Hadiah dan Sanksi Bagaikan Obat dan Racun

Hadiah dan Sanksi Bagaikan Obat dan Racun

Masa kanak-kanak ialah masa nan paling krusial sebab mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa di masa depan. Untuk itu diperlukan sistem pendidikan nan baik untuk mereka. Sebab pada masa inilah ingatan anak terhadap sesuatu akan terus tesimpan dalam ingatan dan tak akan hilang hingga mencapai usia dewasa. Dan sistem pendidikan nan terbaik buat anak usia dini ialah sistem pendidikan Islam . Pada jaman dahulu para ulama Islam juga telah menyadari arti pentingnya pendidikan Islam untuk anak-anak termasuk pada waktu menuntut ilmu di sekolah. Karena di sekolah pendidikan anak ialah menjadi tanggung jawab para guru.

Maka dari itulah para guru harus mampu memberi pendidikan dan membina serta mengarahkan anak dengan ajaran akhlak dan moral nan baik. Ajaran dan moral nan baik tentu saja ajaran nan diperoleh dari pendidikan nan berlandaskan pada napas Islam dan Al-Qur’an.



Tujuan Pendidikan Islam

Agama dan pendidikan itu bila dijadikan satu akan menjadi suatu kesatuan nan sangat penting, terutama buat memunculkan insan nan pandai, cerdik dan punya tekad nan kuat serta kepribadian nan tinggi sinkron dengan ajaran agama.

Ini sangat sinkron sekali dengan konsep dan tujuan pendidikan Islam buat anak. Yaitu menciptakan generasi baru nan taat beribadah kepada Allah SWT serta mampu menghasilkan karya nan dibuat dengan tujuan buat ibadah semata dan kemaslatan umat Islam pada khusunya dan masyarakat pada umumnya.



Menjalankan Konsep Pendidikan Islam Kepada Anak

Pendidikan Islam buat anak merupakan suatu hal nan sangat krusial dan perlu mendapat perhatian khusus. Karena masa kanak-kanak ialah masa nan punya pengaruh paling besar terhadap proses pembentukan kepribadiannya. Ini akan berdampak pada kehidupannya nanti ketika sudah dewasa.

Untuk itulah dibutuhkan peran guru di sekolah nan maksimal agar bisa memberi perhatian spesifik pada sistem pendidikan Islam buat anak didiknya.

Adapun unsur-unsur nan perlu mendapat perhatian spesifik tersebut diantaranya ialah :

  1. Guru harus mampu memberi afeksi nan tulus kepada muridnya.
    Karena bila mendapat mendapat limpahan cinta nan maksimal, maka dia juga akan mau mencintai orang lain, terutama kepada teman-teman sebayanya. Kepada orang nan lebih tua dia juga dapat menghormati layaknya berhadapan dengan orang tua sendiri.
  2. Mengajak murid buat mengedepankan sifat disiplin sejak dini.
    Jika anak sudah terbiasa bertingkah laku disiplin, maka nantinya setelah dewasa dia akan dapat melakukan pengontrolan terhadap keinginan pada sesuatu nan sinkron dengan kebutuhannya.
  3. Jadilah guru nan dapat menjadi teladan terutama bagi murid sendiri
    Ini akan memberi pengaruh pada konduite mereka. Bila guru dapat berlaku Islami, tentu anak juga akan mengikutinya. Demikian pula bila nan terjadi ialah sebaliknya. Karena anak pada dasarnya suka murid meniru-niru perbuatan orang nan paling dekat dengan dirinya. Kalau di sekolah tentu nan jadi panutan ialah gurunya sendiri.
  4. Biasakan murid buat memakai etika nan baik dalam kehidupan sosialnya.
    Misalnya selalu mengambil sesuatu dengan tangan kanan, selalu menjaga kebersihan dan seterusnya.


Hadiah dan Sanksi Bagaikan Obat dan Racun

Ibarat obat dari dokter, memberikan hadiah atau sanksi kepada anak memang dapat menyembuhkan penyakit kepribadian nan buruk. Tetapi perlu diingat, bahwa obat dokter memiliki takaran dan dosis eksklusif nan harus diberikan dan disesuaikan dengan perkembangan usia, jenis penyakit dan kondisi badan penderita.

Demikian juga pemberian hadiah dan sanksi terhadap anak, juga harus memiliki aturan, syarat serta ukuran-ukuran eksklusif nan ‘dosis’nya dapat jadi berbeda antara anak nan satu dengan nan lain, tergantung pada kasus khusus nan dihadapi masing-masing. Sebuah takaran pemberian hadiah maupun sanksi nan efektif bagi anak nan satu belum tentu efektif bagi anak nan lain sebab masing-masing memiliki faktor pendukung nan berbeda-beda.

