Cara Menanggulangi Banjir: Solusi Banjir Jakarta

Cara Menanggulangi Banjir: Solusi Banjir Jakarta

Banjir merupakan masalah nan sudah mewabah di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, kota-kota nan berada di dataran rendah akan terkena banjir. Di ibukota misalnya, hujan deras selama satu jam saja dapat berakibat fatal. Jika demikian, kondisi jalanan akan sangat tak kondusif. Meskipun pemerintah sudah mencari cara menanggulangi banjir , setiap tahun, banjir masih saja bahagia berkunjung di kota-kota rawan tersebut.



Cara Menanggulangi Banjir: Mengapa Jakarta Banjir?

Jika ingin mencari cara menanggulangi banjir, nan harus kita lihat terlebih dahulu ialah mengapa banjir dapat datang. Banjir dapat terjadi sebenarnya sebab ulah manusia sendiri. Lihat saja, di kota-kota besar, sungai nan sebenarnya berfungsi buat menampung air disalahgunakan buat menampung sampah. Di sekitar sungai tersebut bahkan dijadikan permukiman.

Kondisi tersebut diperparah dengan kurangnya pepohonan nan berfungsi sebagai jantung kota. Dapat kita hitung sendiri, kira-kira berapakah perbandingan antara hutan kota dengan gedung-gedung bertingkat. Mana nan lebih banyak?

Berdasarkan penelitian, inilah beberapa penyebab banjir di Jakarta:

1. Curah hujan

Musim hujan berkepanjangan menyebabkan hujan deras terus menerus turun di ibu kota. Curah hujan nan meningkat menyebabkan debit air sungai Ciliwung meluap. Tidak adanya pepohonan di pinggir sungai Ciliwung mengakibatkan air menggenangi jalan-jalan; tak terserap ke dalam tanah.

Jika hal ini terjadi hampir setiap hari selama musim hujan, banjir tak bisa terelakkan. Yang bisa dilakukan oleh masyarakat ibu kota ialah bersiaga menyambut limpahan air ke lingkungan loka tinggal mereka.

2. Ciri daerah genre sungai

Daerah genre sungai (DAS) nan bisa memicu terjadinya banjir di Jakarta ialah daerah genre sungai Ciliwung - Cisadane. Daerah genre sungai tersebut memiliki hulu nan berupa lereng terjal, begitu terjal sampai ke bagian tengah sungai. Sementara itu dari tengah sampai ke hilir, bentuknya luas dan datar.

Bentuk daerah genre sungai ini memicu banjir. Saat hujan deras turun, air dari hulu mengalir dengan cepat dan tak terkendali ke tengah sungai dan tergenang di sana dalam waktu singkat.

3. Saluran drainase

Dalam sebuah tata kota, saluran drainase berperan sangat krusial dalam memastikan air mengalir sampai ke bahari dan tak menggenangi kota. Sayangnya, konduite masyarakat ibu kota menyebabkan saluran drainase Jakarta tak bekerja dengan baik.

Setiap tahun, saluran drainase di sungai-sungai, khususnya Ciliwung, semakin sempit. Ini terjadi sebab Norma masyarakat miskin hayati di pinggir sungai dan Norma masyarakat kota membuang sampah ke sungai ini. Akibatnya, genre air di drainase sungai Ciliwung terganggu. Air tak bisa mengalir ke bahari melainkan menggenangi kota.

4. Perubahan penggunaan lahan

Daerah genre sungai terdiri dari 2 jenis, yakni wilayah resapan dan wilayah drainase. Kedua jenis daerah genre sungai ini bisa berfungsi dengan baik jika penggunaan huma di sekitarnya pun difungsikan dengan baik.

Sayangnya, semakin hari pemukiman di bantaran sungai semakin menjamur, sehingga wilayah resapan nan seharusnya ditanami pepohonan malah gundul dan tak bisa menyerap air secara maksimal. Hal ini terutama terlihat jelas di wilayah daerah genre sungai Ciliwung - Cisadane. Secara alamiah, wilayah tersebut memiliki 199 buah daerah resapan. Akan tetapi sebab penggunaan huma nan tak tepat, hanya 31 buah nan masih berfungsi.

Inilah masalah nan paling pelik. Kebutuhan ekonomi masyarakat pra-sejahtera ibu kota bentrok dengan kebutuhan buat melestarikan lingkungan. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan nan sampai sekarang tidak kunjung selesai.



Cara Menanggulangi Banjir secara Umum

Apakah kita akan monoton membiarkan kondisi tak sehat terjadi di kota-kota nan rawan banjir? Tentunya tidak. Itu sebabnya, kita dan pemerintah harus mencari cara menanggulangi banjir meskipun sebenarnya cara tersebut sudah ada. Kita tinggal merealisasikannya.

Berikut ini beberapa cara menanggulangi banjir secara umum.

  1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan ialah loka genre air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi loka sampah.

