Labu Dewa Mabuk dari Garut

Labu Dewa Mabuk dari Garut

Dewa Mabuk tidak hanya merujuk kepada film kung fu nan dibintangi Jackie Chan, Drunken Master. Dewak mabuk ternyata dipakai pula buat jurus berdagang dan penamaan sebuah komunitas. Gerakan nan terlihat seperti tak beraturan, ngeloyor ke sana-ke mari ternyata telah mengilhami orang lain sehingga istilah penggunaan jurus ini merambah hingga sektor lain.

Salah satu jurus Dewa Mabuk telah mengilhami Sukyatno Nugroho buat memasarkan franchise lokal, Es Teler 77. Diakui sendiri oleh pendiri Es Teler 77, jurus jitu memasarkan produknya hingga dapat membuka gerai dan franchise di mana-mana ialah menggunakan jurus terkenal milik Jackie Chan, kerja keras nan tanpa lelah, menembus ke sana ke mari.

Terlihat seperti serampangan dan tak terpola, tapi ternyata penerapan jurus ini dalam bisnis juga tak kalah "mematikan".



Dewa Mabuk Jurus Bisnis Ampuh

Popularitas jurus nan dipopulerkan Jackie Chan lewat film kung fu Drunken Master, telah dibuktikan Sukyatno Nurgoho dalam membangun bisnis. Pada saat orang kelimpungan cari kerja, Sukyatno Nugroho lewat bisnis Es Teler 77 justru sedang membangun bisnis nan tak saja membantu keungan pribadinya tapi juga telah banyak membantu keuangan ratusan orang nan menjadi karyawannya.

Kisah berhasil Sukyatno Nugroho membangun bisnis Es Teler 77 hingga memiliki ratusan gerai dan telah pula di-franchise-kan itu, ditulisnya dalam sebuah buku berjudul "18 Jurus Sakti Dewa Mabuk Membangun Bisnis : Buku Bisnis Pertama Bergaya Cerita Silat". Apa istimewanya buku ini?

Karena isinya bersifat saling berbagi pengalaman, maka buku ini menjadi menarik dan dapat menginspirasi bagi nan bercita-cita membangun bisnis. Buku nan dibandrol cukup mahal ini tetap diserbu pembaca.

Buku pengalaman pribadi Sukyatno Nugroho ketika membangun jaringan usaha Es Teler 77 ini dinilai banyak pihak sebagai buku nan inspiratif dan diharapkan dapat menularkan mental pengusaha kepada masyarakat Indonesia terutama generasi muda, dan segera menanggalkan mental sebagai pekerja atau karyawan.

Almarhum mantan Presiden RI ke-4, Gus Dur, secara sukarela bersedia memberi tanggapan tentang isi buku ini. Dalam pandangan Gus Dur, buku ini memang inspiratif dan perlu. Dalam endorsement buku tersebut Gus Dur menulis "Dengan Jurus Dewa Mabuk , Es Teler 77 Jaya Di Dunia".

Sementara Ceo MarkPlus&Co, Hermawan Kertajaya tentang buku bisnis nan menggunakan jurus sakti ini memberi komentar "kita harus angkat topi pada Sukyatno Nugroho, ia berani memelopori membuka franchise buat brand lokal dan mengembangkannya kemana-mana".



Mengulang Kesuksesan Film Dewa Mabuk

Mengulang kesuksesan memang tak gampang. Begitu pula nan terjadi dengan global film Mandarin. Setelah film kung fu "Drunken Master" begitu fenomenal, memerlukan waktu 14 tahun bagi Yuen Woo Ping menerima kembali tawaran buat membuat film kung fu nan diharapkan dapat mengulang berhasil Drunken Master.

Bayang-bayang kesuksesan film terdahulu itu menjadi beban tersendiri bagi Yuen Woo Ping nan mulai debut pertamanya lewat film Se Ying Diu Sau pada 1978. Selain itu mencari cerita nan benar-benar memungkinkan buat dieksploitasi secara teknik kamera maupun penokohan, memang tak gampang. Dan Yuen Woo Ping tentu saja tidak ingin menggarap film sembarangan.

Waktu 14 tahun sudah lebih dari cukup buat membuktikan kepada global bahwa ia tidak ingin membuat film kacangan. Selain berhasil secara finansial, Yuen Woo Ping ingin membuat film nan berhasil pula dari sisi kualitas.

