Daftar Hewan Langkah (Langka) nan Wajib Dilestarikan

Daftar Hewan Langkah (Langka) nan Wajib Dilestarikan

Semakin lama, seiring berkembangnya zaman semakin banyak hewan nan hampir punah. Ada beberapa faktor nan membuat beberapa populasi hewan langkah atau hewan langka , salah satunya ialah ulah manusia. Ya, sering terjadinya perburuan hewan menjadikan beberapa populasi berkurang. Dari dulu hingga kini, jumlahnya terus bertambah. Lalu, hewan apa sajakah nan perlu dilestarikan agar tak terancam kepunahan sebab kelangkaannya.



Daftar Hewan Langkah (Langka) nan Wajib Dilestarikan

Apa saja binatang langka nan wajib dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Berikut ini daftar binatang langka nan harus dilindungi.



Kucing Merah

Apakah Anda pernah mendengar nama kucing merah? Pastinya masih belum asing di telinga Anda. Kucing merah nan bernama latin Pardofelis badia atau nan dikenal dengan kucing Kalimantan ini termasuk hewan nan dikategorikan langka.

Kucing merah merupakan kucing endemik di Pulau Kalimantan. Dibandingkan dengan kucing jenis sympatric felids, kucing ini nisbi sporadis ditemukan. Berdasarkan penelitian pada tahun 2002, spesies nan bergantung kepada hutan ini terancam kepunahan. Alasannya ialah penurunan populasi pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 20% nan disebabkan oleh hilangnya habitat.

Pada tahun 2007 nan lalu, populasi dewasa kucing ini diperkirakan hanya 2.500 ekor. Oleh sebab itu, secara historis kucing ini telah dicatatkan menjadi binatang langka sebab di habitat aslinya saja jumlahnya kurang banyak. Secara fisik, kucing ini ukurannya lebih kecil daripada kucing emas Asia. Rona bulunya bukan merah namun cokelat terang, dengan tungkai serta ekor nan warnanya agak pucat serta merah.

Ekornya panjang dan pada akhirnya semakin runcing. Di ekornya itu ada garis sentral putih setengah nan melintang dari sisi bawah. Semakin lama garisnya semakin luas, menuju ujung menjadi berwarna putih. Di ujung atasnya ada bercak hitam kecil. Bentuk telinganya bulat dengan bulu nan pendek berwarna cokelat kehitaman pada sisi luarnya, serta paler cokelat di dalamnya.

Di tahun 1874 hingga tahun 2004, beberapa spesies diukur besarnya dari kepala hingga seluruh tubuh. Rata-rata mereka memiliki ukuran 49,5 hingga 67 cm dengan panjang ekor sekitar 30 hingga 40,3 cm. Untuk berat badan dewasa diperkirakan 3 kg hingga 4 kg. Namun, sebab spesies nan masih hayati sedikit lagi, estimasi nan lebih terpercaya masih kurang.

Kepala kucing merah pendek dan bulat dengan rona coklat gelap sedikit keabu-abuan. Ditambah dengan dua garis gelap nan berasal dari sudut mata. Di bagian kepala belakang ada nan berbentuk “M” gelap.

Di belakang telinga, warnanya keabu-abuan namun gelap, dengan sedikit bintik putih di tengahnya. Ciri kepala ini banyak ditemukan di banyak spesies kucing lain. Bagian bawah dagunya putih dengan dua garis coklat sama pada bagian pipi.

Kucing langka ini endemik Kalimantan sehingga banyak tersebar di pulau ini. Kucing merah muncul dalam berbagai variasi dan jenis habitat dari hutan rawa, hutan bukit, serta dataran rendah dipterocarp kira-kira sepanjang 500 meter.
Pada pertengahan tahun 1990-an ada laporan bahwa kucing merah ada di Sungai Kapuas nan letaknya di Kalimantan Barat. Juga ada di Taman Nasional Gunung Palung. Sementara laporan lain nan belum dikonfirmasi ada di Gunung Kinabalu sekitar 1800 meter dari Gunung Kinabalu.

Kucing-kucing nan langka ini tinggal di hutan tropis lebat, tinggal di hutan bekas tebangan, juga ada beberapa di dekat pantai. Dari tahun 2003 hingga tahun 2003, hanya ada 15 kucing merah nan ada di daerah-daerah seperti Sabah, Kalimantan, dan Serawak kecuali Brunei.



