Contoh Cerita Drama: Kleting Kuning

Contoh Cerita Drama: Kleting Kuning

Mementaskan drama dengan baik tak akan terlaksana tanpa adanya naskah nan sesuai. Demikian halnya dengan cerita nan disampaikan oleh drama tersebut. Contoh cerita drama nan akan Anda nikmati ini mungkin saja dapat menjadi satu wawasan. Sehingga, Anda bisa mementaskan drama secara maksimal dan sesuai.



Contoh Cerita Drama: Kleting Kuning

Narator : Nun jauh di sana, sebuah kampung nan terletak di pinggir gunung. Hiduplah seorang janda nan sudah paruh baya, bersama ke-empat anaknya. Mereka ini ialah Kleting Merah, Kleting Ungu, Kleting Hijau, dan Kleting Kuning. Sebenarnya, Kleting Kuning ialah anak angkat Mbok Rondo dadapan nan sudah beranjak tua itu. Maka dari itu, perlakuan nan diterima Kleting Kuning ini sangatlah berbeda dari Kleting lainnya.

(Panggung memperlihatkan ruang tengah nan berantakan. Sofa terbalik, kursi kotor, gelas-gelas berhamburan di bawah lantai. Kemudian nampaklah Mbok Rondo berkacak pinggang di tengah ruangan).

Mbok Rondo : “Kleting Kuuuuniiiiiinggggggg!!!” (dengan suara sangat melengking)

Kleting Kuning: (Tergopoh-gopoh masuk dari balik panggung, di pundaknya masih ada handuk kecil. Rupanya ia sedang mencuci piring di belakang) “Iya, Ibu. Ada apakah?”

Mbok Rondo : “Kamu lihat ini?” (sambil menunjuk),“Lihatkan? Apa kamu tak lihat ruangan nan seperti terkena badai tsunami ini?”

Kleting Kuning : “Iya, Ibu. Tapi, tadi aku masih mencuci piring .”

Mbok Rondo : “Ya, ampuuuuuunnnnn. Lelet banget sih, kamu Kleting Kuning. Kamu itu masih muda. Kerja nan cepat. Jangan ngelamun saja!”

Kleting Kuning : “I... iya, Ibu. Nanti aku bersihkan. Sekarang aku kembali ke belakang ya Ibu.”

Mbok Rondo : “Enak saja, harusnya kamu itu minta maaf. Kemudian segera bersihkan ruangan nan seperti kapal pecah ini!”

(Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu)

Mbok Rondo : “Jangan dibuka, Kleting Kuning! Kamu itu kotor!” (mbok Rondo kemudian melihat dari celah pintu, lalu tersenyum lebar). “Sudah sana! Panggil Kleting Merah, Kleting Ungu, dan Kleting Hijau. Ingat, kamu tak boleh ke sini selama tamu-tamu itu datang!”

Kleting Kuning : “Tapi, aku kan mau membersihkan ruangan ini, Ibu!”

Mbok Rondo : “Addduuuuh, sudah. Biar Kleting Merah nan bersihkan. Kamu cuci pakaian saja ke sungai ya.”

Kleting Kuning : “Iya, Ibu.” (kemudian ia masuk ke balik panggung)

Mbok Rondo :”Oh, ada tamu dari mana ini ya?:

(Dua orang berpakaian kerajaan masuk ke dalam rumah)

Pengawal 1 : “Kami dari kerajaan Antah Berantah. Akan membacakan pengumuman bagi Anda, dan putri-putri Anda mbok Rondo.”

Pengawal 2 : “Oh ya, mana empat putrimu nan lainnya?”

Mbok Rondo : “Lho aku ini cuma punya tiga putri saja kok, Pak Prajurit. Kleting Merah, Kleting Ungu, Kleting Hijau, sini! Ayo cepat kesini!”

(Kleting Merah, Kleting Ungu, dan Kleting Hijau segera masuk dengan muka nan sedikit kaget, sebab baru saja terbangun dari tidurnya).

Pengawal 1 : “Benar, hanya punya tiga putri saja?”

Mbok Rondo : “Iya, benar. Hanya tiga putri kok, Pak Pengawal.”

(Dari balik pintu, tiba-tiba Kleting Kuning datang dengan membawa peralatan buat membersihkan lantai. Ia terkaget-kaget melihat dua pengawal nan menatapnya dengan paras tak percaya).

Pengawal 2 : “Ini kamu masih punya putri lainnya. Dia cantik lagi. Kenapa tadi kok bohong?”

Mbok Rondo : “Lha memang ini bukan putri aku kok, Pak Prajurit . Ini anak angkat aku saja.”

Pengawal 1 : “Ya, sudah. Sekarang kalian harus berlutut. Karena ini ialah titah dari Paduka Raja.”

(Mbok Rondo dan anak-anaknya pun kemudian segera berlutut)

Pengawal 2 : “Diumumkan kepada seluruh gadis nan ada di Kerajaan Antah Berantah, bahwa Paduka Yang Mulia Pangeran sedang mencari seorang permaisuri. Sebab itu, diadakan sebuah acara rendezvous dengan para gadis lajang di kerajaan. Semuanya harus tampil cantik pada hari Selasa. tanpa kecuali. Barangsiapa melanggar, maka dia akan mendapatkan sanksi nan setimpal!”

