan, harga produk kalah bersaing, muncul kompetitor baru, dan sebagainya.

  1. Mengevaluasi Alternatif nan Sama-sama Krusial

Dari masalah nan menonjol dan hasil analisa, ternyata masih ada opsi-opsi nan memungkinkan terjadinya penurunan penjualan. Di sini, alternatif nan ada perlu dievaluasi kembali secara mendalam, lalu dikerucutkan.

  1. Memilih Alternatif Terbaik sebagai Hasil Keputusan

Setelah proses mengevaluasi aternatif sudah ditentukan, barulah dipilih alternatif terbaik sebagai hasil keputusan. Contohnya, masalah primer penurunan penjualan ternyata kalah harga dan kualitas. Agar jumlah penjualan produk dapat meningkat kembali, maka diputuskan dengan mendongkrak kualitas produksi dan menekan/menurunkan bandrol harga produk dengan jangka waktu eksklusif (diskon berjenjang), dsb.

  1. Mengeksekusi Keputusan dan Melakukan Evaluasi

Jika keputusan sudah dibuat, tinggal proses eksekusi. Manajer segera melakukan instruksi pada jajaran di bawahnya. Lalu, dalam jangka waktu nan sudah ditentukan dalam perencanaan, dilakukan monitoring dan penilaian berkala terhadap progres penjualan produk terkait: Apakah tetap menurun atau meningkat?



Dua Tipe Keputusan

Ada dua tipe keputusan nan secara generik sudah dikenal, yakni keputusan rutin dan keputusan insidental. Keputusan rutin atau reguler dibuat sebagaimana nan telah dirancang dalam perencanaan atau blue print perusahaan. Keputusan ini disesuaikan dengan kebutuhan . Sementara itu, keputusan insidental dilakukan ketika ada satu kasusistik tertentu. Misalnya, terjadi masalah-masalah di luar perencanaan seperti kasus menurunnya jumlah penjualan atau kasus tidak terduga lainnya.



Empat Metode Keputusan nan Umum

Setiap pemimpin, manajer atau sosok nan ditunjuk buat menghasilkan setiap keputusan tentu saja memiliki karakter bebeda. Apalagi dalam perusahaan nan melibatkan sejumlah manajer nan kadang memiliki silang pendapat. Nah, dalam proses memutuskan sesuatu itu, biasanya, ada metode menonjol nan sering digunakan para pemimpin di sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu sebagai berikut.

  1. Kewenangan Tanpa Pendapat Orang Lain (Tanpa Diskusi)

Kadang, ada saja beberapa tipikal pemimpin nan otoriter. Jika demikian, segala keputusan nan dibuatnya, sporadis sekali atau cenderung tidak pernah melibatkan siapapun. Karena memiliki kewenangan penuh, maka ia memutuskan sendiri. Umumnya, ini dapat ditemui dalam kepemimpinan militer atau di negara nan memiliki presiden ‘abadi’. Dalam konteks perusahaan, cenderung dapat ditemui di perusahaan nan pemimpinnya memegang saham dominan misalnya.

  1. Kewenangan dengan Melibatkan Pendapat Orang Lain (Setelah Diskusi)

Keputusan nan diambil dalam proses ini terjadi setelah melalui diskusi atau rapat. Barulah, setelah itu, sang pemimpin menentukan kebijakannya. Masukan-masukan dari hasil kedap dipertimbangkan, dipikir masak, lalu ditetapkan kebijakan atau keputusan. Pemimpin seperti ini nisbi lebih bijak sebab mau mendengarkan pendapat orang lain. Ini seperti nan dicontohkan Nabi. Dalam perang Khandaq, di kondisi genting, Nabi ditanya salah seorang Sahabat.

Ya Rasul. Apakah itu pendapatmu atau wahyu dari Allah? ” Rasul menjawab, “Usulanku .”

