Profil Ki Ageng Pemanahan

Profil Ki Ageng Pemanahan

Kerajaan atau Kesultanan Mataram merupakan salah satu kerajaan Islam nan pernah berdiri di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada abad 17 dan didirikan oleh keturunan dari Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan ialah pendiri Kerajaan Mataram nan memulainya dengan mendirikan Desa Mataram pada 1556. Desa tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan nan dipimpin oleh Panembahan Senapati nan merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan.



Profil Ki Ageng Pemanahan

Ki Ageng Pemanahan ialah cucu dari Ki Ageng Sela. Ayah dari Ki Ageng Pemanahan ialah Ki Ageng Henis nan menikahi Nyai Sabinah. Bersama dengan Ki Penjawi nan merupakan adik angkatnya, Ki Ageng Pemanahan mengabdi kepada Hadiwijaya nan saat itu merupakan Bupati Pajang. Keduanya memiliki peran nan krusial dalam peperangan melawan dari Arya Penangsang nan merupakan Bupati Jipang.

Hadiwijawa membuat sayembara dan berjanji kepada Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi jika keduanya sukses meredakan pemberontakan Arya Penangsang akan mendapatkan hadiah tanah Pati dan Mataram . Hadiwijaya memilih tak memerangi sendiri Arya Penangsang sebab masih bersaudara dan merupakan bagian dari keluarga besar Kesultanan Demak.

Dalam peperangan antara pasukan Pajang nan dipimpin oleh Ki Ageng Pemanahan melawan pasukan Arya Penangsang dari Jipang. Arya Penangsang bisa dibunuh oleh Sutawijaya nan merupakan anak angkat Hadiwijaya dan anak dari Ki Ageng Pemanahan. Namun, Ki Juru Martani nan juga penasehat Hadiwijaya mengabarkan kepada Arya Penangsang dibunuh oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi agar Hadiwijaya tak melupakan janji memberi hadiah tanah Mataram dan Pati kepada keduanya.

Ki Ageng Pemanahan memilih tanah Mataram nan saat itu masih berupa hutan agar adiknya nan lebih muda mendapatkan tanah Pati nan saat itu telah berupa sebuah kota. Tanah Mataram ialah bekas lokasi kerajaan pada masa lalu nan ditinggalkan pada tahun 929 dan akhirnya kembali menjadi hutan lebat nan disebut sebagai Alas Mentaok.

Ketika Hadiwijaya diangkat sebagai Sultan Demak, dia memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang. Sunan Prapen nan merupakan cucu dari Sunan Giri mengeluarkan ramalan bahwa Mataram kelak akan menjadi kerajaan nan melebihi kebesaran kerajaan Pajang dan Ki Ageng Pemanahan akan menjadi pendiri Kerajaan Mataram nan nantinya akan muncul.

Hal tersebut membuat Sultan Hadiwijaya resah sehingga terus menunda menyerahkan tanah Mataram atau Hutan Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan sampai dengan tahun 1556. Mengetahui kondisi tersebut Sunan Kalijaga nan juga merupakan guru Sultan Hadiwijaya dan Ki Ageng Pemanahan menjadi penengah dan membuat Ki Ageng Pemanahan bersumpah akan setia kepada Sultan Hadiwijaya.

Setelah itu, Ki Ageng Pemanahan ditemani oleh Ki Juru Martani beserta keluarga dan pengikutnya menempati Hutan Mentaok buat membuka Desa Mataram. Ki Ageng Pemanahan menjadi kepala desa tersebut dan bergelar Ki Ageng Mataram. Desa Mataram menjadi tanah perdikan atau daerah nan diberi kebebasan dari pajak terhadap pemerintahan Kesultanan Demak nan telah dipindahkan ke Pajang oleh Sultan Hadiwijaya.

Dalam cerita Babad Tanah Jawa juga diceritakan bahwa Ki Ageng Pemanahan mendapatkan dirinya menjalani takdir buat menjadi leluhur dari raja di Mataram setelah meminum air kelapa bertuah di rumah Ki Ageng Giring. Ki Ageng Pemanahan setelah membuka Hutan Mentaok dan mendirikan desa Mataram pergi mengunjungi sahabatnya Ki Ageng Giring.

