Al Biruni, Piknometer dan Cara Kerjanya

Al Biruni, Piknometer dan Cara Kerjanya

Apa fungsi piknometer ? Di masa keemasan terdahulu, Islam memiliki banyak pakar di segala bidang. Termasuk pakar kimia. Para saintis Muslim itu menciptakan aneka inovasi mengagumkan nan masih terus digunakan sampai saat ini.

Tak terkecuali alat-alat pendukung laboratorium bidang kimia. Seperti Al Biruni, saintis Muslim inilah nan menemukan dan menjelaskan fungsi piknometer.

Piknometer menjadi satu alat krusial di laboratorium nan berfungsi mengukur berat jenis atau volume cairan dengan tingat akurasi nan tajam. Ada pula nan mengartikan sebagai alat nan digunakan mengukur nilai massa jenis atau densitas dari fluida. Sama saja maknanya.

Nah dalam praktekknya, instrumen ini biasa digunakan mengukur massa jenis dari oli seperti SAE 90, 140 dan sejenisnya. Dapat pula mengukur massa jenis minyak goreng, air, metanol, toluene, dan sebagainya. Dibuat dari gelas berupa tabung seperti wadah parfum.

Peradaban Islam terdahulu menjadi kiblat di dunia. Jauh sebelum peradaban Eropa terbentuk, Islam telah mengungguli seluruh bidang. Bahkan, buat bidang kimia, sejarawan sains di global mengakui jika ilmu kimia termasuk salah satu anak kandung dari peradaban Islam.

Ilmuwan Jerman abad ke-18, Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith pun mengakui jika pakar kimia Muslim ialah pendiri ilmu kimia. Bahkan, ia mengemukakan jika hampir seluruh pengetahuan nan melingkupi soal ke-kimia-an, diciptakan saat munculnya peradaban Islam. Kala itu, peradaban Eropa, Yunani dan peradaban lainnya masih gelap.

Meski saat ini banyak terserak temuan nan diklaim muncul di era peradaban Yunani, namun para ilmuwan global justru mengakui jika era peradaban Yunani hanya melahirkan hipotesa nan samar. Durant pun mengungkapkan pengakuan tersebut.



Saintis Muslim

Saintis Muslim telah muncul sejak masa kekhalifahan. Sejak itu mereka terus memberi peran besar bagi ilmu pengetahuan generik nan sangat bermanfaat buat seluruh manusia. Sejak itu pula mereka sudah menemukan dasar-dasar kimia nan menentukan bagi perjalanan dan perkembangan ilmu kimia di dunia.

Bahkan, rentetan senyawa kimia dan atau sederet zat juga telah ditemukan sejak zaman mereka. Misal al kohol, asam sitrat, klorida, asetat, dan berbagai senyawa kimia lainnya.

Tak hanya itu. Proses dasar kimiwai, alat-alat, beserta fungsinya juga tercipta. Sejumlah proses kimia dasar nan ditemukan seperti pengetahuan tentang penguapan, pencairan, pemurnian, oksidasi-reduksi, penyulingan, sublimasi dan proses dasar kimia lain.

Ragam inovasi di bidang kimia ini dilengkapi dengan terciptanya alat-alat fenomenal buat mendukung laboratorium di masa itu. Bahkan, di masanya alat tersebut sudah terbilang canggih, termasuk piknomter nan diciptakan Al Biruni.

Selain Al Biruni, saintis Muslim nan namanya diabadikan dalam sejarah pengetahuan, antara lain, Ibnu Sina, al-Khazini, Jabir Ibnu Hayyan, Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi, serta saintis Muslim lainnya. Nama-nama ini tidak hanya menciptakan majemuk inovasi dan alat di bidang kimia. Namun, juga bidang medis seperti Ibnu Sina Dunia.

Wabil spesifik bidang kimia, selain piknometer, sejumlah alat laboratorium nan mereka temukan ialah termometer dan air termometer. Selanjutnya, refrigerated coil, refrigerated tubing, ada juga alat lain nan berguna buat melelehkan bahan-bahan kimia.