Lalu, Sahabat mengeluarkan pendapatnya. Setelah dipikir masak, Rasul pun lebih menyetujui pendapat Sahabat dibanding pendapatnya sendiri. Beliau segera mengambilnya menjadi sebuah keputusan (membuat parit). Keputusan melalui proses ini cenderung lebih berkualitas dibanding proses lainnya. Tapi, tetap tergantung akhlak dan karakter pemimpin serta tipikal perusahaan, organisasi , atau kelompok terkait.

  1. Konsensus

Keputusan hasil mufakat umumnya terjadi lantaran memiliki pemimpin lebih dari satu dan memiliki pengaruh nan sama atau sejajar. Dapat pula terjadi lantaran keputusan nan ada disetujui sebagian besar anggota. Contohnya, keputusan nan diambil dalam kedap partai eksklusif nan diputuskan lewat musyawarah bersama (keputusan kolektif), di lingkup organisasi Muhammadiyah atau organisasi lain nan memiliki pemimpin lebih dari satu dengan pengaruh sama kuat. Dalam konteks perusahaan, dapat ditemui dalam perusahaan keluarga.

  1. Pendapat Ahli

Metode ini digunakan manakala hasil keputusan dikeluarkan dari kebijakan seorang pakar nan ditunjuk dalam sebuah organisasi atau perusahaan eksklusif seperti keputusan dewan penasihat, pembina yayasan, komisaris independen, dsb. Keputusan dari pakar nan ditunjuk memiliki syarat tidak tertulis. Sang pakar nan dimintai pendapatnya harus benar-benar berkualitas, mengetahui masalah, dan objektif. Kenapa? Ini buat menghasilkan kebijakan atau keputusan nan berkualitas dan solutif.



Tantangan dalam Proses Keputusan

Sebuah keputusan tidak begitu saja diambil tiba-tiba. Ada proses, metode, juga ada saja tantangan nan kerap ditemui di lapangan, antara lain sebagai berikut.

  1. Minim Data

Jika ditemui masalah dan data nan dibutuhkan masih minim, ini dapat menghambat pertimbangan nan akan dijadikan sebuah keputusan. Contoh, dalam konteks menurunnya penjualan produk di sebuah perusahaan, mereka tak memiliki data cukup. Hal itu berisiko tertundanya keputusan nan akan ditempuh sang manajer. Tentu ia akan mengalami kesulitan.

  1. Tak Punya Skala Prioritas

Pemimpin tak memiliki skala prioritas saat menentukan kebijakan tertentu. Akibatnya, kebijakan nan diputuskan berpotensi melenceng dari nan diharapkan. Bahkan, dapat menjadi bumerang. Dalam kasus menurunnya penjualan, misal, pemimpin justru mengeluarkan produk baru tanpa mengetahui skala prioritasnya. Akibatnya, masalah penurunan penjualan produk lama belum tentu terpecahkan, biaya produksi justru bertambah buat produk baru, dan produk baru itu pun belum ada agunan akan laku.

Nah, sebelum membuat produk baru, seharusnya pemimpin memiliki skala prioritas terlebih dahulu. Perlu dianalisa, apakah produk baru itu memang benar-benar dibutuhkan? Sebab dapat jadi hal nan dibutuhkan mendesak ialah memperbaiki kualitas produk lama terlebih dahulu. Dapat saja, kan ?

  1. Muncul Dualisme Pengambil Keputusan

Ini cenderung terjadi dalam konteks metode konsensus, yaitu pemimpin penentu kebijakan lebih dari satu orang. Dapat jadi, jika tidak ada titik temu, akan muncul dualisme. Ada kepentingan berbeda secara subjektif. Jika memang terjadi, hambatan ini dapat disiasati harus dengan jiwa besar: Bicara dari hati ke hati . Dua insan nan berkepentingan itu perlu mengembalikan lagi roda perusahaan atau organisasi ke visi misi awal. Istilah nan generik ialah kembali ke khittah- nya.

