Antisipasi dan Mekanisme Pengungsian Bala Tsunami

Antisipasi dan Mekanisme Pengungsian Bala Tsunami

Bala tsunami ialah bala nan telah dimasukkan ke dalam agenda Negara buat memperoleh penanggulangan secara serius. Bahkan juga dianggap sebagai persoalan nasional nan juga mendapat pengamatan dan perhatian spesifik dari POLRI dan Tentara Nasional Indonesia.

Bahkan manajemen penanggulangan tsunami sudah dibentuk dalam skala Nasional, dari mulai pemerintahan pusat hingga daerah. Dan dalam keadaan terburuk pada saat tsunami terjadi, maka Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan, dalam hal ini ialah Presiden, ialah menjadi Komando paling tinggi penanggulangan tsunami.



Pengertian Tsunami

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang tsunami dan seluk beluknya, maka ada baiknya Anda mengetahui lebih dulu apa pengertian dari tsunami tersebut.

Pengertian tsunami ialah merupakan gelombang bahari nan ditimbulkan dampak adanya konvoi tektonis lempeng bumi. Yang bergerak di dasar laut. Kemudian sebab pergerakannya itu akhirnya memicu gelombang besar tersebut.

Skenarionya ialah sebagai berikut, ketika lempeng nan berada di bawah permukaan bahari atau pulau tiba-tiba terbuka, konvoi ini menyebabkan air bahari surut jauh. Kemudian ketika air bahari kembali ke pantai, maka akan terbentuklah gelombang-gelombang pasang nan disebut dengan tsunami.

Gelombang tsunami ini dapat saja dalam wujud gelombang-gelombang kecil nan tak bersifat terlalu merusak. Ada pula nan tingginya hingga puluhan meter serta mampu membinasakan seluruh nafas kehidupan hingga puluhan meter ke tengah daratan.

Bencana tsunami memang dikenal sebagai bala alam nan mematikan. Kerugian harta tak terhitung, dan kerugian jiwa sangat banyak pula. Akibat tsunami pun baru bisa direvitalisasi dan dipulihkan setelah beberapa tahun kemudian. Semua itu baru akibat nan bersifat fisik dan konstruksi. Sedangkan akibat nan membekas sebagai trauma pada para korban tsunami, agaknya sulit buat disentuh hingga benar-benar hilang.

Demikianlah, betapa dahsyatnya akibat dan dampak dari bencana tsunami tersebut.

Tsunami pertama kali muncul dan terbesar ialah di Jepang, sebab itu gelombang tersebut dinamakan tsunami dalam dialek bahasa Jepang.

Kondisi geografis negara Jepang dan Indonesia hampir mirip, yakni negara kepulauan – atau wilayah nan perairannya lebih luas. Hingga antara pulau-pulau tersebut terisi laut, selat ataupun teluk. Wajar bila resiko potensi bahaya tsunami amat besar. Karena morfologi dari kepulauannya nan dikelilingi oleh perairan.



Bentuk Kemarahan Alam

Bencana tsunami selamanya menjadi momok nan menakutkan bagi Bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Bala ini telah menggoreskan trauma pada sebagian bangsa ini.Tsunami disebabkan oleh perpindahan badan air sebab perubahan permukaan bahari secara vertikal dengan tiba-tiba.

Hal tersebut bisa disebabkan sebab gempa bumi di bawah laut, letusan gunung berapi atau longsor nan berpusat di bawah laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, nan artinya pelabuhan gelombang.

Apabila Anda sadari semua bentuk penyebab tsunami, sebagian besar ialah merupakan kenyataan alam. Letusan gunung berapi, tanah longsor, konvoi lempeng bumi, pergeseran kerak bumi, semua ialah bahasa alam. Namun tak sekedar hanya kenyataan alam saja, namun seolah bentuk kemarahan alam.

Jepang sering mengalami tsunami. Sehingga mungkin masyarakat Jepang telah terbiasa mendengar peristiwa tsunami, namun bagi bangsa Indonesia tsunami masih menjadi suatu peristiwa nan menakutkan.

Tsunami di Aceh

Di penghujung 2004, tepatnya 26 Desember 2004, Indonesia digemparkan oleh satu peristiwa nan akan membuat siapa pun menjadi tercengang mendengar dan melihat peristiwa bala alam bernama tsunami.

Bencana alam tsunami telah meluluhlantakkan kota Aceh dalam waktu sekejap saja. Kota Aceh nan ramai dan penuh dengan bangunan-bangunan kokoh menjadi rata terhempas gelombang Tsunami.

