Cerita Rakyat Kalimantan Barat "Asal Mula Nama Sintang"

Cerita Rakyat Kalimantan Barat "Asal Mula Nama Sintang"

Kesusastraan rakyat ialah sastra nan hayati di tengah-tengah rakyat. Dituturkan oleh ibu kepada anaknya, atau seorang guru kepada muridnya dalam memberikan pesan-pesan dan nasihat. Cerita-cerita rakyat semacam ini diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Berbeda dengan cerita raja atau istana nan merupakan sastra tertulis.

Sastra lisan lahir lebih dulu dibandingkan dengan sastra tertulis. Tetapi, bukan berarti dengan adanya sastra tertulis, sastra lisan menjadi punah. Sampai sekarang pun, sastra lisan masih dijadikan sebuah kebudayaan di beberapa ranah masyarakat nan tradisional, seperti desa-desa.

Kemudian, sastra rakyat berkembang menjadi sastra Hindu pada zaman masuknya Hindu di Indonesia, yaitu saat interaksi perdagangan telah terjalin antara India dengan Melayu. Pada zaman ini, terdapat epos-epos nan terkenal nan di dalamnya menyimpan banyak ajaran tentang hidup, nan sampai kini masih dilestarikan; terutama oleh orang Hindu.

Setelah lepasnya zaman sastra Hindu, terdapat kekosongan dalam bidang kesusastraan sehingga lahirlah sastra nan disebut sastra peralihan Hindu-Islam. Dalam sastra ini, terdapat percampuran antara budaya Hindu dan tradisi Islam, seperti dalam penamaan tokoh dan citra peristiwa. Terakhir, zaman sastra berganti menjadi sastra Islam, yakni sekitar 200 tahun lamanya warta tersebut tersebar di seluruh nusantara.

Cerita-cerita rakyat pada masa sekarang ini kebanyakan sudah terkubur dan digantikan oleh cerita-cerita dari negeri barat. Memang, diakui cerita-cerita dari negeri barat sangat menarik. Cerita-cerita tersebut juga mengandung nilai sosial, budaya, dan pendidikan nan sangat bermanfaat bagi anak-anak.

Namun, bukan berarti cerita-cerita rakyat ditinggalkan begitu saja. Bukankah cerita-cerita rakyat tersebut juga merupakan warisan budaya bangsa nan harus kita lestarikan. Tentu kita tak mau bukan bila suatu saat nanti cerita-cerita rakyat Indonesia diklaim oleh negara eksklusif sebagai milik mereka? Maka dari itu, sebelum hal jelek tersebut terjadi, kita perlu mengantisipasinya.

Sesungguhnya cerita-cerita rakyat nan dimiliki oleh bangsa Indonesia juga tidak kalah seru dan menariknya dengan cerita-cerita luar negeri. Kita memiliki cerita-cerita rakyat nan sarat akan makna seperti: Malin Kundang, Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, Legenda Dayang Sumbi, Legenda Roro Jonggrang, Legenda Gunung Batur , dan masih banyak lagi. Semua cerita jangan sampai hanya tinggal kenangan. Itu sebabnya kita wajib melestarikannya.



Bagaimana Cara Melestarikan Cerita-Cerita Rakyat Indonesia Tersebut?

1. Membuat Film Tentang Cerita-Cerita Rakyat

Saat ini banyak generasi muda nan tak mengenal lagi negaranya. Bila ditanya tentang cerita-cerita dari negara barat mereka akan tahu semua, namun bila ditanya cerita dari negara sendiri mereka tak tahu harus menjawab apa. Untuk itu, tidak ada salahnya bila para sineas muda membuat film nan mengangkat tentang cerita-cerita rakyat. Tentu saja dengan dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi nan ada pada saat ini.



2. Membuat Novel

Alasan membuat novel sama dengan alasan sebelumnya. Dan tentu saja, novel nan dibuat juga harus dikondisikan dengan zaman sekarang.



3. Membentuk Klub Atau Serikat Pecinta Cerita Rakyat Dan Semacamnya

Klub ini semacam klub penulis nan memiliki cabang di seluruh Indonesia. Tentu saja fungsinya ialah buat melestarikan dan memperkenalkan cerita-cerita rakyat Indonesia kepada mereka-mereka nan belum tahu.

Nantinya klub ini juga dapat dipakai dalam kegiatan di sekolah pada saat bulan bahasa, saat kegiatan visit Indonesia di ibu kota nan biasanya setahun sekali, dan kegiatan bertema kebudayaan lainnya.



4. Membudayakan Cinta Cerita-Cerita Rakyat Kepada Anak-Anak Sejak Mereka Kecil

Memperkenalkan cerita-cerita rakyat kepada anak-anak merupakan salah satu cara buat mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa. Bagaimanapun, anak-anaklah nan pada akhirnya nanti akan menjadi generasi penerus.

