Prasasti Kerajaan Tarumanegara sebagai Kekayaan Indonesia

Prasasti Kerajaan Tarumanegara sebagai Kekayaan Indonesia

Pada peninggalan kerajaan Tarumanegara meninggalkan tujuh prasasti, cukup menarik jika membicarakan tentang prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara . Ada tujuh buah prasasti nan akan penulis paparkan dalam artikel ini.

Tujuh buah prasasti tersebut ialah :

1. Prasasti Pasir Muara

Prasasti ini ditemukan di tepi sawah tak jauh dari prasasti telapak gajah peninggalan Purnawarman. Ada tulisan di atas prasasti tersebut nan diterjemahkan yaitu pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda. Prasasti ini diketahui dibuat pada tahun 536 masehi.

2. Prasasti Ciaruteun

Selanjutnya Prasasti Ciaruteun. Prasasti ini ditemukan pada genre Ciaruteun kira-kira seratus meter dari sungai Cisadane. Pada tahun 1981 prasasti ini diletakkan pada cungkup. Prasasti ini ialah peninggalan Purnawarman di atas prasasti tersebut bertuliskan puisi empat baris nan diartikan kedua telapak kaki seperti telapak kaki Wisnu raja global ialah Purnawarman seorang penguasa Tarumanegara.

Dan ada jejak kaki nan menunjukkan kekuasaan dan fungsinya seperti tanda tangan seperti sekarang ini. Dengan kehadiran Purnawarman saat itu itu menandakan bahwa kampung tersebut daerah kekuasaannya.

3. Prasasti Telapak gajah

Selanjutnya Prasasti Telapak gajah. Pada prasasti tersebut ada gambar sepasang telapak kaki gajah dan ada sebaris puisi, nan diartikan : telapak kaki gajah tersebut ialah kepuanyaan Airawata dia ialah kepunyaan penguasa kerajaan Tarumanegara . Airawata ialah gajah milik Batara Indra dewa perang dan juga penguasa guntur.

Pada bendera Tarumanegara juga digambarkan kembang teratai pada atas kepala gajah. Pada mahkota Purnawarman juga berukiran sepasang lebah. Dengan adanya lambang kembang teratai dan lebah tersebut menandakan prasasti Ciaruteun.

Adanya lambang kembang teratai dan lebah tersebut terjadi perdebatan mengenai artinya oleh para pakar sejarah. Memang mengasyikkan jika membicarakan perihal Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara ini. Akan ada teka-teki nan harus dijawab oleh para pakar sejarah.

Menurut pakar sejarah gambar gajah nan di atasnya ada kembang teratai pada mahkota raja dianggap sebagai huruf ikal.

4. Prasasti Cidanghiyang

Selanjutnya Prasasti Cidanghiyang, pada prasasti ini tertulis bahasa Sansekerta , nan diartikan “inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian sesungguhnya dari raja dunia, nan mulia Purnawarman nan menjadi panji sekalian raja-raja, bisa diartikan bahwa di sini Purnawarman tetap menjadi raja di antara raja-raja lainnya.

5. Prasasti Tugu

Selanjutnya Prasasti Tugu, Untuk prasasti ini ialah prasasti nan paling panjang diantara prasasti nan lainnya. Prasasti ini dikeluarkan pada peresmian sungai Gomati dan Chandrabaga. Untuk prasasti ini unik, terdapat pahatan hiasan semacam tongkat pada ujung prasasti.

Tulisan nan tertera pada prasasti ini mengartikan, sungai nan bernama Chandrabaga telah digali oleh seorang raja nan kuat yaitu Purnawarman buat dialirkan ke laut. Pada tahun ke 22 raja nan penuh kilau kemilau dan nan kuat ini yaitu Purnawarman juga menggali sungai nan bernama Gomati. Semua ekskavasi ini berlangsung selama 21 hari.

6. Prasasti Kebon Kopi

Pada bendera Tarumanegara juga digambarkan kembang teratai pada atas kepala gajah. Pada mahkota Purnawarman juga berukiran sepasang lebah. Dengan adanya lambang kembang teratai dan lebah tersebut menandakan prasasti Ciaruteun.

Adanya lambang kembang teratai dan lebah tersebut terjadi perdebatan mengenai artinya oleh para pakar sejarah. Memang mengasyikkan jika membicarakan perihal Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara ini. Akan ada teka-teki nan harus dijawab oleh para pakar sejarah.

Menurut pakar sejarah gambar gajah nan di atasnya ada kembang teratai pada mahkota raja dianggap sebagai huruf ikal.

7. Prasasti Pasir Awi

Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara nan terakhir yaitu Prasasti Pasir Awi bergambar dahan dengan ranting, sayur dengan buah dan juga berpahatkan sepasang telapak kaki. Seluruh tujuh prasasti tersebut kalau kita jajak semua membicarakan mengenai raja nan paling unggul yaitu purnawarman, sehingga kita bisa menarik konklusi kerajaan Tarumanegara memang dikuasai oleh Purnawarman.

