Koran Tempo dan Majalah Tempo

Koran Tempo dan Majalah Tempo

Media cetak di Indonesia sudah ada sejak lama. Karya para jurnalis dapat kita lihat melalui warta nan ia tuliskan. Berbagai informasi nan tengah hangat terjadi di kalangan masyarakat Indonesia pun menjadi “santapan” mereka setiap harinya. Informasi pun tersampaikan dengan baik. Selain sebagai wahana informasi, media juga berperan dalam menjebatani interaksi pemerintah dengan rakyatnya. Meskipun terkadang media dan pemerintah seringkali bersebrangan jalan. Salah satu media cetak nan “rutin” berurusan dengan pihak-pihak penguasa negeri ini ialah Koran Tempo .



Koran Tempo – Berani dalam Menyampaikan Apa nan Perlu

Indonesia memiliki para jurnalis nan hebat. Tullisan-tulisan mereka diberbagai media tidak sporadis bahkan sering dianggap sebagai momok menakutkan oleh para petinggi negeri. Tulisan-tulisan nan tercetak di Koran Tempo ialah salah satunya. Gaya penulisan memang menentukan apakah satu produk tulisan layak dimuat atau tidak. Selain itu, apa nan diberitakan juga memegang peranan krusial perlu tidaknya satu warta diturunkan. Awak media Koran Tempo sangat tahu bagaimana memilah warta dan bagaimana menurunkannya menjadi satu warta nan akan membuat banyak orang tertegun.

Misalnya, satu penangkapan seorang cukup populer di satu wilayah nan diduga terkena pasal nan berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Kalau warta itu turunkan pada hari ia ditanggap, beritanya ditulis biasa saja. Lalu pada koran nan terbit hari Minggu, hari libur ketika orang banyak membaca koran, warta itu dibuat lebih berwarna dengan informasi nan lebih lengkap termasuk kemungkinan orang populer tersebut bebas dan kemungkinan adanya permainan politik di dalamnya. Semua warta itu tentu saja akan membuat para pembaca terlena dan tidak menyangka orang populer nan selama ini dianggap baik dan dermawan ternyata dapat juga terjebak dalam perangkap ‘nikmat’ sesaat dari barang nan diberi nama narkoba.

Berita itu nantinya akan diteruskan menjadi satu kisah uruh perjalanan sang orang populer sehingga lengkaplah penderitaan si orang populer nan telah ‘membunuh’ dirinya sendiri dengan narkoba. Hal ini mungkin ada benarnya sebab diharapkan akan menjadi satu pelajaran bagi nan punya niatan mencoba menyentuh barang haram itu. Bagi si tersangka, hal ini mungkin memalukan. Tetapi ia niscaya pasrah saja sebab memang begitulah adanya. Kalau ia tak pasrah, dapat saja ia membuat pernyataan bahwa warta itu bohong. Kalau ia melawan, publik malah tak akan simpatik. Publik akan lebih merasa kasihan ketika ia diberitakan bertubi-tubi nan membawanya hingga ke pojok kehidupan nan tak nyaman, ia diam saja dan bahkan mempertujukan paras dan keadaan nan sangat menderita.

Hal ini sebab niscaya ada orang lain nan merasa sangat bahagia melihatnya menderita. Mungkin saja orang-orang nan pernah ia sakiti atau orang-orang nan pernah dikecewakannya. Ada benarnya juga kalau ia bersikap seperti orang lemah dna pasrah menerima kekalahan hidupnya. Orang-orang biasanya akan kaget mengetahui kalau ternyata orang populer itu hanya dihukum sebentar dan mendapatkan remisi berkali-kali. Uang memang punya kuasa dan para pemilik uang akan dengan leluasa mempergunakan kekuasaan nan dimiliki oleh uang.

Kisah nan begitu runtut dan nan seperti sinetron disuguhkan dengan bahasa nan mudah dimenegrti dengan alur kata nan menawan, telah membuat Koran Tempo menjadi salah satu koran nan dibaca oleh banyak orang di Indonesia. Sejak kemunculannya hingga liputannya nan berani, telah membuat koran ini menjadi ikon keberanian itu sendiri. Par wartawannya seolah tidak ambil pusing bahwa mereka dapat saja menjadi korban dari orang-orang nan mereka beritakan. Mereka seolah telah mengerti panggilan jiwanya masing-masing sehingga resiko itu dianggap sebagai bagian dari pekerjaan saja.



Isi Koran Tempo

Koran Tempo sebenarnya tak terlalu berbeda jauh dengan kebanyakan koran di Indonesia. Surat kabar-surat kabar tersebut menyajikan warta teraktual dan segar buat para pembacanya. Isu nan diangkat pun berkenaan dengan permasalahan nan lumrah terjadi di masyarakat, seperti masalah ekonomi, budaya, sosial dan politik. Perbedaannya terletak pada akar dari koran tersebut itu sendiri. Gaya tulisan para wartawannya termasuk kepribadian dan pengalaman mereka dan cara mengambil sudut pandang niscaya berbeda dengan wartawan dari koran lain.

