Low Profile

Low Profile

Tidak banyak memang nan kenal dengan Jenderal Joko Santoso ini. Maka dari itu, di loka ini kita kan membahas sekilas tentang profil beliau. Jenderal nan rendah hati ini lahir di Solo pada tanggal 8 September 1952. Beliau merupakan seorang Jenderal nan lahir dari keluarga pendidik. Ayah dari Jenderal Joko Santoso ini merupakan seorang guru SMA nan bernama Djoko Soedjono. Keluarga Joko Santoso ini merupakan keluarga besar. Beliau merupakan anak pertama dari sembilan orang anak dar perkawinan Djoko Soedjono dan Sulani.

Sebagai putra sulung dari sembilan bersaudara ini, Joko Santoso melalui masa kecilnya dengan penuh keprihatinan sebab penghasilan keluarga nan tak besar dan cukup. Masa kecil dari Jenderal Joko Santoso ini tidaklah sebahagia seperti anak – anak sebaya lainnya. Dapat di bayangkan kondisi nan di alami Joko Santoso pada waktu itu nan menjadi putra sulung nan harius menjaga delapan adik – adiknya tersebut.

Namun demikian, dengan kondisi seperti itu, Jenderal Joko Santoso nan masih kecil pada waktu itu tetap berprestasi. Kesulitan – kesulitan nan ia hadapi dalam hidupnya menjadikan beliau menjadi pribadi nan kokoh dan bermental sangat kuat ntuk meraih cita – cita dan mengukir prestasi nan ia raih selama ini. Bahkan kesulitan – kesulitan nan ia hadapi selama masa kecilnya ia jadikan bekal buat menjadi sosok tentara nan bermental sangat kuat. Seiring deng perjalanan hidupnya, beliau pun tetap menjadi orang nan bersahaja dan rendah hati.

Sejak kecil hingga saat ini beliau selalu menyibukkan dirinya dengan kerja keras dan belajar dengan sungguh – sungguh. Dan itulah nan menjadikannya orang nan berhasil saat ini. Tidak ada satu hari pun nan di lewatkan oleh Jenderal Joko Santoso ini dengan kegiatan buat bersantai – santai dan hura – hura saja.

Jenderal satu ini memang terkenal sebagai perwira TNI angkatan darat nan berkepribadian tenang, santai, dan bersahaja. Dengan sikap nan tegas dan selalu berhati- hati dalam bersikap menjadikan Jenderal Joko Santoso ini berhasil menapaki karirnya di kemiliteran.

Jenderal Joko Santoso ini merupakan satu – satunya tokoh Tentara Nasional Indonesia dari angkatan darat atau TNI AD nan menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD (WAKASAD) dan Kepala Staf TNI-AD (KASAD) pada urutan nan ke 24. Jabtan nan di jabat oleh Joko Santoso sebagai WAKASAD nan menggantikan Letjen TNI Darsono, MSc nan sebelumnya menduduki jabatan tersebut hingga memasuki usia pensiun nan kemudian digantikan oleh beliau.

Selanjutnya, jabatan sebagai Kepala Staf TNI AD ke 24 atau KASAD ini di duduki oleh Jenderal Joko Santoso dengan menggantikan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf TNI AD sebelumnya pada tanggal 18 Febuari 2005.

Jenderal Joko Santoso merupakan kepala keluarga dengan seorang istri nan bernama Angky Retno Yudianti, dan sebagai seorang ayah dari dua anak nan terdiri dari anak laki laki nan bernama Andika Pandu dan seorang putri bernama Ardya Pratiwi Setyawati. Jenderal nan mengagumi sosok seorang ayahnya ini sangat bekerja keras dalam urusan karirnya, baginya Ayahanda nyalah nan menjadi inspirator karirnya hingga sekarang ini.



Pendidikan

Jenderal Joko Santoso ini merupakan lulusan AKABRI yaitu Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Beliau lulus pada tahun 1975 dengan prestasi nan cukup cemerlang. Pada tahun 1990, beliau juga mengikuti pendidikan di Seskoad yaitu Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Dalam bisang pendidikan nonmiliter, Jenderal angkatan darat ini juga menyandang gelar sarjana dengan bersekolah di FISIP pada tahun 1994 dan melanjutkan ke jenjang s2 jurusan manajemen pada tahun 2000. Dengan demikian, bisa di uraikan jenjang karir Jenderal Joko Santoso ini adalah sebagai berikut :

1. Akademi Militer (AKMIL), tahun 1975
2. Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCABIF), tahun 1976
3. Kursus Lanjutan Perwira Tempur (SUSLAPAPUR), tahun 1987
4. Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (SESKOAD), tahun 1990
5. Forum Pertahanan Nasional (LEMHANAS), tahun 2005



Karier Militer

Joko Santoso nan merupakan alumni Akademi Militer pada tahun 1975 ini memang tak terdengar akan kepopulerannya. Hal ini disebabkan sebab penugasannya nan mengharuskan beliau berkarakter pendiam dan sporadis buat di ekspose. Kemudian setelah bergabun dan menjabat sebagai Panglima Kodam (Pangdam) XVI/Pattimura & Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 nan sukses gemilang meredam konflik di Maluku, kepopuleran Jenderal Joko Santoso pun mulai tercuat.

