Iklim dan Curah Hujan

Iklim dan Curah Hujan

Coba Anda searching di internet, lalu ketikkan kata “Jawa”, “Pulau Jawa”, “ Java Island ”, “ Jawa Indonesia ”, ‘budaya Jawa”, dan sebagainya, pasti Anda akan mendapat jutaan informasi terkait pulau nan satu ini. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa memiliki sejumlah keistimewaan dan karakteristik khas nan sporadis dimiliki oleh pulau-pulau lain di muka bumi.

Fakta pun menunjukkan kalau Pulau Jawa Indonesia termasuk salah satu daratan terpenting di dunia. Betapa tidak, Pulau Jawa termasuk pulau terpadat di global dengan dua suku bangsa nan besar pula, yaitu suku Jawa dan Sunda.

Pulau Jawa ialah pulau ketiga belas terbesar di dunia. Pulau Jawa dilintasi salah satu rangkaian pegunungan terpanjang di global sehingga tanahnya menjadi sangat subur. Pulau Jawa terletak di daerah persimpangan dua benua, yaitu Asia dan Australia. Pulau Jawa pun memiliki sumber daya alam dan keanekaragaman hidup nan sangat kaya.

Berikut ini sekilas citra Pulau Jawa dilihat dari kondisi alam sebagai salah satu keistimewaan nan dimilikinya.



Kondisi Geografis

Pulau Jawa terletak di bagian Selatan wilayah Indonesia. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Bahari Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda.

Wilayah Pulau Jawa memanjang ke arah Timur dan Barat sejauh 1050 km (sekitar 650 mil). Adapun lebar maksimal, terletak pada garis pararel ke-5 dan ke-10 dari garis lintang Selatan, mencapai 204 km (sekitar 127 mil). Jika dilihat dalam peta, Pulau Jawa terletak pada 6° LS - 8.5° LS.

Pulau Jawa sendiri memiliki luas sekitar 134,045 km persegi (51,755 mil persegi) dengan penduduk sekitar 121 juta jiwa atau 60,1 persen dari total penduduk Indonesia nan berjumlah 205,1 juta jiwa). Jumlah nan didasarkan pada sensus penduduk pada 2010 ini meliputi penduduk di sekitar Pulau Jawa, seperti Madura dan Kepulauan Seribu.

Kota terbesar dan terpadat di Pulau Jawa ialah Jakarta, nan juga menjadi Ibukota Indonesia. Selain Jakarta, terdapat kota-kota krusial lainnya di Pulau Jawa, di antaranya Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bogor, Malang, Surakarta, Cirebon, Pekalongan, dan Banten.



Kondisi Alam

Pulau Jawa dilintasi oleh rangkaian pegunungan vulkanis nan memanjang dari Timur ke Barat. Rangkaian pegunungan ini memiliki sekitar 110 pusat vulkanis dengan 35 kaldera aktif. Gunung paling tinggi ialah Semeru (3676 meter).

Gunung nan terletak di bagian timur Pulau Jawa ini termasuk gunung berapi nan masih aktif, selain Gunung Bromo, Merapi, Ijen, dan Tangkuban Parahu.

Dilihat dari rangkaian pegunungan nan melintasinya, ketinggian wilayah Pulau Jawa di sebelah barat lebih rendah dari wilayah sebelah timur, tingginya tak lebih dari 1737 meter. Wilayah selatan Pulau Jawa dihiasi oleh rangkaian bukit batu gamping nan membentuk tebing curam dan daerah pantai nan terjal.

Adapun wilayah utara Pulau Jawa ditandai dengan dataran rendah dengan lebar maksimum 64 km nan berdampingan dengan rangkaian pegunungan pusat sebelah utara.

Sungai-sungai nan ada di Pulau Jawa umumnya sempit dan dangkal. Bengawan Solo, sekitar 540 km, merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sedangkan pelabuhan alami terbaik berada di wilayah pantai sebelah utara.



Iklim dan Curah Hujan

Pada tengah hari, khususnya di daerah dataran rendah, temperatur udara di Pulau Jawa nisbi sama tingginya, yaitu sekitar 37° C (99° F) dengan kelembapan nisbi nan seringkali melebihi 80 persen. Untuk wilayah dengan ketinggian di atas 610 meter, syarat-syarat iklim nan hangat dan dingin berlaku di sini.

Rata-rata curah hujan tahunan di Pulau Jawa menunjukkan 2030 mm (sekitar 80 inci). Akan tetapi, dengan kondisi wilayah nan cukup luas, jumlah curah hujan pun bervariasi antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya.

Curah hujan tahunan nan paling ekstrem ialah 4215 mm (sekitar 166 inci) terjadi di wilayah Bogor. Adapun curah hujan tahunan nan paling minimum ialah 890 mm (sekitar 35 inchi) nan terjadi di wilayah Asembagus.



