Sejarah Pertunjukan Barongsai

Sejarah Pertunjukan Barongsai

Naga dan Singa bagi etnik Cina sama-sama menempati posisi tinggi. Begitu pula tarian Naga dan Singa, dalam budaya Cina termasuk tarian sakral nan biasanya dipersembahkan pada musim perayaan. Secara turun-temurun, kedua tarian Cina ini diajarkan dengan baik sejak usia anak-anak.

Dalam budaya Cina, naga dianggap sebagai hewan nan melambangkan keberuntungan, memiliki kekuatan nan dapat mencegah seseorang dari nasib jelek dan kematian. Oleh sebab itu, setiap ada bala alam, keburukan pada seseorang, atau merayakan tahun baru Cina buat menyambut dewa kemakmuran, sejak zaman nenek moyang dulu, etnis Cina melakukan sesembahan berupa Tarian Naga ini.



Tarian Naga

Bentuk dan gerakan tarian dalam Tari Naga ini semuanya berupa simbol-simbol nan merujuk pada kekuatan, kekuasaan, dan tuah seekor naga. Kita dapat lihat misalnya beberapa orang memegang tongkat penyangga seekor naga melakukan gerakan. Gerakan mengangkat, menukik, menyapukan kepala naga bahkan mengeluarkan asap dari alat-alat teknis, semua ini sebagai simbolisasi dari kebiasaan-kebiasaan seekor naga. Bahkan, gerakan meliuk-liuk dan berbelok-belok dari rangkaian Tari Naga ini sebagai gerakan atau simbolisasi gerakan air di sungai.

Dengan semangat nan luar biasa dari masyarakat etnis Cina di mana pun berada, buat tetap melestarikan tarian Cina ini, Tari Naga sekarang sudah dianggap sebagai milik global dan menjadi tontonan nan terbuka, tak semata dalam seremoni menyambut Tahun Baru Cina.



Kekuatan Singa

Tarian Singa dilakukan oleh dua orang penari nan mengenakan kostum seekor Singa. Satu orang penari menyangga bagian depan binatang itu, dan seorang penari lain menyangga bagian belakang. Kedua penari ini bergerak seperti layaknya seekor Singa nan sedang beraksi di atas pentas. Tari Singa ini diiringi dengan gong, drum, dan menyulut mercon. Semua atribut ini diyakini mengandung tuah nan tak dapat dipisahkan satu sama lain.

Seekor Singa bagi etnis Cina dan sebagian besar masyarakat di Taiwan, Jepang, Korea, Thailand, dan Vietnam, dianggap sebagai pelindung mereka dari berbagai gangguan. Namun demikian, dalam bentuk tarian, Tari Singa di masing-masing negara memiliki corak dan gerakan berbeda. Tari Singa dianggap sebagai warisan dari Cina sebab telah dikenal lebih dari 1000 tahun lalu. Dalam khasanah seni pertunjukan, dikenal dua jenis tari Singa nan populer, yaitu Tari Singa Selatan dan Tari Singa Utara.

Apa sesungguhnya nan membedakan antara Tari Singa Selatan dan Tari Singa Utara ini? Disparitas terletak terutama pada simbol dan latar belakang tarian itu diciptakan. Tari Singa Selatan, misalnya, lebih melambangkan alam sekitar, dilakukan sebagai simbol buat membuang segala hal nan jelek dan jahat, di samping buat meminta berkah.

Kostum tarian ini memadupadankan berbagai rona mencolok dan meriah, mata Singa terlihat lebih besar dibanding pada kostum Tari Singa Utara. Kostum dan bentuk Singa pada Tari Singa Selatan ini diletakkan cermin dan tanduk.

Lalu, bagaimana dengan Tari Singa Utara? Tarian nan pada awalnya dipopulerkan masyarakat Cina di bagian utara ini, sebagai persembahan buat raja. Kostum penarinya didominasi rona kuning, merah, dan ungu. Sedangkan, rona hijau hanya digunakan buat kostum singa betina. Sebagai sebuah tontonan, Tari Singa Utara terlihat lebih meriah dan atraktif.



Sejarah Pertunjukan Barongsai

Pertunjukan barongsai atau tarian Cina berbentuk naga dan singa ini telah lahir semenjak 1500 tahun nan lalu. Pertunjukan ini diselenggarakan buat mengusir berbagai aura dan roh dursila sehingga segala aktivitas masyarakat etnis Cina dapat mendapatkan penyegaran dan hal nan positif.

Barongsai sendiri pada awalnya terdiri atas ebberapa versi. Namun, versi nan terkenal dari pertunjukan barongsai ialah versi nian atau biasa disebut dengan monster.