Kemudian, menyusul dengan keberhasilannya sebagai Panglima Kodam (Pangdam) XVI/Pattimura & Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 buat meredam konflik di Maluku tersebut, ia pun kemudian menjabat sebagai Pangdam Jaya Maret pada tahun 2003 – Oktober 2003.

Karakter nan pendiam dan bersahaja itu harus dilakoni oleh Jenderal Joko Santoso ini. Seperti nan sudah di jelaskan di atas Djoko Santoso dipercaya menjabat Wakil Kepala Staf TNI-AD 2003-2005, sebab tugas seorang WAKASAD ialah berada di belakang layar sebagai penyedia semua kebutuhan-kebutuhan operasional dari KASAD.

Dengan begitu bisa kita uraikan bahwa karier militer Jenderal Joko Santoso ialah sebagai berikut:

  1. Komandan Peleton-I/A/121/II (1976)
  2. Waassospol Kaster TNI (1998)
  3. Kasdam IV/Diponegoro (2000)
  4. Pangdivif 2 Kostrad (2001)
  5. Pangdam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Koopslihkam), 2002–2003
  6. Pangdam Jaya, Mei 2003–Oktober 2003
  7. Wakil Kepala Staf TNI-AD, 2003–2005
  8. Kepala Staf TNI-AD, 2005–2007
  9. Panglima TNI, 28 Desember 2007–2010


Low Profile

Jenderal Joko Santoso merupakan seorang perwira tinggi nan bersikap tenang, bersahaja, dan pendiam. Namun sikapnya nan rendah hati atau low profile ini tak membuatnya kurang tegas. Beliau tetap bisa bersikap tegas nan selalu di hormati oleh para bawahannya. Sebagai seorang prajurit TNI, ia merupakan seorang perwira nan sangat penuh dengan kehati – hatian nan dalam hal ini selalu memikirkan nan terbaik sehingga jenderal ini di sebut pula sebagai seorang nan perfeksionis.

Sikap low profile yang di miliki oleh Jenderal Joko Santoso ini menjadikan beliau di tempatkan di bagian intelijen negara nan memang di haruskan buat menjaga sikap dan lebih menutup diri dari kepopuleran di luar tugasnya. Dengan sikap low profile nya tersebut, ia pun banyak di tugaskan di lingkungan direktorat dan intelijen strategis nan minim publikasi atau terbuka terhadap media sehingga tak banyak nan mengenalnya.

Nama Jenderal Joko Santoso ini mulai mencuat ke ruang publik setelah beliau menjabat menjadi Pangdam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan serta Pangdam Jaya. Dengan jabatannya pada saat itu, banyak pengamata militer memprediksikan bahwa Jenderal satu ini akan menduduki kursi nomor satu di jajaran TNI, nan saat ini memang terjadi.



Bersih dari Isu Pelanggaran HAM

Jenderal Joko Santoso ini memang seorang nan memiliki iintelegensi nan tinggi dan memiliki prinsip nan sangat kuat. Hal tersebjut terbukti dengan tak adanya kasus nan pernah ia lakukan nan berhubungan dengan pelanggarana HAM atau Hak Asasi Manusia. Verifikasi tersebut juga di perkuat dengan pernyataan para kalangan aktivis HAM nan mengenal Jenderal Joko Santoso ini sebagai satu dari sekian banyaknya pejabat nan dalam hal ini adalah seorang Jenderal nan higienis dari isu pelanggaran HAM nan berat.

Pelanggaran HAM berat ini seperti contohnya kerusuhan Mei 1998, tragedi Semanggi, kasus Timor Timur, tragedi Lampung dan Tanjung Priok. Selain pelanggaran – pelanggaran berat tersebut, Jenderal Joko Santoso ini pun terbebas dari segala urusan memperkaya diri melalui bisnis, perusahaan, atau yayasan.

Demikianlah profil singkat seorang Jenderal Joko santoso. Semoga apa – apa nan sudah di bahas mengenai profil singkat Jenderal Djoko Santoso ini memberikan kita pandangan dan contoh nan dapat kita contoh akan konduite dan teladan nan baik. Semoga bermanfaat !