Mereka juga menemukan hidrostatic balanca, teelyard, alembic, conical measure, laboratory flask, dan majemuk alat kimia canggih di masanya nan sangat krusial bagi pengembangan ilmu kimia di dunia. Di era modern ini alat-alat itu dimodifikasi para ilmuwan barat.



Industri Kimia dan Bapak Kimia Muslim

Sampai sekarang majemuk zat kimia nan diciptakan buat kebutuhan industri kimia masih dibutuhkan. Seperti disinggung sebelumya, zat kimia, proses dasar kimia, serta alat-alatnya ditemukan dan diciptakan pertama kali oleh para pakar kimia Muslim.

Bukan misteri lagi jika histori itu memiliki distorsi nan dahsyat.
Banyak praktek penyembunyian serta pelencengan fakta sejarah ihwal pengembangan ilmu pengetahuan, tidak terkecuali di bidang kimia.

Dewasa ini orang lebih mengenal ilmuwan Yunani, Eropa atau global barat. Padahal mereka hanya memodifikasi penemuan-penemuan sebelumnya nan diciptakan saintis Muslim.

Seperti asam sulfat nan ditemukan Jabir bin Hayyan. Jabir juga menemukan asam nitrat, etanol, asam klorida, dan sebagainya. Ini ditemukan Jabir pada abad ke-8. Lalu, minyak tanah serta lampu minyak tanah ditemukan al-Razi di abad 9. Begitu pula bensin, kalium nitrat, dan ribuan zat kimia lainnya.

Jabir bin Hayyan sendiri telah dikenal sebagai Bapak Kimia Modern. Sumbangsihnya di bidang kimia diakui ilmuwan dunia. Ratusan buku nan ditulisnya menjadi warisan dan aset berharga bagi pengembangan keilmuan.

Eksperimen kimia nan dilakukannya dituangkannya dalam puluhan buku. Sedikitnya ada 85 buku nan menjelaskan inovasi dari ekperimennya.
Barulah di abad pertengahan, ilmuan barat menerjemahkan buku-buku Jabir.

Puluhan di antaranya bahkan dialihbahasakan dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Latin. Salah satu buktinya buku atau kitab al-Zuhra nan diterjemakan pihak barat menjadi buku bertajuk Book of Venus.

Saintis Muslim selain Al Biruni (penemu piknometer) dan Jabir bin Hayyan nan dikenal sebagai Bapak Kimia Modern, masih banyak lagi rentetan nama saintis Muslim nan namanya hampir luput dari sejarah.

Bahkan, Jabir juga menemukan alat penyulingan nan terdiri dari dua tabung. Alat tersebut saat ini dikenal dengan nama alembic.

Sejarawan sains menilai, alembic itu ditemukan Jabir sekitar abad ke-8. Alat ini tercatat sebagai alat penyulingan pertama nan mampu memurnikan seluruh zat kimia.

Kendati banyak saintis Muslim nan nyaris terlupakan atau sengaja dihilangkan dari sejarah, namun nama Jabir dan Al Biruni masih tergolong saintis Muslim nan namanya diakui ilmuwan barat.

Nama-nama mereka tercatat dalam buku atau jurnal ilmiah ilmuan Eropa. Seperti pengakuan Marshall Clagett dalam The Science of Mechanics in the Middle Ages. Masrhall mengakui, selain piknometer, conical measure nan menjadi satu alat krusial laboratorium juga ditemukan al-Biruni di abad ke-11 atau sekitar era 973 -1048 Masehi.

Bahkan, Al Biruni dicatat pula sebagai penemu laboratory flask. Homogen Botol atau termos laboratorium nan digunakan sebagai uji laboratorium .

Bisa berfungsi buat mengukur isi bahan kimia. Dapat pula mengendapkan, memanaskan, mendinginkan, atau menghancurkan zat-zat kimia lainnya. Warisan ilmu Al Biruni pun terus dikembangkan sampai sekarang.



