Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)

Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)

Bagi seorang ibu, kebahagiaan nan dirasakan saat memiliki anak tentulah sangat luar biasa. Pengalaman selama hamil, saat melahirkan, maupun menyusui merupakan saat-saat nan tidak akan dapat terlukiskan dengan pena. Apalagi saat melihat dan mengikuti perkembangan kognitif bayi maupun motoriknya nan sangat revolusioner.

Masalah tumbuh bunga bayi, khususnya pada usia dibawah 3 tahun atau batita, memang terbilang sangat pesat. Tumbuh bunga ini terutama terlihat pada perkembangan fisik maupun mobilitas motoriknya nan terlihat. Dari sejak lahir, ketika bayi hanya dapat terlentang dan menangis, terus berkembang sehingga bayi dapat tengkurap, memegang berbagai benda di sekitarnya, merangkak, hingga dapat berjalan.



Kemampuan Bahasa

Meskipun perkembangan motorik bayi terbilang sangat pesat, bukan berarti perkembangan kognitif dan kecerdasannya berlangsung lambat. Justru pada saat nan bersamaan, perkembangan kognitif bayi juga mengalami perkembangan nan tidak kalah cepatnya. Seperti dikatakan Jean Piaget, kemampuan kognitif bayi berlangsung melalui perkembangan motoriknya.

Beberapa perkembangan kognitif bayi nan berumur di bawah 3 tahun diantaranya terlihat dari kesenangan anak memasukkan segala benda nan ada di dekatnya ke dalam mulutnya. Ini merupakan cara bayi mengenal dan menyerap informasi tentang benda-benda tersebut. Kontemporer bayi juga terlihat sensitif terhadap panca indranya, baik penglihatannya maupun pendengarannya.

Pada masa ini, bayi juga terlihat bahagia melihat gambar di buku, bahagia mencoret atau membuat gambar di kertas. Anak juga mampu menyusun mainan balok seperti nan diperintahkan. Kemampuan bahasa melalui dominasi kosa katanya nan cepat bertambah. Bahkan dengan kosa kata nan dimilikinya, anak pun sudah mulai mampu merangkaikannya menjadi sebuah kalimat nan bermakna.

Selain itu, bayi juga terlihat lebih reaktif dan responsif terhadap berbagai hal nan ada atau terjadi di sekitarnya, seperti tertawa bila melihat atau mendengar hal nan dirasakannya memiliki makna tertentu. Begitu juga anak terlihat bahagia buat menirukan suara atau konduite orang tua atau orang nan ada di dekatnya.



Fenomena Marasmus

Perkembangan kognitif bayi tidak dapat dilepaskan dari masalah perkembangan otak anak. Perkembangan otak nan optimal akan mendukung perkembangan kecerdasan dan kognitif anak.

Menariknya, perkembangan otak pada masa bayi ternyata sangat ditentukan oleh asupan gizi nan diperolehnya. Sejumlah penelitian mengemukakan bahwa lingkar kepala bayi nan kekurangan gizi ternyata lebih kecil dibandingkan anak nan normal dengan asupan gizi nan cukup.

Begitu juga dengan bayi nan mengalami marasmus atau gejala kekurangan protein pada otaknya, akan mengalami keterlambatan kecerdasannya dibandingkan anak-anak normal lainnya.

Remaja nan saat bayinya mengalami marasmus juga memiliki taraf IQ ( inteligence quotion ) nan lebih rendah dari anak normal. Begitu juga dengan prestasi akademisnya akan jauh tertinggal. Hal ini juga terlihat dari sejumlah gejala nan diperlihatkannya seperti sering kurang fokus, daya ingatnya nan rendah, serta motivasinya nan juga rendah.

Seperti nan sudah dijelaskan di atas, marasmus merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi jelek nan sering ditemui pada balita. Hal ini terjadi sebab kurangnya masukan makanan nan bergizi, penyakit pada masa neonatus, infeksi, lahir prematur, pembawaan sejak lahir serta kesehatan lingkungan.

Maramus pada umumnya ditemukan pada anak usia 0 hingga 2 tahun. Ciri-ciri bayi atau anak penderita marasmus ini ialah sebagai berikut;

  1. Berat badan kurang dari 60% dari berat badan nan sinkron dengan usianya
  2. Suhu tubuh rendah nan dikarenakan lapisan penahan panas berkurang
  3. Dinding perut hipotonus dan kulit perut melonggar hingga terlihat seperti tulang nan terbungkus kulit
  4. Tulang rusuk menonjol
  5. Anak berwajah lonjong dan terlihat lebih tua
  6. Otot-otot melemah
  7. Atropi atau penyusutan jaringan otot
  8. Kulit akan terlihat berkeriput dengan diikuti oleh hilangnya lemak subkutan
  9. Perut konkaf dan disertai dnegan diare kronik
  10. Susah buang air kecil

Gejala marasmus pada bayi ini merupakan suatu masalah penghambat aspek kognitif pada bayi. Hal inilah nan harus diperhatikan oleh sebagian besar orang buat menghindari kurangnya gizi jelek pada anak dari mulai masa kehamilan hingga melahirkan.



Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)

Seperti nan sudah dijelaskan di atas, perkembangan kognitif pada bayi dimulai ketika ia baru lahir hingga bayi dapat melakukan banyak hal dari sebelumnya. Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% dari berat otak dewasa. Kemudian berat otak terus berkembang hingga pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak dewasa atau sekitar 1200 gram. Hal ini menjelaskan bahwa pada usia tersebut, masa perkembangan otak anak berkembang dengan sangat pesat.

Pada usia anak 1 hingga 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu nan sangat besar. Pada perkembangan ini, anak akan mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal. Berikut ialah hal-hal nan dilakukan anak buat mengetahui sesuatu;

  1. Belajar melalui pengamatan

Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak hal-hal nan baru nan mendorong rasa ingin tahunya. Dalam hal ini, anak akan melakukan hal-hal nan sering dianggap bermain, padahal saat itu anak sedang mencari tahu apa nan terjadi kemudian anak akan melakukan hal-hal tersebut sebagai rasa pemuas rasa ingin tahunya.

Pada usia 19 bulan, anak sudah mulai mengamati lingkungannya secara lebih detail dan menyadari hal-hal nan tak semestinya terjadi. Hal ini ia amati sinkron dengan pengalamannya.

  1. Meniru orangtua

Pada dasarnya, anak akan belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi menirukannya. Hal nan ditiru oleh anak di usia ini ialah hal-hal nan umumnya dilakukan oleh orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah mulai banyak meniru konduite orangtua.

  1. Belajar konsentrasi

Pada usia 14 bulan, anak sudah mulai mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini bisa terlihat dari konduite anak nan sangat tekun dengan satu mainan atau satu situasi nan sedang dilakukannya. Kemampuan anak buat berkonsentrasi ini bergantung pada keadaan atau daya tarik dari berbagai hal di sekelilingnya. Kemampuan anak buat brkonsentrasi di usia ini biasanya sekitar 10 menit.

  1. Mengenal anggota badan

Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah mulai diajarkan buat mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat bahagia jika orangtuanya mengajarkan kata-kata nan berhubungan dengan anggota badan diikuti dengan menunjukkan anggota badan tersebut.

  1. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu

Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan buat memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak akan menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendahnya suatu benda (kedalaman) dan membedakan berdasarkan loka (ruang) dan waktu. Pemahaman ini akan terlihat pada anak usia 18 hingga 24 bulan.

  1. Mulai mampu berimajinasi

Kemampuan anak buat berimajinasi atau membentuk gambaran abstrak dimulai sejak usia 18 bulan. Pada usia ini, anak sudah mulai dapat memikirkan benda nan tak terlihat olehnya.

  1. Mampu berpikir antisipatif

Kemampuan buat berpikir antisipatif ini akan terlihat sejak anak usia 21 hingga 23 bulan. Pada usia ini, anak tak hanya dapat mengimajinasikan benda-benda nan ada dipikirannya. Di usia ini anak akan lebih jauh lagi berpikir buat mengantisipasi akibat nan akan terjadi pada hal nan dilakukannya.

  1. Memahami kalimat nan terdiri dari beberapa kata

Pada usia 12 hingga 17 bulan, anak bisa memahami kalimat nan terdiri atas beberapa kata. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai menggunakan kata, seperti “mama” atau “papa”. Dan pada usia 17 bulan, anak sudah mulai menggunakan rangkaian kata sederhana.

  1. Cepat menangkap kata-kata baru

Pada usia 18 hingga 23 bulan, anak mengalami perkembangan nan pesat dalam pengucapan kata-kata. Pada usia ini, anak bisa menguasai kata mencapai 50 kata.

Perkembangan anak di usia 1 hingga 2 tahun memang sangat pesat. Tidak banyak orangtua menyadari bahwa pada usia ini anak mencapai perkembangan nan sangat krusial buat tumbuh kembangnya.

Demikian pembahasan mengenai perkembangan kognitif pada bayi nan bisa disampaikan, semoga bermanfaat.