Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan Lingkungan Hidup

Ketika mendengar kata kerusakan lingkungan hayati mungkin pikiran kita langsung tertuju pada hutan-hutan nan terbakar, hewan-hewan langka nan punah, serta sumber air dan udara nan sudah tercemar dampak berbagai hal.

Tanpa perlu memperlihatkan bagaimana kerusakan lingkungan hayati terjadi, mungkin kita juga sudah dapat membayangkan hal-hal jelek nan terjadi sebab kelalaian umat manusia dalam menjaga lingkungan hidup.

Sebelum membahas penyebab kerusakan lingkungan hayati dan upaya-upaya nan dapat dilakukan buat mencegahnya, ada baiknya kita ketahui terlebih dulu definisi lingkungan.

Mengapa? Karena sebagai mana kita ketahui, kehidupan makhluk hayati tak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Dengan begitu, kita selaku manusia harus senantiasa berusaha nuntuk menjaganya agar tetap asri.



Definisi Lingkungan Hidup

Lingkungan hayati bisa kita definisikan dengan segala sesuatu nan terdapat di sekitar mahluk hayati nan bisa mempengaruhi segala perkembangan kehidupan, baik secara langsung maupun tak langsung.

Sementara itu, definisi lingkungan hayati berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 ialah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup. Termasuk, manusia dan perilakunya nan melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hayati lain.

Dengan demikian, tentu saja bukan hanya manusia nan termasuk ke dalam lingkungan hidup. Berbagai tanaman dan hewan, serta segala hal nan berkaitan dengan ketiga makhluk tersebut termasuk ke dalam lingkungan hidup.

Jika manusia merasa bahagia sebab telah menemukan teknologi canggih nan dapat mempermudah berbagai aktivitas manusia, maka hal lain nan harus dipikirkan ialah lingkungan hayati nan menjadi efek dari inovasi teknologi tersebut.

Tidak semua inovasi teknologi baik buat kehidupan lingkungan hidup. Bahkan dari inovasi teknologi terbesar seperti nuklir pun, kerusakan lingkungan hayati lebih banyak ditimbulkan dibandingkan faedahnya bagi lingkungan hayati sekitar kita.

Oleh sebab itu, buat mengetahui berbagai hal nan mampu merusakkan lingkungan hidup, kita juga perlu mengetahui unsur nan membentuk lingkungan hayati itu sendiri agar kita dapat mencegah dan menghambat kerusakan lingkungan hayati nan nantinya sanggup membahayakan kehidupan kita sendiri.



Unsur Pembentuk Lingkungan Hidup

Unsur-unsur pembentuk lingkungan hayati terdiri atas tiga jenis, yaitu unsur hidup (biotik), unsur sosial budaya, dan unsur fisik (abiotik). Yang dimaksud dengan unsur hidup ialah unsur nan terdiri atas mahluk hayati dan jasad renik. Unsur sosial budaya yaitu lingkungan sosial dan budaya nan dibuat oleh manusia nan tidak lain merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam konduite mahluk sosial.

Sementara itu, unsur fisik merupakan unsur pembentuk lingkungan hayati nan terdiri atas benda-benda nan tidak bernyawa, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lainnya. Kebradaan unsur ini merupakan nan paling krusial buat kelangsungan hayati mahluk hidup. Anda tentu bisa membayangkan bagaimana jadinya jika lingkungan hayati tak memiliki unsur pembentuk abiotik ini.

Dengan demikian, lingkungan hayati bukan sekadar hal-hal nan bernyawa nan terdapat di sekeliling kita. Berbagai hal nan terdapat di alam ini ialah hal nan juga membentuk lingkungan hidup.

Tanpa benda-benda seperti tanah, air,udara, iklim, dan lainnya tersebut manusia dan makhluk hayati lainnya tak mungkin dapat bertahan dan berkembang biak seperti sekarang ini.

Maka dari itu, jika unsur pembentuk lingkungan hayati tersebut telah mengalami kerusakan, maka dapat dijamin bahwa suatu saat manusia dan makhluk hayati lainnya juga akan mengalami hal nan sama, yakni bala dan kepunahan umat manusia di dunia.

Para penganut agama akan menyebut kejadian tersebut dengan kiamat. Bala terbesar nan dijanjikan dalam kitab kudus nan terjadi dampak kerusakan lingkungan hayati nan selama ini mengalami berbagai bala bertubi-tubi.

