Penulis Cerita Islami Tetap Harus Diabadikan

Penulis Cerita Islami Tetap Harus Diabadikan

Cerita Islami , sinkron namanya maka di dalamnya mengandung ajaran dan tuntutan nan bernapaskan agama Islam. Banyak sekali jenis cerita Islami nan menghiasi hari-hari kita. Lihat saja betapa menjamurnya buku-buku nan menawarkan cerita Islami atau sinetron bahkan film-film layar lebar nan sudah mengusung nilai-nilai dari napas cerita Islami.

Sebagaimana nan belum lama ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat ialah kisah layar lebar Ayat-Ayat Cinta nan tidak lain dan tidak bukan diangkat dari novel nan mengusung cerita Islami dalam bentuk novel. Sukses film tersebut juga kemudian disusul dengan berhasil film-film nan manawarkan cerita Islami lainnya di tengah kepungan perfilman Indonesia nan hanya mengumbar aurat dan nafsu ereksi serta mengedepankan hal-hal nan berbau mistik. Ini tentu bukan cerita Islami sebab jelas-jelas bertentangan dengan kebiasaan nan ada pada agama Islam. Jika hal ini kemudian terus berlanjut, maka hendak jadi apa generasi Indonesia ke depan?

Nah, sejatinya cerita Islami ini dapat diambil dari kisah-kisah konkret semisal kisah perjuangan Rasul beserta para sahabatnya nan terus memberikan teladan sampai kapan pun. Atau juga cerita Islami nan bersumber dari orang-orang shalih. Pada intinya, keberadaan cerita Islami dapat memberikan kejernihan berpikir buat meneladani atau mencontoh prilaku baik dan menghindari prilaku jelek sebagaimana tercantum dalam sebuah cerita Islami tersebut.



Cerita Islami Itu Penuh Hikmah

Berangkat dari sini, maka meski hanya sekadar cerita, tetap saja dalam sebuah cerita Islami diharapkan memberikan hikmah. Apa itu hikmah? Hikmah ialah pelajaran. Hikmah ialah ibarat mutiara nan didapat setelah Anda mendalami atau menghayati cerita Islami. Anda mendapatkan sesuatu nan ‘berharga’ lahir dan batin setelah membaca kisah tersebut. Ini tentu sebuah hasil nan sangat baik dan harus tetap dilestarikan sebab pada prinsipnya sebuah cerita nan baik ialah cerita nan dapat menggerakkan pembaca atau pendengarnya pada prilaku nan lebih baik.

Dalam konteks sastra, maka sebuah cerita, meskipun itu fiksi atau bukan kisah konkret nan benar-benar terjadi, akan tetapi tetap saja harus kembali pada fitrah sastra itu sendiri, yakni latif didengar dan memiliki nilai kegunaan bagi umat. Maka dengan demikian, kita dapat menarik sebuah konklusi bahwa cerita Islami itu memang krusial bagi umat.

Indonesia itu ialah negara nan mayoritas berpenduduk nan memeluk agama Islam. Maka dari sinilah kemudian, banyak sekali mereka, para penulis nan mengedepankan cerita Islami. Sebut saja ialah komunitas sastra dan kepenulisan Lembaga Lingkar Pena (FLP) nan didirikan oleh tiga penulis ternama Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Maimon Herawati.

Dalam bahasa Taufik Ismail, Lembaga Lingkar Pena nan saat ini sudah memiliki cabang di seluruh pelosok negeri Indonesia dan juga di mancanegara, ialah anugerah terindah dari Tuhan buat Indonesia. Dari komunitas inilah kemudian bermunculan cerita Islami dari para anggotanya. Maka global perbukuan kita pun pernah dihebohkan dengan maraknya buku-buku fiksi remaja nan mengusung cerita Islami.

Pada saat nan sama juga, taraf keagamaan remaja Indonesia mulai mendapatkan perhatian. Semisal banyak nan merasa tak minder dan malu lagi saat mereka harus beraktivitas di rohis. Sekali lagi ini ialah terobosan nan dahsyat dalam rangka mengampanyekan pendidikan lewat media cerita.



Cerita Islami sebagai Media Pendidikan Sejak Dini

Perkembangan nan sangat pesat cerita Islami ini kemudian disambut baik olah kalangan ibu dan juga kaum pendidik. Cerita Islami kemudian dijadikan bahan bacaan atau tontonan nan disampaikan kepada anak-anak sejak dini.

