Kekhawatiran Generik Mempelajari Astrologi

Kekhawatiran Generik Mempelajari Astrologi

Anda terkejut membaca judul di atas? Semoga saja tidak. Karena astrologi nan dimaksud bukanlah ilmu nan digunakan buat meramal. Astrologi di sini ialah ilmu perbintangan nan digunakan buat kebaikan dan kemaslahatan umat. Memangnya, ada fungsi astrologi dalam Islam?

Astrologi nan dalam Islam dikenal dengan nama ilmu falak memiliki fungsi nan cukup penting. Bahkan, astrologi kerap dijadikan prediksi buat menentukan waktu shalat, waktu berpuasa dan Hari Raya Idul Fitri, bahkan buat menentukan hari wukuf di Arafah juga dengan menggunakan ilmu astrologi.



Fungsi Bintang Diciptakan Allah

Sebelum membahas kenapa islam menyuruh mempelajari Astrologi, ialah krusial memahami apa fungsi bintang diciptakan Allah buat manusia. Ada sekitar lima ayat Al-Quran nan menjelaskan fungsi bintang diciptakan Allah.

  1. QS. Al-An’aam ayat 97: Sebagai penerang dalam kegelapan.

  2. QS. An-Nahl ayat 16: sebagai penunjuk jalan atau penunjuk arah.

  3. QS. Al-Mulk ayat 5: sebagai pelempar setan.

  4. QS. Ash-Shaffat ayat 6: sebagai penjaga terhadap setan nan durhaka nan ingin mendengarkan pembicaraan malaikat.

  5. QS. Al-Hijr ayat 16-18: sebagai hiasan bagi orang-orang nan memandangnya.

Dapat dipahami, bahwa bintang diciptakan Allah buat kebaikan bagi manusia. Demikian juga halnya dengan astrologi. Ilmu ini juga memberikan kebaikan atau kegunaan nan besar bagi manusia.
Hal ini dapat dikaji dari surat Al-Mulk ayat 5, Allah Swt berfirman,

"Dan sungguh, telah Kami hiasi langit nan dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang) sebagai alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka nan menyala-nyala."

Arti pelempar setan adalah, menjadikan bintang sebagai petunjuk buat makin mendekatkan diri kepada Allah. Karena bintang, kata imam Qatadah, diciptakan Allah buat menerangi manusia, melempar setan dan hiasan langit. Bagaimana cara buat menjadi bintang sebagai pelempar setan? Semua itu dapat diketahui dengan mempelajari astrologi nan digunakan buat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Namun, bagaimana hukum mempelajarinya?



Hukum Mempelajari Astrologi

Para ulama memang berbeda pendapat mengenai hukum mempalajari astrologi. Hal ini disebabkan adanya imbas pada kesalahan menggunakan ilmu tersebut. Secara umum, ada dua pendapat ulama tenyang mempelajari Astrologi.

1. Pendapat pertama

Pendapat pertama menyatakan bahwa hukum mempelajari astrologi ialah haram. Dalilnya, dikarenakan banyaknya nan menggunakan astrologi buat hal-hal nan tak baik. Misalnya menentukan akan terjadinya musibah atau gempa dahsyat di tanggal, bulan dan tahun sekian. Padahal, nan menentukan terjadinya sesuatu musibah bukanlah bintang.

Para ulama nan berpegang pada pendapat ini mengkhawatirkan jika orang nan mempelajari astrologi menggunakannya buat hal nan membuat umat tak lagi berpegang kepada Allah, tapi kepada bintang.

2. Pendapat kedua

Pendapat kedua menyatakan bahwa pada dasarnya hukum mempelajari astrologi ialah boleh, hingga ada nan menunjukkan kepada bukti-bukti nan menjurus kepada keharamannya. Jika sudah demikian, maka hukum mempelajarinya menjadi haram. Malah, mempelajari astrologi menjadi wajib kifayah jika digunakan buat mengetahui arah kiblat, masuknya waktu shalat, awal dan akhir Ramadhan, dan aplikasi wukuf di Arafah.

Bolehnya mempelajari astrologi juga berlaku, jika ingin membantah pendapat astrolog nan menjauhkan manusia dari Tuhannya. Namun secara umum, para ulama nan memegang pendapat kedua ini menyatakan mempelajari astrologi ialah boleh atau bahasa arabnya jaiz.



Kekhawatiran Generik Mempelajari Astrologi

Pada dasarnya nan dikhawatirkna ulama dari mempelajari astrologi ialah menjadikannya sebagai ramalan hal-hal ghaib. Yaitu, hal-hal nan tidak seorang pun tahu akan apa nan terjadi pada esok harinya. Keberanian para astrolog meramal kehidupan seseorang dengan berpegang pada posisi atau letak dan konfigurasi bintang-bintang di langit.

Para ulama sepakat menyatakan, bahwa tindakan para astrolog nan berani meramal kehidupan seseorang ialah haram. Pasalnya tak ada nan mengetahui hal nan ghaib kecuali Allah Swt. Jika pun ada mengetahui seperti ramalan di dalam hadis Rasulullah, sebab Allah Swt. nan telah memberitahukannya. Namun Rasulullah Saw. bukanlah peramal. Bahkan, apa nan disampaikan Rasulullah Saw. tidak ada interaksi dengan ilmu astrologi .