Koran Tempo ialah surat kabar nasional nan bernaung dibawah PT Tempo Inti Media Harian. PT Tempo Inti Media Harian ialah perusahaan media, percetakan sekaligus publisher dari Majalah Warta Mingguan Tempo, Koran Tempo harian, Tempo Interaktif, Majalah Tempo versi bahasa Inggris dan U Magazine.

Koran harian nan diterbitkan oleh PT. Tempo satu ini ialah hasil dari perkembangan nan dilakukan oleh Majalah Tempo. Hal inilah nan membuat Koran ini sedikit berbeda dengan surat kabar lain di Indonesia. Koran Tempo pertama kali diterbitkan pada 2 April 2001. Sirkulasinya saat itu mencapai 100.000 eksemplar setiap harinya.

Dengan iklan nan cukup marak baik di media televisi, radio, maupun di media nan diterbitkan oleh PT Tempo sendiri, koran ini dengan cepat menarik minat orang buat membelinya. Setelah membaca sekali, para pembaca itu seolah langsung terhubung dengan Majalah Tempo nan memang sudah lama menghuni hati para pembaca di Indonesia. Dari suasana dan perasaan inilah, akhirnay banyak juga orang nan beralih membaca Koran Tempo . Warta harian nan cukup lugas, tegas, penuh sensasi nan memenuhi kebutuhan dahaga informasi.

Dahaga informasi ini memang luar biasa. Setiap orang nan bergelut dibidang apa pun seoalh tidak mau ketinggalan dengan topik-topik hangat. Mereka seoalh ingin menjadi nan pertama tahu tentang segala hal. Mereka ingin menajdi narasumber dari warta itu. Mereka ingin orang tahu kalau mereka mempunyai sesuatu nan dapat dibagikan, termasuk warta krusial itu. Padahal mungkin satu informasi tak terlalu krusial sebab tak mempengaruhi kehidupan. Namun, sebab penyampaian nan bagus, warta itu seolah menjadi penting.

Misalnya warta tentang Tom Cruise nan bercerai dengan Katie Holmes. Pentingkah warta itu? Akan memberikan pengaruh berhargakah kepada kehidupan ketika tahu bahwa mereka bercerai dan bahwa setelah bercerai Suri bersama ibunya? Apa untungnya tahu tentang masalah orang lain termasuk maslaah para aktor dan aktris baik nan berasal dari dalam negeri maupun nan berasal dari luar negeri? Orang apsti tahu bahwa tak ada untungnya. Tetapi merteka seolah tersedot ingin mengetahui hal tersebut karen aberita itu warta ringan nan dapat menjadi hiburan. Tidak heran kalau setiap koran menampilkan warta ringan seperti ini di bagian belakang koran mereka.

Hal ini juga akan memberikan akibat rekresional kepada otak para pembaca, Warta tak krusial itu memang terasa krusial ketika dianggap sebagai warta nan menawarkan ketenanangan pikiran. Manusia memang telah begitu banyak mengalami hal-hal nan tidak menyenangkan sehingga mereka mencari hal-hal kecil nan cukup memberikan hiburan.



Koran Tempo dan Majalah Tempo

Sebagai sebuah majalah mingguan, Majalah Tempo merasa perlu buat menerbitkan sebuah media nan mengulas tentang isu-isu harian nan tengah terjadi di masyarakat. Majalah Tempo pun akhirnya meluncurkan Koran Tempo sebagai perwakilannya di tengah-tengah masyarakat nan bisa dinikmati setiap harinya.

Majalah Tempo sendiri ialah majalah nan sudah terbit sejak Maret 1987 lalu. Majalah Tempo ialah majalah pertama dan satu-satunya majalah di Indonesia nan saat itu tak memiliki afiliasi atau ikatan atau pertalian dengan pihak pemerintah. Majalah Tempo berdiri swadaya, tanpa ada pengaruh atau campur tangah dari pihak pemerintah.

Hal itulah nan secara tak langsung membuat pemberitaan nan disajikan Majalah Tempo berbeda dengan pemberitaan nan disuguhkan majalah lain. Pemberitaan Majalah Tempo menjadi sangat objektif. Tidak membenarkan apa nan salah, sekaligus tak mengesampingkan fakta nan terdapat di setiap pemberitaannya.

Prinsip seperti inilah nan akhirnya membuat Majalah Tempo pernah dilarang edar pada 1982 dan 1994. Pelarangan tersebut sama sekali tak memiliki alasan nan jelas. Gesekan dengan pihak pemerintah pun kembali terjadi ketika Majalah Tempo mengulas habis tentang rekening gendut para perwira POLRI. Majalah Tempo kembali dipermasalahkan.

Sebagai “anak” dari Majalah Tempo, Koran Tempo juga memiliki “nada bicara” nan hampir sama disetiap pemberitaannya. Meskipun demikian, warta nan disajikan oleh Koran Tempo memang lebih cenderung “ringan”. Pemberitaan tak dilakukan secara mendetail seperti nan dilakukan oleh Majalah Tempo.

Majalah Tempo seolah menyadari bahwa Koran Tempo diciptakan buat menjaga keeksistensian dirinya di kalangan masyarakat tanpa difokuskan buat lebih menyainginya dari segi pemberitaan dan lainnya.