Versi barongsai nan satu ini muncul sebab pada masa dinasti Qing, terdapat seekor monster nan sering mengganggu penduduk di suatu wilayah nan ada di Cina. Monster tersebut melakukan berbagai tindakan nan membuat masyarakat di wilayah tersebut menjadi resah dan dihinggapi rasa takut dan cemas.

Namun, monster tersebut pada akhirnya dapat dikalahkan oleh seekor singa. Singa tersebut dapat membuat monster pengganggu itu ketakutan. Lantas monster tersebut menjadi sangat marah dan berniat buat balas dendam terhadap penduduk wilayah tersebut.

Monster tersebut kemudian datang lagi buat melakukan balas dendam dan mengganggu kembali masyarakat wilayah Cina.

Masyarakat Cina nan ketakutan tersebut meminta agar singa penolong datang kembali buat menyelamatkan mereka. Akan tetapi, singa tersebut tak kunjung datang sehingga mereka berusaha mengelabui si monster pengganggu dengan memakai kostum singa dan bergerak seperti singa penolong tersebut.

Monster pengganggu itu pun tertipu dan tak ingin balik lagi buat mengganggu masyarakat di wilayah tersebut. Sejak saat itulah, singa dipercaya sebagai bentuk paling sakral nan dapat diwujudkan melalui tarian barongsai.



Hakikat Pertunjukan Barongsai

Pertunjukan tarian Cina nan berbentuk singa atau naga seperti nan sudah disebutkan di atas dikenal dengan nama pertunjukan barongsai. Pertunjukan ini sangat mudah sekali ditemukan, terutama pada saat seremoni tahun baru Cina atau Imlek.

Pertunjukan seni khas Tionghoa ini dimainkan oleh 15 orang dengan diiringi alat musik berupa simbal atau cai-cai, gong, dan tambur. Menurut kepercayaan mereka, barongsai atau tarian Cina nan berbentuk singa dan naga ini dapat mengusir aura jelek sehingga aura tersebut berubah menjadi keberuntungan.

Oleh karena itu, hampir semua orang dari kalangan etnis Tionghoa selalu mempertunjukkan tarian barongsai dalam berbagai acara sakral, seperti perkawinan atau saat membuka sebuah usaha atau bisnis. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan mereka mengenai keberuntungan tersebut.

Dalam acara perkawinan, tarian barongsai dipercaya mampu memberikan aura positif sehingga membuat acara pernikahan semakin meriah dan kedua mempelai mendapatkan siraman keberuntungan dan berkat agar senantiasa hayati berdampingan sampai kakek nenek.

Begitu juga pada tarian barongsai nan diselenggarakan apabila ada acara buka usaha. Bagi masyarakat Cina, keberuntungan seperti itu akan selalu hadir apabila mereka mengadakan pertunjukan barongsai.

Pada pertunjukan ini, tak hanya masyarakat Cina saja nan dapat ikut menyaksikan pertunjukan barongsai, tapi juga seluruh masyarakat di luar etnis Cina atau Tionghoa pun dapat ikut menikmati gerakan lincah tarian barongsai tersebut.

Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa tarian tersebut membawa keberuntungan bukan hanya bagi kaum etnis Cina saja, tapi juga buat seluruh masyarakat nan hayati berdampingan dengan masyarakat etnis Cina tersebut.

Selain itu, ada pula makna di balik pertunjukan tarian barongsai ini. Adanya kolaborasi antara penari nan satu dengan penari nan lain merupakan representasi atas keberadaan dan saling keterikatan antara masyarakat Cina nan satu dengan masyarakat Cina nan lain.

Mereka membina interaksi kekeluargaan dengan baik sehingga dapat melakukan sesuatu nan mungkin dianggap sulit oleh sebagian orang.

Hal tersebut tentu saja bukan hal nan mudah buat diteladani. Namun, kita juga dapat mencontoh filosofi tersebut agar kehidupan kita lebih berlandaskan pada azas kekeluargaan sehingga tak muncul friksi antarsuku seperti nan sering terjadi di negara kita ini.

Dari seni, kita dapat mendapatkan bukan hanya hiburan, tapi juga pembelajaran mengenai makna hidup, makna kebersamaan, dan kepercayaan diri dan sesama sehingga dapat menghasilkan kualitas hayati nan lebih baik daripada sekadar hayati berlandaskan pada individualisme saja.

Jadi, tak ada salahnya kok kalau kita ikut melihat tarian tradisional mana pun demi kepentingan filosofis sebab hampir semua tarian tradisional selalu memiliki nilai filosofis nan bersifat adiluhung buat mendekatkan diri manusia pada alam kehidupan nan sebenarnya, yakni sang Pencipta.