Gelombang air besar nan tiba-tiba berpindah ke daratan itu telah memakan banyak korban. Lebih dari 1000 jiwa pada saat itu meninggal global sebab tak bisa melawan kekuatan air nan telah menyeretnya.

Pascasurutnya air tsunami, mayat-mayat "berserakan" di mana-mana. Orang-orang nan selamat sibuk mencari sanak saudaranya. Banyak dari mereka kehilangan anggota keluarganya.

Bukan hanya satu atau dua saja keluarganya nan mereka dapati telah menjadi mayat, beberapa orang mendapati hampir semua anggota keluarganya telah menjadi mayat. Anak, istri/suami, orangtua, dan saudara-saudaranya.

Banyak anak nan kehilangan orangtuanya, mereka kini telah menjadi yatim, piatu, dan yatim piatu. Tak sedikit juga anak nan kehilangan seluruh anggota keluarganya. Ayah, ibu, kakak, adik, dan sanak saudaranya.

Kesedihan menyelimuti mereka para korban tsunami. buat beberapa lama Aceh bak kota mati, nan tanpa manusia beraktivitas di dalamnya. Sedih dan mencekam melihatnya.

Namun, Tuhan tak akan memberi cobaan kepada umatnya melebihi batas kemampuannya. Mereka para korban nan masih hayati harus terus berjuang buat hidupnya. Perlahan mereka bangkit. Mulai menata kembali kehidupan mereka.

Bagi nan kehilangan orangtua, mereka menguatkan diri dengan saling memberi afeksi dengan sesama korban lain. Banyak dari mereka nan hijrah sementara dari Aceh dengan menjadi anak angkat di luar kota Aceh.

Selain buat mendapatkan afeksi nan telah hilang, hal terbesar lainnya nan harus ditumbuhkan ialah menghilangkan trauma.

Kini kota Aceh pun telah bangun kembali dari tidurnya. Kota mulai ditata kembali, karakteristik akan adanya kehidupan nan baru di Aceh. Kota besar dengan mayoritas penganut muslim itu kini telah bangkit kembali.



Antisipasi dan Mekanisme Pengungsian Bala Tsunami

Antisipasi dalam menghadapi bala tsunami adalah, mengadakan pelatihan dan pemahaman, sosialisasinya dan mekanisme evakuasi. Hal ini dirasakan sangat penting, sebagai tindakan antisipasi mekanisme penanganan bala tsunami saat terjadi.

Membuat Peta Tematik Akibat Area guna mengidentifikasi resiko berdasarkan skala 20, 22 dan 25 meter kejadian. Terakhir ialah memasang system RANET, homogen ECC namun lebih detail.

Sementara mekanisme pengungsian bala tsunami nan bisa dilakukan ialah :

  1. Berkumpul di loka nan telah ditentukan ( assembly point ).
  2. Mematuhi arahan koordinator lapangan (korlap).
  3. Mencari daerah nan lebih tinggi terdekat.
  4. Utamakan wanita dan anak-anak.


Pemulihan Psikis Korban Tsunami

Peristiwa 26 Desember 2004 tentu tak mudah buat dilupakan oleh bangsa Indonesia. Yakni peristiwa bencana tsunami nan terjadi di salah satu propinsi nan ada di ujung timur Indonesia. Aceh.

Tsunami di Aceh meski telah berlalu sekian lama, namun kesan sedih dan dukanya masih terasa hingga sekarang. Di mana banyak perempuan-perempuan nan mendadak menjadi janda, anak-anak nan menjadi yatim atau piatu, dan orangtua kehilangan anak, ataupun orang-orang nan banyak kehilangan keluarga. Rasa kehilangan sanak keluarga masih dibarengi pula oleh derita kehilangan mal dalam waktu singkat,

Apapun bentuknya bala memang akan selalu meninggalkan trauma, namun bukan berarti kita harus hayati dengan bayang-bayang trauma itu terus menerus. Bagaimana pun kehidupan haris terus berjalan dan kita harus terus memperbaiki hayati kita menjadi semakin lebih baik.

Bencana alam dapat terjadi di mana pun dan kapan pun, dapat menimpa siapa pun juga. Kita manusia hanya dapat berdoa dan tentunya berusaha buat mengantisipasi. Agar bala tersebut tak menimpa kita. Mulai dari diri sendiri dengan menjaga alam dari hal nan kecil nan bisa kita lakukan.