  2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, nan mendirikan rumah di dekat sungai ialah para pendatang nan datang ke kota besar hanya dengan kapital nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian. Malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya, pemerintah seharusnya tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama (untuk menetap).

  3. Menanam pohon, dan pohon-pohon nan tersisa tak ditebangi lagi. Pohon ialah salah satu penopang kehidupan di suatu kota. Bayangkan jika sebuah kota tak memiliki pohon sama sekali. Apa nan akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Apabila sudah tak ada lagi pohon, dapat dibayangkan apa nan akan terjadi saat hujan tiba.



Cara Menanggulangi Banjir: Solusi Banjir Jakarta

Inilah beberapa cara menanggulangi banjir nan dapat diterapkan di kota Jakarta.

1. Meningkatkan kapasitas drainase

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa wilayah drainase nan tak memadai mengakibatkan genre air sungai meluap dan menggenangi kota. Oleh sebab itu, sepatutnya perhatian dalam cara menanggulangi banjir Jakarta ditujukan pada peningkatan kapasitas drainase. Caranya ialah melarang dengan tegas membangun rumah tinggal di sekitar sungai dan membuang sampah ke dalam sungai.

Setelah itu, tanami pinggiran sungai dengan pepohonan, terutama jenis pohon nan bisa menyerap air dengan baik; misalnya tanaman bambu. Dengan demikian sungai akan kembali melebar dan saluran drainase menjadi lancar.

2. Membuat bendungan penahan

Cara menanggulangi banjir berarti mempertahankan air agar tetap berada di dalam sungai (tidak menggenangi daerah sekitarnya). Salah satu solusi menghambat air keluar dari permukaan sungai ialah dengan membangun bendungan-bendungan penahan air. Bendungan penahan air ini diprioritaskan buat dibangun di daerah hulu sungai.

3. Membuat Sumur Resapan

Di daerah genre sungai Ciliwung (terutama di bagian hulu dan tengah) nan padat dengan pemukiman masyarakat pra-sejahtera, sebaiknya dibangun sumur-sumur resapan. Sumur resapan berfungsi mengubah genre air di permukaan menjadi genre air di bawah permukaan, sehingga air tak menggenang.

4. Merehabilitasi daerah resapan air

Kota besar seperti Jakarta bukannya tak mungkin memiliki daerah resapan nan layak. Curah hujan nan tinggi seharusnya diimbangi dengan penghijauan di mana-mana. Penanaman pohon dapat dilakukan di taman kota, hutan kota, dan terutama di daerah bantaran sungai.

Pada tahun pertama rehabilitasi ini memang belum terasa manfaatnya. Akan tetapi setelah tanaman besar (biasanya memakan waktu 5 tahun), Jakarta akan sedikit demi sedikit bebas banjir. Dapat dibilang penghijauan merupakan solusi jangka panjang cara menanggulangi banjir di ibu kota.

5. Menegakkan hukum dan peraturan dengan tegas

Peraturan mengenai konservasi lingkungan seharusnya ditegakkan dengan tegas, seperti pelarangan membuang sampah ke sungai, pelarangan membangun di daerah bantaran sungai, pengaturan membangun sumur resapan, pengaturan penerapan tata kota nan ideal, restriksi penggunaan lahan, dan sebagainya.

6. Meningkatkan pencerahan masyarakat

Tentunya masyarakat ibu kota sendiri sudah lelah dihantui banjir nan semakin hari semakin sering terjadi. Oleh sebab itu, penyadaran tentang cara menanggulangi banjir Jakarta seharusnya dilakukan. Adanya pencerahan di masyarakat tentang lingkungannya tentu akan mempermudah pemerintah mengelola dan menanggulangi banjir sedikit demi sedikit. Penyadaran ini bisa dilakukan dengan cara pemberian penyuluhan secara berkala dan penerapan konsep reward and punishment dalam menjaga lingkungan.

7. Membuat lubang biopori sebanyak mungkin

Lubang biopori disebut juga sebagai lubang pencegah banjir. Metode pencegahan banjir dengan membuat lubang ini nisbi mudah dilakukan dan semua orang dapat melakukannya. Ini dapat dilakukan oleh setiap keluarga di Jakarta nan risi rumahnya terserang banjir.

Lubang biopori merupakan teknologi alamiah pencegah banjir nan diciptakan oleh para ilmuwan IPB. Cara membuatnya mudah, galilah sebuah lubang dengan kedalaman 80 - 100 cm dan diameter 10 cm. Masukkan berbagai sampah organik ke dalamnya, misalnya dedaunan dan ranting kering. Lama-kelamaan organisme pengurai akan muncul sehingga tanah di area lubang menjadi gembur dan mampu menyerap air.

Cara menanggulangi banjir tersebut dapat dilakukan saat ini juga. Kalau tak sekarang, kapan lagi? Kita semua wajib memikirkan cara menanggulangi banjir. Bagaimanapun, hal itu ialah tanggung jawab bersama. Mari kita lakukan dari sekarang!