Pasalnya, saat ini sudah banyak ditemukan cerita Islami nan tidak hanya ditulis menggunakan teks semata, tetapi dipadupadankan dengan menggunakan gambar-gambar ilustrasi nan menarik minat anak-anak buat membaca. Hal ini tentu menjadi sangat krusial bagi perkembangan konduite anak-anak mengingat tak semua cerita nan beredar di toko buku atau juga tayangan televisi dapat dikonsumsi anak-anak.

Anak-anak nan memang masanya melakukan perekaman dan pengidentifikasian akan hal-hal nan ia dengar dan ia contoh, sejatinya memang layak diberikan cerita Islami. Karena anak juga disebut sebagai kertas kosong dan nan mengisinya ialah para orang dewasa dalam hal ini ialah orangtuanya, maka isilah dengan nilai-nilai kebaikan nan ada pada sebuah cerita Islami.

Selain itu, anak nan memang menyukai cerita lantaran imajinasinya nan masih sangat peka dan masih dapat berfokus, akan dengan mudah menangkap apa saja nan disampaikan dalam buku nan berisi cerita Islami. Bahkan dalam global tumbuh bunga anak, dikenal dengan masa keemasan atau nan biasa disebut dengan istilah golden age, di mana masa itu ialah masa dia menjadi sangat brilian dalam hal pendengaran, meniru perilaku, dan gejala-gejala minatnya pada sesuatu menjadi sangat berharga dan tak boleh diabaikan begitu saja. Maka dari sinilah para orangtua memahami kira-kira apa nan harus dilakukan dalam rangka mengisi masa keemasan ini.

Sejatinya tidakl usah pusing sebab masalah ini pasalnya mengisi hari-hari anak di masa golden age dengan membacakan cerita Islami juga sangat bermanfaat buat tumbuh bunga masa depannya terutama dalam hal berperilaku. Memberikan dongeng dari cerita Islami sangatlah bermanfaat saat hendak tertidur sebab anak akan merekamnya meski ia belum sepenuhnya mengerti betul. Paling tak Anda telah menanamkan sesuatu kebaikan dari isi cerita Islami.

Kelak pada saatnya nanti, otak akan mengeluarkannya kembali jika memang diperlukan oleh si anak lewat daya ingat nan ia kerahkan ketika berhadapan dengan satu hal nan sama dengan cerita Islami nan pernah didongengkan orangtua kepadanya.

Nah, begitulah kegunaan dari keberadaan cerita Islami bagi anak-anak dan generasi bangsa ini. Hanya saja, hal itu semua kurang disadari oleh para orangtua saat ini. Maka dari sini kemudian disimpulkan bahwa terkait pananaman budi pekerti lewat media cerita Islami, tetap saja tak dapat mengabaikan peran orangtua.

Sebagus apa pun hikmah cerita Islami nan Anda paparkan, tetapi jika Anda sendiri tak mengamalkan hal tersebut, anak Anda akan menertawakan diri Anda sendiri. Maka dari itu, selayaknya kita sebagai orangtua mengambil hikmah terlebih dahulu sebelum memasangkannya kepada anak. Pasalnya anak akan cenderung mencontoh orangtuanya terlebih dahulu, meski sudah dijejali ratusan buku berisi cerita Islami.



Penulis Cerita Islami Tetap Harus Diabadikan

Keberadaan penulis cerita Islami nan telah bekerja keras menuliskan kisah-kisah cerita Islami itu selayaknya terus mendapatkan respons nan baik dari masyarakat, terutama sekali bagi pihak penerbit atau juga rumah produksi. Pasalnya, merekalah nan berjasa dalam mengemas sebuah kisah bernapaskan keagamaan dalam bentuk sebuah cerita Islami sehingga kemudian dapat diterima olah masyarakat. Apalagi mereka nan notabene menuliskan cerita Islami nan diperuntukkan bagi anak-anak, tentu sangatlah memeras keringat. Kenapa?

Menuliskan cerita anak bukan perkara mudah. Butuh kesabaran dan ketelitian serta kemahiran spesifik dalam menuliskannya. Pasalnya, apa nan ia tulis dan ia ceritakan nanti akan berdampak pada masa depan sang anak. Maka dari itu, sangat sedikit sekali penulis cerita Islami nan diperuntukkan bagi anak-anak.

Konon, mereka nan menggeluti global penulisan cerita cerita Islami buat anak-anak harus paham betul tentang anak-anak, baik dari sisi psikologis hingga bahasa. Maka tidak sporadis jika kemudian para penulis cerita Islami anak-anak itu dituntut juga agar dapat menjadi anak-anak.

Nah, demikianlah klarifikasi seputar global nan berkaitan dengan cerita Islami. Semoga saja apa nan terpaparkan di sini dapat membawa kegunaan bagi kita bersama.