Yuen Woo Ping memang telah sukses menciptakan karakter Dewa Mabuk, tapi tidak ingin menggunakan jurus itu ketika akan menggarap film selanjutnya. Ia tidak ingin menggunakan jurus nan diciptakannya, baik dalam memilih cerita maupun menentukan pemain. Maka dalam garapan selanjutnya, muncul nama-nama tenar buat memperkuat produksi filmnya seperti Vincet Zhao, Michelle Yeoh, Zhou Xun, David Caraadine, Andy On, Jay Chou dan Guo Xiadong.

Kesulitan memproduksi film kung fu Mandarin nan benar-benar baik dan sukses, diakui pengarah adegan dan produser lain. Salah satu trik nan masih memungkinkan ialah dengan mengangkat kehidupan tokoh kung fu legendaris itu sendiri. Langkah ini pernah dilakukan pengarah adegan Donnie Yen nan memproduksi film kung fu berdasarkan pada biografi tokoh kung fu legendaries, IP Man. Yuen Woo Ping pun melakukan hal nan sama dengan menggarap film berdasarkan biografi tokoh Su Qi-Er.

Bagaimana hasilnya? Ternyata jangankan mengulang berhasil jurus Dewa Mabuk, mengimbangi kesuksesan IP Man pun tidak. Penyebabnya dapat jadi sebab masalah cerita nan terjebak pada tipikal film kung fu lama yaitu tentang sebuah keluarga terbunuh, menimbulkan dendam, ketika akan membalas gagal total, lalu pergi berguru selama bertahun-tahun dan akhirnya kembali buat menuntaskan dendam lama.

Drunken Master dengan sang master nan doyan mabuk ini memang tipikal nan tak biasa dalam sejarah film kung fu Mandarin. Dewa Mabuk menjadi jurus nan mematikan. Jurus ini terlihat sederhana, seperti tak berpola, tapi justru di sanalah letak magnetnya. Penonton terhipnotis oleh sesuatu nan beda dan melawan arus.

Jadi, kalau mau mengulang kesuksesan, tidak hanya mengandalkan pengarah adegan nan sama, pemain nan sama tapi juga harus mempertimbangkan kekuatan cerita. Ubah cerita menjadi lebih segar dan mengikuti zaman.



Labu Dewa Mabuk dari Garut

Masih ingat film Drunken Master? Dalam salah satu adegannya, sang master nan doyan mabuk ini, selalu menenggak minumannya dari kendi nan bentuknya unik, dibuat dari buah labu. Dulu, ketika menyaksikan film kung fu "Drunken Master" tersebut niscaya akan bertanya-tanya, "masak bentuk labu kok unik seperti itu?" Tapi sekarang tak perlu heran lagi sebab di Garut pun ada kendi nan berbentuk seperti itu.

Undang Rohmat, seorang penjual tanaman hias di Garut, telah sukses membuat alat minum dari labu kukuk nan memang bentuknya unik. Bentuk labu kukuk ini akan mengingatkan orang pada loka minum Jackie Chan dalam film Drunken Master.

Dari mana ide Undang Rohmat buat membuat loka minum unik tersebut? Menurut pengakuannya, ide tersebut datang ketika ayah mertuanya memberi loka minum nan terbuat dari labu kukuk. Labu kukuk kalau sudah kering, kulitnya keras sehingga memang cocok kalau dijadikan loka minum.

Jurus Dewa Mabuk dalam film Drunken Master telah pula menginspirasi Undang Rohmat. Bukan ikut-ikutan mengamalkan jurus-jurus, melainkan berbisnis loka minum nan bentuknya sama dengan loka minum Jackie Chan dalam film nan cukup terkenal itu.

Untuk membuat loka minum dari labu kukuk, diperlukan labu nan sudah tua agar kulitnya kuat. Sebelumnya Undang pernah menggunakan labu kukuk muda, tapi ternyata gampang busuk. Proses membuat loka minum dari labu, diperlukan tidak kurang dari 3 bulan terutama agar labu kukuk benar-benar kering.

Langkah pertama nan dilakukan Undang Rohmat dalam membuat loka minum dari labu kukuk seperti nan digunakan Dewa Mabuk ini, ialah membuang isinya dengan cara mengisi labu dengan air agar bagian dalam menjadi lunak. Setelah itu dengan menggunakan alat khusus, Undang Rohmat mulai mengeluarkan isi labu kukuk tersebut sedikit demi sedikit.

Setelah itulah barulah labu kukuk dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, labu kukuk ini dipernis buat memperindah sekaligus agar kuat dan menahan air agar tak rembes. Labu kukuk nan harganya murah naik pangkat menjadi lebih mahal, pun berkat Dewa Mabuk.