Pengawal 1 : “Sekarang kalian dapat bangkit!”

Mbok Rondo : “Jadi, anak-anak aku ini dapat menjadi ratu jika ia menikah dengan pangeran?”

Pengawal 1 : “Iya, tentu saja. Tapi kamu tak boleh menyembunyikan putrimu. Semua harus hadir hari itu.”

Pengawal 2 : “Baiklah, kalau begitu kami akan segera ke rumah nan lainnya. Dan ingat jangan sampai tak datang hari itu.”

(Para pengawal kemudian undur diri, dan tirai anjung kemudian ditutup)

Narator : Hari demi hari ialah kesibukan nan semakin melelahkan namun sangat mengasyikkan bagi para gadis di kota tersebut. Mereka menyiapkan diri buat berjumpa dengan sang pangeran nan terkenal tampan dan baik hati.
Namun, tak demikian halnya dengan Kleting Kuning. Ia mendapatkan intimidasi sedemikian rupa dari saudara-saudara angkatnya, hingga matanya lelah kurang tidur. Sehari-hari ia melakukan kegiatan layaknya pelayan. Dari pagi sampai malam. Begitu seterusnya. Ia juga tak tahu apakah dirinya dapat bertandang ke istana buat berjumpa sang pangeran. Maka saat hari nan ditentukan datang. Keempat bersaudara itu sedang berdandan, sementara Kleting Kuning membantu saudara-saudaranya berdandan.

Kleting Merah : “Kamu nanti mau pakai pakaian apa Kleting Kuning?”

Kleting Kuning : “Belum tahu Merah. Saya mungkin pakai pakaian aku dulu saja.”

Kleting Ungu : (Tertawa) “Kamu memang cocok memakai pakaian antik itu Kuning. Wajahnya juga antik, Hahaha!”

Kleting Hijau : “Kalau kami sih, sudah menjahitkan pakaian nan istimewa.

Walaupun badan kamu lebih bagus dari badanku nan gembrot ini. Tapi, nasib kamu kok mengenaskan ya Kuning.”

Kleting Kuning : “Saya tak khawatir. Karena Allah itu Mahaadil.”

(Ketiga Kleting lainnya pun menertawakan ucapan dari Kleting Kuning. Tirai anjung pun ditutup. Contoh cerita drama ini kemudian berlanjut esok harinya, saat ketiga Kleting berdandan menor bak penari Tandak. Namun, tatkala mereka hendak menyeberang sungai. Mereka kesulitan, sebab tak ada satupun bahtera nan ada di sana)

Kleting Hijau : “Ya, ampun. Bagaimana ini kita dapat ke seberang? Tidak ada satu bahtera nelayan pun di sungai ini.”

Kleting Ungu : “Tolong! Tolong, kami. Kami mau menyeberang!”

Kleting Merah : “Eh, hampir lupa. Kamu sudah ganti bedak si kuning dengan tahi ayam kan?”

Kleting Ungu : “Iyaaa, sudaaah. Udah, ah. Biarin saja si Kuning ketinggalan. Kita harus cepat menyeberang agar tak tertinggal pesta .”

Kleting Hijau : “Itu siapa ya, kok menghampiri kita.”

(Datanglah Yuyu Kangkang, seekor kepiting raksasa nan memiliki watak hidung belang. Ia menghampiri tiga gadis berpakain menor itu).

Yuyu Kangkang : “Hahahaha. Kalian mau menyeberang kan manis?”

Ketiga Kleting : “Iya. Kami mau menyeberang.”

Yuyu Kangkang : “Mau saya seberangkan? Hahahaha.”

Ketiga Kleting : “Iya, saya mau. Bagaimana caranya ya?”

Yuyu Kangkang : “Kalian harus mau saya cium dulu sebagai bayarannya, ha ha ha!”

Kleting merah : “Nggak mau, jijik!”

Kleting Ungu : “Sudah terpaksa, kalau kita nggak mau. Nanti kita mau pakai apa ke seberang?”

(Ketiga Kleting itu kemudian menyanggupi permintaan Yuyu Kangkang, dan sukses menyeberang ke seberang. Kini giliran Kleting Kuning dengan bedaknya nan berbau tahi ayam).

Kleting Kuning : “Siapa ya, mau menyeberangkan aku?” (menoleh ke sana-kemari)

Yuyu Kangkang : “Kamu cantik sekali gadis manis. Mau saya seberangkan? “

Kleting Kuning : “Boleh. Aku mau.”

Yuyu Kangkang : “Ayo, naik ke punggungku.”

(Mereka kemudian menyeberang hingga ke tepi. Namun, saat Yuyu Kangkang hendak mencium Kleting Kuning, ia mencium bau busuk dan muntah).

Kleting Kuning : Itu tahi ayam buat hidung belang seperti kamu!

Narator : Pesta pun berlangsung dengan meriah. Ternyata, hanya Kleting Kuning saja nan bersinar di pesta itu dan menarik perhatian sang pangeran. Sebab, gadis-gadis lain tampak menghitam dampak dicium oleh Yuyu Kangkang. Demikianlah contoh cerita drama kita.