Jawa Indonesia – Etnis dan Budaya

Komposisi etnis di Pulau Jawa secara nisbi bisa dianggap homogen, meskipun mempunyai jumlah populasi nan banyak jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. Sebenarnya, ada dua etnis orisinil nan berasal dari Pulau Jawa Indonesia ini. Etnis orisinil Jawa Indonesia itu ialah etnis Sunda dan Etnis Jawa. Sebenarnya, etnis Madura bisa digolongkan etnis Jawa Indonesia sebab sebagian besar penduduk Madura telah bermigrasi ke Jawa Timur.

Dari dua etnis orisinil nan ada di Pulau Jawa Indonesi a, etnis Jawa merupakan etnis nan paling banyak menempati Pulau Jawa, sedangkan jumlah etnis Sunda nan ada di Pulau Jawa sekitar 20%. Seiring perkembangan zaman, jumlah etnis di luar etnis orisinil nan ada di Pulau Jawa pun terus bertambah sebab Pula Jawa menjadi sentra segala kehidupan Indonesia.

Dari segi budaya, ada 4 wilayah budaya yangb ada di Pula Jawa Indonesia. Pembagian wilayah dalam bidang budaya antara lain Sentra Budaya Jawa (Kejawen) di bagian tengah, budaya pesisir Jawa (pasisiran) nan ada di Pantai Utara Jawa, budaya Sunda (Pasundan) di bagian barat Jawa, dan budaya Osing (blambangan) di bagian timur Jawa.

Di antara 4 budaya nan ada di Pulau Jawa Indonesia, budaya Kejawen merupakan budaya paling dominan. Di daerah ini pun sistem aristrokat masih bertahan. Wilayah tengah pulau Jawa pun merupakan wilayah asal dari sebagian besar tentara, pebisnis, dan politikus di Indonesia. Selain itu, bahasa dan tata krama dari daerah Pulau Jawa bagaian tengah ini pun dikenal sebagai bahasa dan tatak rama nan paling halus dan menjadi panutan masyarakat Jawa.

Pulau Jawa Indonesia pun merupakan lokasi loka berdirinya kerajaan nan pernah berpengaruh di Asia Tenggara sehingga banyak peninggalan sejarah dari masa kerajaan nan ada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa pun lahir karya sastra terkenal nan diambil dari kisah Ken Arok dan Ken Dedes. Selain itu, ada juga karya sastra terjemahan dari Ramayana dan Mahabharata.



Sektor Ekonomi Pulau Jawa

Sebelum berkembang seperti sekarang, perekonomian Pulau Jawa sangat bergantung pada areal persawahan. Kerajaan-kerajaan antik nan pernah ada di Pulau Jawa Indonesia begitu mengandalkan dan bergantung pada panen padi. Oleh sebab itu, Pulau Jawa Indonesia pun menjadi penghasil besar terbesar saat itu. Dengan adanya perdagangan antar negara Asia, China dan India, Pulau Jawa Indonesia ikutr terlibat dalam perdagangan rempah-rempah.

Masuknya kolonial Belanda ke Indonesia diikuti dengan pendirian kongsi dagang Hindia Belanda (VOC) di Batavia. Selama masa penjajahan, Belanda melakukan budidaya berbagai tanaman komersial, seperti tebu, kopi, karet, teh, kina, dan lain sebagainya. Bahkan, kopi jawa mencapai popularitas pada awal abad 19 dan 20. Oleh sebab itu, kata java telah menjadi sinonim buat kata kopi.

Sejak pemerintahan Hindia Belanda masuk ke Indonesia, Pula Jawa semakin berkembang. Jalur transportasi pun dikembangkan buat mendukung sektor perekonomian dan sektor-sektor lainnya. Contohnya, dengan dibangunnya Jalan Raya Pos Jawa nan dimulai dari Anyer (kawasan baraat Pulau Jawa) hingga Panarukan (kawasan timur Pulau Jawa).

Seiring berkembangan zaman, Pulau Jawa Indonesia pun semakin berkembang. Kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung menjadi pusat bisnis, industri, dan perdagangan. Selain itu, kota-kota satelit di sekitar Jakarta, seperti Karawang, Depok, Bekasi, dan Tangerang pun mulai berkembang. Wahana pendukung perekonomian lainnya pun terus dikembangkan. Hasilnya, lihatlah sekarang, Pulau Jawa Indonesia menjadi sentra bisnis, industri, dan lainnya.

Itulah sekilas perkembangan Pulau Jawa Indonesia dari masa ke masa. Semoga klarifikasi singkat ini bermanfaat bagi Anda semua.