Misalnya ramalan Rasulullah Saw, "Bakal terjadi di satu masa di masa umatku menjauhkan diri dari para ulama dan fuqaha. Maka Allah akan menimpakan tiga bala atas mereka. Pertama, dicabut kembali berkah usahanya; Kedua, akan dipimpin oleh penguasa nan zhalim; Ketiga, merekan akan meninggalkan alam global tanpa memiliki iman."

Adapun dalil nan menyatakan bahwa hanya Allah nan mengetahui tentang nan ghaib ialah firman Allah Swt.,

"Dia Mengetahui nan Ghaib, tetapi Dia tak memperlihatkan kepada siapa pun tentang nan ghaib itu. Kecuali, kepada rasul nan diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya." (QS. Jin [72]: 26-27)

Artinya, mempelajari astrologi jika bukan buat membawa umat kepada kesesatan, hukumnya ialah boleh. Misalnya dengan mempelajari astrologi, kita dapat memprediksikan kapan masuk waktu shalat, kapan berpuasa, kapan hari raya dan kapan aplikasi wukuf di Arafah. Bukankah ini menjadikan kita lebih mudah buat mempersiapkan segalanya sebelum beribadah kepada Allah?



Inilah Urgensi Mempelajari Astrologi dalam Islam

Astrologi nan digunakan buat ibadah ini pun tidak membuat manusia melupakan atau jauh dari Allah. Malah, ia berperan buat mendekatkan diri kepada-Nya. Sehingga posisi mempelajari astrologi menjadi keharusan. Tentunya, kebolehan mempelajari astrologi tidak melupakan konsep nan diajarkan Rasulullah Saw. melalui hadisnya.

Misalnya dalam menentukan waktu shalat. Meski sudah dapat diprediksikan sejak awal tahun mengenai waktu-waktu shalat fardhu dalam setahun, namum konsep dasar masuknya waktu shalat nan diajarkan oleh Rasulullah Saw. Melalui hadisnya tidak boleh dilupakan.

Jika zhuhur diperdiksi oleh astrolog akan terjadi pada pukul 12.12, maka ialah kewajiban kita buat menceknya berdasarkan hadis Rasulullah Saw. apakah sudah tergelincir matahari atau belum? Demikian halnya dengan hal-hal nan lain dari astrologi nan memberi kegunaan terhadap umat.



Astrologi dan Zodiak

Jadi, sudah kian jelas kenapa Islam menyuruh mempelajari astrologi. Kata menyuruh bukan menunjukkan wajib bagi setiap orang. Namun di setiap daerah sine qua non nan paham tentang astrologi nan difungsikan buat agama. Namun, berbeda jika astrologi nan digunakan peramal atau paranormal? Ini jelas perbuatan haram.

Misalnya saat Anda membaca zodiak di media massa. Berdasarkan zodiak Anda, maka dinyatakan karir Anda tengah gemilang. Interaksi asmara Anda pun tengah menggembirakan, keungan Anda pun dalam kondisi membaik. Inilah kajian astrologi. Namun mempercayai zodiak ini berbahaya terhadap akidah Anda. Jika Anda meyakininya seratus persen, maka secara tak langsung Anda telah menyekutukan Allah Swt.

Pasalnya, tak ada nan tahu hal nan ghaib kecuali Allah. Apa nan dimuat di majalah tersebut hanyalah dugaan berdasarkan ilmu astrologi. Oleh sebab itu, Anda tak boleh mempercayainya.

Namun bolehkah menjadikannya sebagai sekedar memotivasi? Memotivasi dengan menggunakan hasil astrologi, boleh saja. Tapi tetap memiliki keyakinan bahwa apa nan terjadi dengan Anda di kemudian hari tak ada nan tahu. Namun, Anda boleh berdoa kepada Allah semoga apa nan diprediksikan hal-hal baik dengan menggunakan astrologi benar-benar terwujud.

Jika sinkron atau tidak, dengan apa nan dipredisikan, Anda harus ingat bahwa allah nan menjadikan segala sesuatu. Inilah nan mesti Anda pahami dengan baik. Maka, pelajarilah astrologi buat kebaikan umat, tapi jangan digunakan buat meramal hal nan tak baik bagi orang lain.
Ingatlah baik-baik pesan hadis Rasulullah Saw.

"Siapa nan mendatangi peramal dan menayakan sesuatu lalu membenarkannya, maka tak diterima shalatnya selama 40 malam." (HR. Muslim).

Maka jangan percaya kepada ramalan, tapi percaya bahwa Allah akan memberikan kebaikan, jika Anda berbuat baik.

Karena itu, mempelajari astrologi harus dapat menjadi seperti Ira Lathief dalam bukunya "Normal Is Boring." Ada dua cara buat membuat hayati menjadi lebih bermutu. Jadilah orang nan berilmu dan atau jadilah orang nan lucu." Yang diambil dari poin pesan Ira Lathief tersebut ialah jadilah astrolog nan bermutu dengan memanfaatkan baik-baik ilmu astrologi nan dimiliki.