Bila saat muda mereka sudah diajarkan cinta tanah air nan salah satunya dengan mengenalkan kepada mereka cerita-cerita rakyat, maka di masa depan mereka dapat menjadi generasi nan tak akan lupa dengan asal usulnya.



5. Mengadakan Festival Cerita Rakyat

Festival cerita rakyat perlu diadakan secara berkala. Di acara tersebut semua lomba dan event dapat dilaksanakan, seperti lomba bercerita, lomba menulis, dan lomba membuat puisi nan berhubungan dengan cerita-cerita rakyat Indonesia.

Untuk dapat melestarikan cerita rakyat di Indonesia, tentu saja kita harus mengetahui berbagai cerita rakyat dari berbagai daerah nan ada di Indonesia. Berikut ialah beberapa cerita rakyat dari daerah adat di Indonesia.



Cerita Rakyat Sumatera "Putri Petani nan Cerdik"

Di sebuah desa, tinggallah seorang petani dengan isteri dan anak perempuannya. Ketika petani dan isterinya sedang bekerja di sawah, mereka menemukan lesung emas dan konfiden bahwa lesung emas tersebut milik istana. Kemudian, mereka memberikannya ke istana.

Namun, mereka malah dicurigai sebagai orang nan mencuri antan nan bisaanya terdapat dalam lesung emas sehingga mereka pun dimasukkan ke dalam penjara.
Putri petani sangat cemas menunggu kedua orang tuanya pulang, lalu ia memutuskan buat datang ke istana.

Di sana ia kemudian mengetahui bahwa kedua orang tuanya telah dipenjarakan oleh raja. Ia juga mengetahui tuduhan nan ditujukan kepada kedua orang tuanya. Kemudian ia melaporkan hal tersebut kepada raja dan menjelaskan duduk perkara sebenarnya sehingga raja memercayai ceritanya. Akhirnya, kedua orang tuanya dibebaskan oleh sang raja.



Cerita Rakyat Kalimantan Barat "Asal Mula Nama Sintang"

Sepasang suami isteri, yaitu Sabung Mengelur dan Pukat Menggawang, tinggal di kota nan dijuluki kota Sintang. Mereka memiliki tujuh orang anak nan bernama Putung Gana, Belang Pinggang, Suluh Duik, Buku Labuk, Terentang Temanai, Putung kempat, dan Bui Nasi.

Dari ketujuh anaknya, satu di antara mereka meninggal ketika masih bayi. Kemudian dari semua anaknya, hanya Putung Kempat nan menikah dengan manusia, sedangkan nan lain menikah dengan hantu. Bui Nasi ialah anak terakhir nan namanya sinkron dengan keadaan saat dia dilahirkan, yakni membawa segenggam nasi.

Pada suatu hari, Bui Nasi merengek-rengek meminta nasi kepada orang tuanya buat dimakannya. Tapi, kedua orang tuanya bingung sebab Bui Nasi tak bisa memperoleh nasi apabila mereka tak masuk ke dalam lumbung padi. Mereka diperintahkan masuk ke lumbung padi oleh Jubata Air.

Sebelum masuk ke lumbung padi itu, mereka berpesan kepada anak-anaknya; kalau sudah tujuh hari, lumbung padi harus dibuka. Anak-anaknya pun akhirnya menuruti pesan mereka; pada hari ketujuh dibukalah lumbung padi itu dan di dalamnya terdapat bermacam-macam bibit nan akhirnya ditanamkan pada sebidang tanah sehingga lama-lama loka tersebut dijuluki kota Sintang.



Cerita Rakyat Ternate "Patoden Manik dan Banne Manik"

Alkisah hiduplah dua orang gadis bernama Patoden Manik dan Banne Manik. Dua bersaudara itu dipingit oleh orang tua mereka sebab paras mereka nan sangat cantik. Akibatnya, mereka tak tahu global luar sehingga mereka berasa sedih dan menderita.

Apalagi pelayan nan dipercayai orang tua mereka selalu menukar makanan nan disediakan buat keduanya dengan keladi dan jagung tumbuk. Hal itu membuat dua gadis itu menjadi kurus dan jatuh sakit. Kemudian, sebab tak tahan mendapatkan tekanan seperti itu, mereka berdua mengikat lehernya dengan setukal benang dan naik ke atas bubungan rumah.

Mereka berubah menjadi elang berwarna merah dan putih nan bisa terbang ke mana pun mereka mau. Akhirnya, kedua orang tua mereka menyesali perbuatan mereka dan menebusnya dengan selalu menyediakan ayam di padang buat dimakan oleh kedua puterinya nan telah berubah menjadi elang.