Karena itu, berilah hadiah dan sanksi nan tepat. Dalam Islam pemberian hadiah dan sanksi juga diajarkan oleh Allah Swt. maka kita juga berhak memberikannya. Kapan saja layak memberikan hadiah:

1. Saat Anak Mengerjakan Tugasnya Melebihi Target

Saat kita memberikan seorang anak tugas, namun ia mampu mengerjakan tugas tersebut melebihi apa nan diperintahkan, maka ia layak mendapatkan hadiah. Misalnya, di sekolah loka Anda mengajar diberlakukan program hapalan qur’an dengan sasaran hapalan beberapa juz al-Qur’an.

Ternyata, ada seorang anak nan mampu menghapal al-Qur’an melebihi sasaran dan menghapalnya lebih cepat dari waktu nan ditetapkan. Maka anak seperti ini layak mendapatkan hadiah. Utamakan hadiah tersebut diberikan di seluruh para siswa agar termotivasi. Tentu saja, hadiah nan diberikan bukanlah hadiah sederhana, tapi hadiah nan dapat membuat anak-anak nan lain termotivasi.

2. Saat Anak Tidak Melakukan Kesalahan nan Sama Lagi

Bila ada seorang anak suka tak mengerjakan tugas, lalu suatu hari ia mengerjakannya, maka berilah ia hadiah. Hal ini akan memotivasinya buat terus mengerjakan tugas, maka menjadi tugas Anda buat menentukan sampai dapat Anda berikan hadiah.

Penting menjadi catatan, Anda memberikan hadiah ketika tahu bahwa anak tersebut akan malas mengerjakan tugas. Lalu ketika ia mengerjakannya, maka berikanlah tugas. Setelah itu, cobalah buat membuat tugas nan baru lagi, nantikan apakah ia akan mengerjakannya atau tidak. Jika sudah lima kali ia melakukan hal nan sama, maka nan ke-enam kali jangan lagi Anda memberikan hadiah. Lihatlah di pemberian tugas ke-tujuh akankah dia mengerjakannya atau tidak.

Jika ia mengerjakannya, maka yakinlah seterusnya ia akan mengerjakan tugas tersebut. Awalnya memang terpancing sebab hadiah, namun akhirnya ia akan terbiasa mengerjakan tugas. Sungguh, inilah cara efektif nan tepat buat memberikan hadiah kepada siswa.



Ajarkanlah tentang Allah Swt

Bidang studi apa pun nan Anda ajarkan hendaknya mencantumkan tentang pelajaran bertauhdi kepada Allah Swt. Yaitu, pelajaran nan mengingatkan tentang Allah swt. Tentu saja, nan diajarkan pertama kali ialah tentang tak menyekutukan Allah dengan nan lainnya.

Selain itu, diajarkan juga kepada anak didik tentang bahwa apa pun nan dipelajari tidak pernah lepas dari tuntunan agama. Ingatlah ketika mempelajari matematika juga ada tentang Allah Swt. Misalnya saja tentang masalah hak kewarisan. Betapa Allah menetapkan bagian nan didapatkan oleh masing-masing orang nan mendapatkannya berdasarkan keadilan. Penghitungan di dalam ilmu Faraid juga menggunakan matematika

Selain itu, dengan pelajaran 1+1 = 2, maka ini juga mengajarkan bahwa Allah tak berpartikel. Allah esa, artinya satu. Maka jika ada nan menyatakan Allah itu trinitas alias tiga, maka bukanlah lagi namanya esa. Karena dalam kajian matematika, jika Tuhan Bapa, Tuhan Ibu dan Tuhan anak, maka menunjukkan bahwa tuhan itu tiga. Ini dipahami dalam pelajaran matematika.

Demikian halnya ketika Anda sedang mengajarkan mata pelajaran biologi, fisika dan lain-lain. Semuanya dapat dihubungkan dengan ketauhidan kepada Allah Swt. Dalam Islam, pendidikan tauhid ialah pendidikan utama. Mengajarkannya, dapat dilakukan melalui mata pelajaran nan ada.

Adapun dalil nan menganjurkan di dalam pendidikan harus didahulukan pendidikan mengenai Allah Swt. ialah firman Allah Swt.,

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) ialah benar-benar kezaliman nan besar." (QS. Lukman: 13).

Inilah artikel sederhana seputar sistem pendidikan Islam nan diajarkan kepada anaknya. Yang paling krusial diajarkan kepada anak didik ialah mengenai Allah Swt. yaitu, tentang tauhid.