Badak Bercula Satu

Hewan nan terancam punah lainnya dari Indonesia ialah badak bercula satu. Badak ini memiliki nama latin Rhinoceros sondaicus . Badak ini sebutan lainnya ialah badak jawa, menjadi salah satu jenis hewan paling langka di dunia. Bagaimana tidak, populasinya saja hanya berjumlah tak lebih dari 60 ekor.

Untuk menjaganya dari kepunahan nan semakin parah, badak ini ditempatkan di Taman Nasional Ujung Kulon . Selain itu, ada juga delapan ekor lagi nan dilindungi di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam di tahun 2000 nan lalu. Menurut badan perlindungan global IUCN, badak ini masuk dalam kategori sangat terancam.
Sejauh ini, hanya terdapat 5 spesies badak, dua di antaranya ada di Indonesia.

Apa sajakah spesies nan masih hayati hingga sekarang?

  1. Badak Sumatera bercula dua dengan nama Latin Dicerorhinus sumatrensis . Populasinya ada di Pulau Kalimantan juga Pulau Sumatera.
  2. Badak Jawa bercula satu dengan nama Latin Rhinocerus sondaicus . Populasinya ada di Vietnam juga Pulau Jawa.
  3. Badak India bercula satu dengan nama Latin Rhinocerus unicornis . Populasinya ada di Nepal juga India.
  4. Badak Putih bercula dua dengan nama Latin Cerathoterium simum . Populasinya ada di Kongo.
  5. Badak hitam bercula-cula, nama Latinnya ialah Diceros bicormis . Populasinya antara lain ada di Kamerun, Kenya, Afrika Selatan, Zimbabwe, Namibia, dan Tanzania.


Tarsius

Pernahkah kalian mendengar nama hewan nan satu ini? Hewan ini ialah homogen primata. Tarsius menjadi satu-satunya family dari ordo Tarsiiformers nan masih ada. Dulunya binatang ini ada banyak jumlahnya sebab penyebarannya luas. Namun, spesies nan masih hayati sampai sekarang ini hanya ditemukan di Asia Tenggara.

Hewan langkah (langka) ini termasuk ke hewan insektivora nan artinya makan dengan cara menangkap serangga . Cara mendapatkannya ialah langsung melompat ke serangga nan menjadi mangsanya. Selain serangga, tarsius juga memangsa vertebrata nan ukurannya kecil, semisal kelelawar, kadal, ular, dan burung.

Masa kehamilan tarsius ialah selama enam bulan. Setelah enam bulan berlalu induk tarsius akan melahirkan satu ekor anak. Anak nan baru lahir sudah berbulu dan matanya juha sudah terbuka. Lebih hebatnya lagi, sehari setelah kelahirannya bayi tarsius sudah dapat memanjat.

Setelah berusia satu tahun barulah dianggap sudah dewasa. Tarsius nan sudah dewasa hayati dengan pasangannya. Jangkauan loka tinggalnya ialah sekitar satu hektar.

Salah satu jenis tarsius nan bernama Dian T dentatus berstatus bergantung dengan konservasi. Kemudian, spesies lainnya yaitu tarsius barat dan T. bancanus bancanus masuk dalam status berisiko rendah. Ada juga tarsius Sulawesi nan terdaftar sebagai hewan nan hampir terancam.

Binatang ini tak akan pernah dapat dibiakan dalam kurungan sebab satu sama lain dapat stress. Jika sudah stress mereka akan melukai hingga membunuh satu sama lain. Maka dari itu jika mau dikonservasi harus di loka nan luas.
Pada tahun 2008 nan lalu tarsius Siau berstatus kritis sehingga masuk dalam daftar 25 jenis primata nan paling terancam.

Itulah berbagai hewan langkah atau langka nan sudah terancam akan punah. Sebenarnya ada banyak lagi hewan nan hampir punah lainnya. Sayang sekali jika suatu saat nanti mereka semua tak ada lagi di alam ini.
Sebagai manusia tentu Anda harus peduli dengan kelangsungan hayati mereka.

Bagi Anda nan dapat menyelamatkan mereka dari kepunahan, selamatkanlah! Sedikitnya Anda tak menganggu habitat mereka, biarkan mereka berkembang biak agar kelangkaannya dapat teratasi.

Selamatkan hewan langka dari kepunahan!