Oleh sebab itu, hal nan harus dilakukan oleh kita selaku penguhi sekaligus pembentuk lingkungan hayati ialah senantiasa melakukan hal baik nan tak bersifat merusakkan alam.



Kerusakan Lingkungan Hidup

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya, kerusakan lingkungan hayati bisa digolongkan ke dalam dua jenis kerusakan, yakni kerusakan sebab peristiwa alam dan kerusakan sebab hasil perbuatan manusia.



a. Kerusakan Lingkungan Hayati Dampak Peristiwa Alam

Tak bisa dipungkiri, berbagai bala alam nan menimpa negeri tercinta ini cukup menimbulkan akibat kerusakan lingkungan hayati nan begitu signifikan. Bala tsunami nan melanda Aceh, Papua, dan Nias, gempa bumi nan meratakan kawasan Yogyakarta, merupakan salah satu contoh nan bisa dengan mudah menghancurkan lingkungan hidup.

Selain bala tadi, masih banyak peristiwa alam lain nan bisa menghancurkan lingkungan hayati dan mengancam keberlangsungannya semua mahluk hayati nan tinggal di sekitarnya. Sebut saja, letusan gunung berapi, badai, dan angin topan.

Bencana seperti itu muncul secara alamiah tanpa campur tangan manusia sebab hanya alam sendirilah nan mengetahui proses evolusi nan mungkin dihadapinya. Misalnya saja pada proses gunung berapi, terdapat sebuah kenyataan nan dapat diprediksi oleh manusia sebagai proses evolusi pada gunung.

Begitu juga dengan badai, angin topan, dan bala alam lainnya nan secara mutlak muncul sebab kekuatan Tuhan dan alam nan diciptakan-Nya. Hal ini juga merupakan peringatan bagi umat manusia agar senantiasa bersyukur kepada-Nya dengan cara menjaga dan melestarikan kehidupan lingkungan sekitar kita.



b. Kerusakan Lingkungan Hayati Dampak Perbuatan Manusia

Ternyata, selain peristiwa alam, penyebab nan memiliki peluang sangat besar dalam hal pengrusakan lingkungan hayati ialah manusia, sebagai penguasa lingkungan hayati manusia memilki peranan buat menentukan kelestarian lingkungan. Sering kali apa nan dilakukan manusia tak dilandasi oleh pemikiran jangka panjang, terlebih buat memikirkan generasi berikutnya. Mereka hanya memikirkan kebutuhannya saat itu saja.

Beberapa kerusakan lingkungan hayati nan diakibatkan oleh perbuatan manusia, di antaranya ialah pencemaran (udara, air, tanah, suara) nan disebabkan adanya kawasan industri, banjir sebagai dampak buruknya drainase dan sistem pembuangan air nan manusia kelola, serta tanah longsor nan diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar, perburuan liar, pembuangan sampah sembarangan, serta beberapa kegiatan lainnya.

Kegiatan-kegiatan nan digadang-gadang sebagai proses memajukan kehidupan umat manusia itu justru malah menimbulkan akibat sebaliknya, yakni kerusakan lingkungan hayati nan berpotensi membahayakan kehidupan kita semua.

Berbagai pencemaran air, udara, dan tanah terbukti mampu menimbulkan berbagai penyakit bagi sebagian masyarakat nan tak memiliki wahana dan prasarana lengkap buat dapat mencegahnya.

Misalnya saja, penyakit malaria dan demam berdarah nan sering sekali kita temui pada masyarakat Indonesia golongan menengah ke bawah sebab mereka tak memiliki loka hayati nan higienis dan layak dampak taraf kemiskinan nan tinggi di Negara Indonesia.

Atau ada pula penyakit diare dan sistem pencernaan nan juga melanda masyarakat kelas menengah ke bawah sebab mereka tak mampu mendapatkan air higienis buat mencuci, mandi, bahkan memasak sehingga air nan dikonsumsi oleh mereka ialah air nan sudah tercemar oleh berbagai kotoran dan sampah masyarakat.



Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup

Sebagai penguasa kehidupan di alam ini, sudah sepantasnya manusia menjaga dan mengelola lingkungan hidupnya dengan baik. Tugas ini bukan semata-mata pekerjaan seorang pemimpin suatu negara beserta pemerintahannya, melainkan tugas kia bersama selaku manusia. Berikut ialah beberapa tindakan nan dapat dilakukan manusia buat mencegah atau mengurangi kerusakan lingkungan hidup.