Liberalisme dalam Patung Liberty

Liberalisme dalam Patung Liberty

Patung Liberty, atau lengkapnya Liberty Enlightening the World , merupakan patung kolosal nan berdiri di Pulau Liberty (semula bernama Pulau Bedloe’s), nan berada pelabuhan New York. Patung Liberty, Pulau Liberty, dan pulau di dekatnya, Pulau Ellis, dinyatakan sebagai monumen nasional pada 1924.

Patung Liberty di Amerika Perkumpulan ini merupakan patung berbahan dasar perunggu nan disahkan pada tanggal 28 Oktober 1886 dan kemudian menjadi Situs Warisan Global UNESCO pada 1984.

Patung raksasa nan menjadi ikon negara Amerika itu merupakan patung nan dihadiahkan oleh negara Perancis kepada negara Amerika sebagai ikon selamat datang bagi para pengunjung atau orang Amerika nan ingin kembali ke negara tersebut. Patung ini juga dibuat oleh desainer nan mendesain menara Eiffel di Paris.



Patung Liberty di Amerika Sebagai Simbol Kebebasan

Pematung Prancis, Frédéric Auguste Bartholdi, merupakan perancang Patung Liberty. Patung itu sendiri dihadiahkan oleh Prancis kepada Amerika Perkumpulan buat memperingati 100 tahun kemerdekaan Amerika Perkumpulan pada 1876.

Patung Liberty menyimbolkan kebebasan dalam sosok seorang perempuan mengenakan jubah nan berkibar dan mahkota lancip sambil membawa obor di tangan kanannya dan buku bertuliskan “July 4, 1776”. Rantai nan terputus tergeletak di kakinya, melambangkan penggulingan tirani. Perempuan tersebut sering pula disebut sebagai dewi kemerdekaan sebab selain jubah nan dikenakannya mirip dengan gaun atau baju nan biasa digunakan para dewi di Yunani, patung tersebut juga memiliki posisi nan sarat akan makna kemerdekaan.

  1. Pembangunan Patung Liberty

Rakyat Perancis menggalang dana buat membiayai pembuatan patung. Sementara, para penyumbang dari Amerika Perkumpulan membiayai pembuatan pedestal (landasan patung) dan pemasangan patung.

Di Amerika, penggalangan dana buat pembuatan pedestal berjalan lambat, sehingga Joseph Pulitzer (yang terkenal dengan Hadiah Pulitzer-nya) dalam halaman editorial surat kabarnya, The World , memberikan imbauan buat mendukung usaha penggalangan dana. Pulitzer menggunakan surat kabarnya buat mengkritik kaum kaya Amerika Perkumpulan nan tak mampu membiayai pembangunan pedestal. Pulitzer juga mengecam kalangan kelas menengah nan hanya mengandalkan kaum kaya raya buat menyediakan dana. Kritik keras Pulitzer sukses memotivasi rakyat Amerika buat memberikan sumbangan.

Dana pembuatan pedestal telah mencukupi pada Agustus 1885. Sehingga, pembangunannya bisa diselesaikan pada April 1886. Sementara itu, Patung Liberty telah selesai dibuat di Prancis pada Juli 1884 dan patung tersebut tiba di Pelabuhan New York pada Juni 1885.

Patung Liberty dibawa ke Amerika Perkumpulan menggunakan kapal fregat Prancis “Isere”. Dalam pengirimannya, Patung Liberty dibagi-bagi dalam 350 potongan dan dikemas dalam 214 peti kayu. Patung Liberty dirakit kembali pada pedestalnya nan baru selama empat bulan.

Pada 28 Oktober 1886, Patung Liberty diresmikan oleh Presiden Grover Cleveland di hadapan ribuan pengunjung. Hadiah seratus tahun kemerdekaan tersebut terlambat sepuluh tahun.

  1. Patung Berukuran Raksasa

Patung Liberty dibuat dari bahan lembaran perunggu nan dipasang pada kerangka baja. Patung ini merupakan salah satu patung terbesar di dunia. Ukurannya93,5 meter dari dasar pedestal hingga ujung obor. Sosok patungnya sendiri setinggi 46,4 meter, dengan lengan kanan sepanjang 12,8 meterdan tangan sepanjang 5,03 meter. Kepala patung, nan bisa dicapai dengan tangga atau lift darurat, tingginya 8,5 meter jika diukur dari leher hingga mahkota, sedangkan dari telinga kanan ke telinga kiri panjangnya 3,05 meter. Berat patung Liberty sekitar 54 ton.