Pada saat itu, Ki Ageng Giring baru saja mendapatkan buah kelapa bertuah. Barang siapa meminum air kelapa tersebut akan menjari leluhur dari raja Mataram dan tanah Jawa. Setelah mendapatkan buah kelapa tersebut. Ki Ageng Giring meletakkan buah kelapa di dapur dan pergi mandi.

Ki Ageng Pemanahan nan baru saja menempuh perjalanan jauh dari Mataram ke Giring dan kehausan langsung menuju ke dapur sebab mengetahui sahabatnya sedang mandi di sungai. Melihat buah kelapa di dapur, Ki Ageng Pemanahan segera meminum air dari kelapa bertuah tersebut dan mendapatkan dirinya akan menjalankan takdir menurunkan generasi raja-raja di tanah Jawa.

Ki Ageng Pemanahan nan membuka Desa Mataram secara tak langsung menjadi pendiri Kerajaan Mataram sebab setelah ia meninggal pada 1584, putranya Sutawijaya menjadi penerus memimpin Desa Mataram hingga akhirnya menjadi Bupati Mataram dan berkembang menjadi Kerajaan Mataram Islam serta bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan agraris dan memiliki kekuatan maritim nan tak sekuat Kesultanan Demak pada masa sebelumnya.

Pemindahan pusat kekuasaan di pedalaman dan tak lagi di bandar atau tepi bahari nan ramai dengan perdagangan membuat Kerajaan Mataram memiliki karakter sebagai kerajaan agraris nan sebagain besar penduduknya merupakan petani dan pedagang. Masa keemasan Kerajaan Mataram berada pasa masa pemerintahan Sultan Agung nan merupakan cucu dari Panembahan Senopati.

Setelah meninggalnya Panembahan Senopati sebagai raja nan juga secara langsung menjadi pendiri Kerajaan Mataram dampak perannya sebagai orang nan membunuh Arya Penangsang sehingga ayahnya mendapat hadiah tanah Mataram. Kerajaan Mataram dipimpin oleh anak laki-laki Panembahan Senopati nan bernama Mas Jolang nan kemudian bergelar Prabu Hanyokrowati setelah dilantik menjadi Raja Mataram.

Masa pemerintahan Prabu Hanyokrowati hanya sebentar sebab kecelakaan saat berburu di hutan Krapyak nan merenggut nyawanya. Prabu Hanyokrowati juga dikenal sebagai Panembahan Seda Krapyak atau raja nan meninggal di Krapyak. Kerajaan Mataram kemudian dipimpin oleh anak keempat dari Prabu Hanyokrowati nan bergelar Adipati Martopuro.

Kepemimpinan Adipati Martopuro juga hanya sebentar sebab sakit syaraf nan diderita sehingga tahta Kerajaan Mataram diberikan kepada anak sulung Prabu Hanyokrowati nan bernama Mas Rangsang. Setelah naik tahta sebagai Raja Mataram, Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo dan membawa Mataram ke masa keemasan.

Pada masa keemasan Kerajaan Mataram; sebagian besar tanah Jawa serta Madura berada dalam satu kekuasaan serta terjadi peristiwa memerangi kedatangan penjajah Belanda di saat berusaha menguasai pulau Jawa . Pada masa tersebut, Kerajaan Mataram nan dipimpin oleh Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau sering disebut sebagai Sultan Agung pada saat itu memiliki wilayah kekuasaan mencakup Jawa Tengan, Jawa Timur, dan Madura.

Sementara itu, Jawa Barat dikuasai oleh Kesultanan Cirebon dan Banten serta keberadaan VOC di Batavia atau Jakarta nan saat itu berusaha melebarkan kekuasaan dan menguasai rantai perdagangan di tanah Jawa. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung inilah terjadi pergesekan dengan kedatangan pedagang dari Belanda nan ingin menguasai tanah Jawa.

Sultan Agung bekerja sama dengan Kesultanan Cirebon dan Banten memerangi VOC di Batavia dalam upaya mengusir para pedagang Belanda nan terus berusaha menguasai wilayah serta rantai perdagangan di tanah Jawa. Namun, koalisi tiga kesultanan ini akhirnya harus kalah dari Belanda sehingga Belanda secara perlahan memegang kendali kerajaan-kerajaan di Jawa nan salah satunya mengakibatkan kemunduran dan perpecahan dari Kerajaan Mataram serta kerajaan lainnya hingga akhirnya sukses menguasai tanah Jawa.