Al Biruni, Piknometer dan Cara Kerjanya

Nama Al Biruni kerap dikaitkan dengan piknometer. Alat nan sering digunakan sebagai uji lab ini kian berkembang mengikuti zaman. Seiring kemajuan teknologi terkini, piknometer dimodifikasi lebih canggih mengikuti kebutuhan. Alat ini punya tiga bagian tidak terpisahkan, yakni epilog atau tutup piknomter, lubang dan gelas sebagai tabung ukur.

Tutup pikno digunakan mempertahankan suhu di dalamnya. Sedangkan tabung ukurnya berfungsi mengukur volume cairan nan dimasukkan dalam piknometer tersebut. Fungsi piknometer sebagai alat ukur berat jenis atau nisbi density atau spesific gravity. Ada nan menggunakannya buat sample liquid atau solid.

Umumnya piknometer nan ada saat ini terbuat dari kaca dengan bentuk menyerupai wadah parfum botol atau sejenisnya. Alatnya mungil. Semakin mungil dan rumit, kian ciamik harganya. Mahal sekali.

Ada bermacam ukuran. Nah biasanya volume piknometer nan sering digunakan ialah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada temperatur ruangan nan tertera dalam pikno tersebut, misal 20 derajat celcius.

Prinsip kerjanya dengan mengetahui jumlah massa sample nan akan ditentukan berat jenisnya dalam volume piknometer nan terisi penuh. Salah satu contoh perhitungan dan cara kerja pake piknometer, dapat dilihat di bawah ini :
Misalnya bobot Jenis pada suhu 20 derajat celsius.

Untuk menggunakannya, ambillah piknometer nan bersih, kering dan timbang bobotnya (W). Lalu, masukkan sampel cairan ke dalam piknometer. Langkah berikutnya, atur suhu piknometer nan telah diisi sampel hingga sekitar 17-19 derajat celcius. Tutup perlahan agar tak terjadi gelembung.

Selanjutnya, buanglah kelebihan zat uji melalui bagian sisi tabung dan bersihkan bagian permulaannya, lalu timbang (W1). Lakukan pengukuran nan sama terhadap air (W2). Adapun satuan nan biasanya di gunakan, yakni massa dalam satuan gram (gr) dan volume dalam satuan ml = cm3.

Di beberapa laboratorium, ada pula nan menggunakan piknometer accupyc seri II 1340. Ini termasuk kategori piknometer nan cepat dan bekerja secara otomatis dengan pengukuran presisi tinggi.

Kecepatannya mampu menganalisis sampel cukup dengan waktu kurang dari tiga menit. Dapat dioperasikan dengan tombol atau bisa disambungkan ke komputer. Canggih.
Di bawah ini seklumit pedoman singkat bagaimana menggunakan piknometer:

  1. Cek volume piknometer nan tertera di bagian tabung ukur. Ada nan bervolume 10 ml, 25 ml atau 50 ml.
  1. Timbang dalam kondisi kosong.
  1. Masukkan fluida nan akan diukur ke dalam piknometer.
  1. Jika volumenya sudah sesuai, segera tutup.
  1. Timbang massa nan kini sudah diisi fluida.
  1. Hitung massa fluida. Caranya dengan mengurangi antara massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong.
  1. Setelah mengetahui data massa dan volume fluidanya, kini Anda dapat menentukan nilai rho/masssa jenis (ρ) fluida dengan persamaan: rho (ρ) = m/V.
  1. Bersihkan dan keringkan piknometer.

Piknometer dan alat-alat kimia lainnya banyak dijual di pasaran dengan harga variatif. Sinkron jenis dan kebutuhannya. Semakin rumit semakin mahal, dapat mencapai belasan sampai puluhan juta. Warisan ilmu saintis Muslim ini perlu terus dikembangkan.

Sekian ulasan seputar fungsi piknometer. Semoga di masa depan akan lahir saintis-saintis Muslim lainnya nan mampu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Amin.