  1. Simbol Kebebasan Global

Patung Liberty, nan semula merupakan lambang persahabatan internasional, saat ini telah menjadi simbol kebebasan dunia nan menyambut tibanya jutaan imigran di Amerika Serikat. Pada 1903, soneta “The New Colossus” karya penyair Amerika Perkumpulan Emma Lazarus dipahatkan pada gerbang primer pedestal. Puisi The New Colossus berbicara tentang jutaan imigran nan tiba di Amerika Perkumpulan melalui Pulau Ellis di Pelabuhan New York.

Inilah lima larik terakhir “The New Colossus”:

Give me your tired, your poor
Your huddled masses yearning to breathe free,
The wretched refuse of your teeming shore.
Send these, the homeless, tempest-tost to me,
I lift my lamp beside the golden door!



Patung Liberty dalam Budaya Massa

Dalam ilmu semiotika, segala hal dapat menjadi mitos nan mampu menggerakkan global seperti nan dikehendaki oleh suatu kelompok. Begitu juga dengan patung Liberty di Amerika nan kerap kali dihubung-hubungkan dengan simbol kebebasan dunia nan dimiliki dan disebarkan oleh negara tersebut.

Jika dilihat secara sepintas, mungkin patung Liberty hanyalah sebuah keagungan seni rupa nan dibuat buat mengindahkan pemandangan para pengunjung nan datang ke Amerika. Akan tetapi, terdapat semacam ideologi terselubung nan dapat dikuak secara semiotik dari patung tersebut.

Patung nan dibuat itu ialah patung raksasa nan artinya sesuatu nan besar, dapat dilihat oleh siapa saja dalam keadaan atau jeda nan agak jauh, serta dikenal banyak orang sebagai ikon negara adikuasa. Artinya, keraksasaan nan dimiliki patung Liberty ini bukan hanya menunjukkan sisi agung dan romantisme serta kebesaran interaksi antara negara Perancis dengan Amerika saja.

Keraksasaan ini dapat jadi memiliki makna atau ideologi nan ambigu. Di satu pihak, negara Perancis sebagai negara nan memberikan patung tersebut sebagai hadiah memberikan simbol bahwa negara Amerika ialah negara bergender perempuan nan merasakan kebebasan sebab pemberian hak nan dilakukan oleh negara Perancis.

Secara tak langsung, patung tersebut memberi makna bahwa negara Perancis ialah negara nan besar nan mampu memberikan kebebasan nan besar pula terhadap negara Amerika. Padahal, hampir seluruh global tahu bahwa negara Amerika ialah negara maju nan sangat memiliki kekuatan dan kekuasaan nan besar di mata dunia.

Lantas di sisi lain, patung tersebut juga menjadi bukti seklaigus simbol bahwa negara Amerika nan tak memiliki akar kebudayaan nan jelas seperti negara besar lainnya, justru mampu berdiri merdeka bahkan lebih besar dibandingkan dengan negara maju lainnya.



Liberalisme dalam Patung Liberty

Jika pada awalnya patung Liberty dibentuk sebagai simbol kebebasan, artinya ptung tersebut tak hanya berpola pada kebebasan secara hakiki. Ada nilai politik dalam ideologi patung tersebut sehingga kebebasan di sin i sama halnya dengan konsep liberalisme nan jelas terlihat dari sistem pemerintahan dan politik di negara tersebut.

Secara garis besar, mungkin kebebasan di sini sama halnya dengan kebebasan nan dapat dimiliki oleh tiap individu dalam upaya menyejahterakan diri mereka. Dari mulai keyakinan atau agama, kebebasan berpendapat, bergaul, dan segala macam aspek kehidupan dipandang sebagai hak penuh tiap warga negara Amerika dan tiap warga asing nan juga datang atau tinggal di Amerika.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kebebasan tersebut justru menjadi kabur dan menjadi makna bebas nan tak lagi menitikberatkan hak azasi manusia. Amerika justru menjadi sebuah negara nan haus akan kekuasaan sebab hampir seluruh negara nan tak sepaham dengannya digencat dengan berbagai alasan.

Bahkan setelah terjadinya insiden bom WTC pada September 2001 silam, Amerika menjadi negara nan sangat takut terhadap kebebasan. Negara tersebut kemudian memboikot orang-orang nan beragama atau berinisial muslim sehingga masyarakat Islam nan tinggal di sana menjadi was-was akan terjadinya subordinat sosial dari pihak pemerintahan di negara tersebut.

Dari contoh tersebut, bisa disimpulkan bahwa kemerdekaan dan kebebasan bukanlah satu-satunya kebaikan nan dapat disimbolkan oleh patung Liberty di Amerika. Patung tersebut dapat saja menjadi mitos nan berkembang buat meperdaya global agar senantiasa melihat kebesaran nan dimiliki oleh negara Amerika dan kebebasan nan ditawarkan oleh negara tersebut kepada negara lain agar dapat ditundukkan.