  1. Proses Keputusan buat Kebutuhan Personal

Setelah membahas keputusan perusahaan, organisasi atau kelompok. Kini, bagaimana dengan proses keputusan nan diambil individu dan buat kepentingan personal atau lingkup nan lebih kecil? Prosesnya tidak jauh berbeda. Tapi, ada beberapa disparitas mendasar, yakni bergantung karakter, taraf masalah dan kebutuhan akan solusi, kebiasaan, tingkatan sosial, pendidikan, serta dominasi pengetahuan generik dan agama.

Sebut saja, masalah pelajar buat memperoleh ujian nasional memuaskan. Sangat berbeda penyelesaiannya dengan masalah seorang ayah nan ingin mendaftarkan anaknya ke jenjang pendidikan berikutnya. Namun, meski beda solusi, kebanyakan kita akan melakukan:

  • perenungan, hibernasi atau kontemplasi;
  • pemilihan skala prioritas;
  • perumusan solusi; dan
  • penentuan keputusan.
  • Jika seorang Muslim terbentur dengan pilihan-pilihan berat dalam hidupnya, disarankan buat melakukan ikhtiar tambahan nan diajarkan Nabi, yakni shalat istikharah. Dapat pula dengan sedekah . Sebab, sedekah dapat menuntaskan solusi hayati personal meski itu relatif.

    1. Keputusan Cepat

    Ada person nan dapat mengambil keputusan cepat dan ada nan tidak, baik keputusan buat kepentingan pribadi atau kelompok, organisasi, perusahaan, maupun lingkup nan lebih besar. Islam punya pemimpin hebat nan memiliki kecepatan berpikir dalam kondisi genting. Sejarah mencatata itu. Khalid bin Walid ialah salah satunya. Beliau satu sosok pemimpin nan mampu membuat kebijakan dengan cepat, sekejap, dalam hitungan detik. Itu terjadi saat perang Mut’ah. Ketika itu, tiga pemimpin pasukan Muslim nan ditunjuk Rasulullah telah gugur di medan perang.

    Sebelum perang, Rasulullah bersabda:

    Angkatlah Zaid bin Haritsah sebagai panglima. Jika terkena musibah, Ja’far bin Abi Thalib nan menggantikan. Bila Ja’far ikut terkena musibah, Abdullah ibnu Rawahah nan akan jadi panglima.

    Tapi, ketiga panglima sudah tewas, sedangkan perang masih terus berlangsung. Mental pasukan Muslim ambruk. Apalagi saat itu ialah perang besar, di mana ribuan pasukan Muslim melawan tentara Romawi nan mencapai ratusan ribu. Plus senjata lengkap.

    Melihat mental pasukan ambruk, saat itulah, Khalid bin Walid berinisiatif mengambil tampuk kepemimpinan maju sebagai panglima perang. Dalam hitungan detik, ia memutuskan. Lalu, segera mengatur taktik, memberi semangat, mengoordinasikan perlawanan, memimpin perang dengan sangat gigih.

    Sampai-sampai sembilan pedang di tangannya hancur hingga beliau berperang hanya dengan sepotong besi. Apa nan terjadi? Kondisi malah berbalik. Melihat semangat pasukan Muslim nan baru, giliran mental tentara Romawi nan hancur. Korban syahid di pasukan Muslim hanya belasan orang, sedangkan tentara Romawi nan tewas jauh lebih banyak.

    Itulah ulasan tentang proses pembuatan keputusan . Semoga bermanfaat!
    Person atau pemimpin nan dapat membuat kebijakan dengan cepat perlu latihan. Perlu dominasi pengetahuan dan agama, kebiasaan, dan penanaman karakter. Khalid bin Walid, sosok nan menguasai betul teknik perang dan medannya. Faktor karakter, pembiasaan, serta dominasi pengetahuan dan agama menjadi hal penting nan dibutuhkan agar sukses melakukan sesuatu dengan cepat. Tak terkecuali menentukan putusan meski di saat kondisi kritis.

    Semoga artikel tentang proses pembuatan keputusan ini bermanfaat!