Selain prasasti nan dimiliki oleh kerajaan Tarumanegara, kita perlu tahu bagaimana sebenarnya kerajaan Tarumanegara itu. Menurut informasi dari Wikipedia, bahwa kerajaan Tarumanegara dibuktikan dengan tujuh prasasti tersebut nan ditemukan di beberapa daerah berbeda, lima prasasti ditemukan Bogor, 1 di Jakarta dan 1 prasasti di Banten.

Kerajaan Tarumanegara ialah terusan dari kerajaan Salakanagara. Ini ialah inovasi di dalam negeri, sedangkan inovasi di luar negeri juga ada. Bahwa dikatakan kerajaan Tarumanegara ada sejak tahun 400-600 masehi. Sinkron dengan prasasti Tugu kerajaan Tarumanegara menguasai beberapa daerah seperti Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Sumber sejarah mengatakan tak ada kepastian siapa nan pertama kali mendirikan kerajaan tarumanegara, hanya diketahui Purnawarmanlah sebagai raja kerajaan Tarumanegara. Dari semua klarifikasi tersebut di atas kita telah tahu bahwa prasasti nan ada tujuh buah ini ialah termasuk kekayaan kita bangsa Indonesia.

Bahkan global Internasional juga mengakui adanya kerajaan Tarumanegara. Global internasional tak begitu saja mengakui kerajaan Tarumanegara namun mereka tentunya melakukan penyelidikan nan mendalam mengenai prasasti ini, dan sudah bisa dipastikan memang kerajaan Tarumanegara memang sahih ada di Indonesia.



Prasasti Kerajaan Tarumanegara sebagai Kekayaan Indonesia

Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara menjadi nilai lebih buat Negara kita Indonesia. Kekayaan prasasti ini akan menambah kekayaan kita jika kita tetap melestarikannya selain itu kepada anak cucu kita juga harus mulai mengetahuinya sebagai ilmu pengetahuan dan kekayaan budaya bangsa, jangan sampai kebudayaan kita diakui oleh bangsa lain nan tak ada sangkut pautnya dengan budaya kita.

Tentunya kita akan sangat miris kebudayaan kita diacak-acak dan diakui oleh bangsa lain, dari sini kita seharusnya menyadari bahwa budaya nan kita miliki sangat kaya, bukan hanya sekedar kaya, namun harta kekayaan kita sangat berharga, bangsa lain saja ingin memilikinya dan mengakuinya. Seharusnya kita mulai memikirkan bagaimana caranya agar budaya dan peninggalan kita bisa menjadi harta nan tak boleh diakui oleh bangsa lain.

Sebaliknya, kita memperkenalkan kepada negara lain bahwa kita memiliki prasasti dengan berbagai macam sejarah nan kita punyai, bukan sekedar sampai kerajaan Tarumanegara saja, masih banyak kerajaan nan pernah hayati di negara kita, dan itu ialah sejarah nan bernilai harganya.

Semua pengalaman sejarah juga bisa dijadikan sebuah cerita nan terus ada atau juga bisa dijadikan karya seni, sehingga penerus bangsa kita terutama anak muda jadi tahu. Bukan hanya tahu sekedar nyanyian nan sekarang makin berhembus kencang global pertelevisian berlomba-lomba buat menjadikan seorang anak muda menjadi bintang terkenal.

Seharusnya bisa diseimbangkan, budaya kita sangat kaya nan kita miliki, seharusnya itu bisa dijadikan prestasi dan lapangan pekerjaan. Bagaimanapun pekerjaan dalam hal melestarikan budaya ialah pekerjaan nan sangat mahal. Kita memiliki kehati-hatian dalam melestarikannya, mengajarkan pada nan muda bahwa perlunya dilihat dengan konkret bagaimana prasasti tersebut.

Seharusnyalah pemerintah melakukan penyegaran pengetahuan tentang sejarah bangsa Indonesia ini, agar anak muda penerus bangsa kaya ilmu mengenai prasasti dan kerajaan nan pernah bertumbuh di Negara kita ini. Mengetahui sejarah Indonesia bisa juga dijadikan seni nan menarik, dan jika anak bangsa kita tumbuh dengan pintar tentunya kita tidak ragu lagi buat mengunggulkan anak bangsa kita pada global internasional.

Pemerintah seharusnya mulai memikirkan hal tersebut, seharusnya ada sebuah perencanaan matang buat membuat anak bangsa negeri ini mencintai budaya dan menghargai karya orang tua nan telah mendahului kita, jangan hanya sekedar tahu dan baca, tetapi menyentuh dengan konkret apa nan selama ini dipelajari.

Dari tulisan prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara ini, mari kita mulai membangun diri sendiri buat menghargai hasil karya guru-guru kita di masa nan dulu.