Pengaruh Ketinggian

Pengaruh Ketinggian

Junghuhn ialah salah satu ahli meteorologi nan melakukan pengelompokan atau klasifikasi iklim berdasarkan garis ketinggian. Klasifikasi iklim Junghuhn ini sekaligus bisa menentukan tanaman budidaya nan bisa tumbuh di suatu daerah dengan ketinggian tertentu. Hal tersebut berdasarkan kesesuaian suhu udara dengan ciri tanaman. Setiap tanaman perkebunan memiliki kebutuhan suhu udara eksklusif buat bisa bertahan hidup.

Penggolongan iklim nan dilakukannya ini sangat bermanfaat buat keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan nan ada, termasuk di Indonesia. Tanaman-tanaman perkebunan nan bisa menggunakan panduan dari klasifikasi iklim menurut Junghuhn ini, di antaranya ialah kopi, teh, kina, cokelat, sayuran, dan sebagainya. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udaranya semakin dingin. Ciri tanamannya juga tentu berbeda.



Unsur-unsur pembentuk cuaca dan iklim

Cuaca ialah keadaan udara pada suatu waktu dan pada suatu loka atau lokasi nan sempit. Sedangkan iklim ialah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah nan nisbi lebih luas dengan waktu nan nisbi lebih lama. llmu nan mempelajari tentang cuaca dan segala sesuatu nan berhubungan dengan cuaca tersebut diamakan dengan meteorologi, sedangkan ilmu nan mempelajari iklim beserta segala hal mengenainya dinamakan dengan klimatologi. Suatu forum nan mengamati keadaan harian cuaca ialah Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

Berikut ialah unsur-unsur pembentuk cuaca dan iklim:

1. Suhu udara

Suhu ialah keadaan panas tidaknya suatu daerah atau benda. Suhu udara pada suatu loka sangatlah dipengaruhi oleh besar kecilnya sudut datangnya sinar matahari.

Semakin banyak jumlah sinar matahari nan diterima oleh suatu loka maka suhu udara disana bisa mencapai angka nan tinggi, sedangkan jika sinar matahari nan diterima tak sebegitu banyak maka bisa dipastikan suhu udaranya rendah.

Selain banyak sedikit sinar matahari nan diterima, suhu udara juga dipengaruhi oleh jeda loka tersebut dari lautan. Semakin jauh sebuah loka maka suhu udara di loka tersebu akan semakin panas. Begitu pula sebaliknya, semakin mendekati daerah lautan maka suhu udaranya semakin dingin.

Tinggi suatu loka juga mempengaruhi tinggi rendahnya suatu loka dari permukaan air laut. Semakin tinggi suatu daerah suhu udaranya akan semakin dingin, sedangkan semakin rendah, suhu udara pada loka tersebut akan semakin panas.

2. Tekanan udara.

    Setiap loka dan waktu memiliki tekanan udara nan berbeda-beda. Besar kecilnya tekanan udara pada suatu loka dinyatakan dengan milibar (mb). Alat nan digunakan buat mengukur tekanan udara disebut barometer.

    3. Angin

    Angin ialah konvoi udara dari loka satu ke loka nan lain. Konvoi udara ini mempunyai arah dan kecepatan. Untuk rnengetahui arah konvoi udara ini digunakan bendera angin atau kantong angin. Sedangkan buat mengukur kecepatan angin, digunakan alat nan disebut dengan anemometer.

    4. Kelembaban udara

    Kelembaban udara ialah uap air nan ada di dalam udara. Untuk mengetahui kelernbaban udara ini, digunakan alat nan disebut dengan higrometer.

    5. Curah hujan

    Hujan ialah proses berubahnya uap air menjadi butir-butir air dan kemudian jatuh ke permukaan bumi. Setiap daerah memiliki baku banyak sedikitnya hujan nan diterima. Semakin banyak hujan nan turun disuatu loka maka daerah tersebut memiliki curah hujan nan tinggi. Dan sebaliknya, jika suatu daerah tersebut menerima hujan dalam waktu nan tidak terlalu sering maka curah hujan di daerah tersebut rendah.



    Pembagian Iklim menurut Junghuhn

    Junghuhn mengklasifikasikan iklimnya berdasarkan lima zona, yaitu zona panas, sedang, sejuk, dan dingin. Berikut ini ialah pelukisan klasifikasi iklim menurut Junghuhn.

    1. Zona Panas

    Ketinggian 0-700 meter di atas permukaan bahari (DPL). Zona ini memiliki suhu (temperatur) udara berkisar antara 26,3?C-22?C. Pada ketinggian ini, cocok ditanami jagung, padi, tebu, kelapa, dan coklat.

    2. Zona Sedang

    Ketinggian 700-1500 meter DPL. Suhu udara pada zona ini berkisar antara 22?C-17,1?C. Cocok buat ditanami karet, kina, sayuran, coklat, kopi, dan teh.

    3. Zona Sejuk

    Ketinggian 1500-2500 meter DPL. Jenis tanaman nan cocok pada zona ini ialah pinus, cemara, dan sayuran. Suhu udara di zona ini berkisar antara 17,1?-11,1?C nan merupakan suhu nan cocok buat tanaman-tanaman tersebut.

    4. Zona Dingin

    Ketinggian di atas 2500 meter DPL. Suhu udara di zona ini mulai dari 11,1?c sampai dengan 6,2?C sehingga bisa dipastikan tanaman nan bisa hayati di zona ini hanyalah tanaman berjenis lumut. Tanaman perkebunan tak bisa hayati pada zona ini.

    Sekilas dari pembagian empat zona ini, masih terdapat jenis tanaman nan bisa ditanam tak hanya dalam satu zona saja. Contohnyaadala sayuran. Hal ini memang dikarenakan ada banyak jenis sayuran. Ada jenis sayuran nan bisa dan cocok buat ditanam di daerah sejukdan juga ada sebagian jenis sayuran lain nan cocok buat ditanam di daerah sedang.

    Tentu sebagai petani haruslah memahami tentang hal ini. Agar sayuran nan ditanam bisa sukses tumbuh, dibudidayakan dan nantinya dipanen. Jenis tanaman atau sayuran ini sangat berkaitan dengan ketinggian loka dinama tanaman ini akan di tanam. Karena ada beberapa jenis tanaman nan bisa ditanam di daerah nan tinggi dan tidak bisa ditanam di daerah rendah. Namun juga ada nan berkebalikan, ada jenis tanaman lain nan hanya bisa ditanam di daerah rendah dan tidak bisa ditanama di daerah tinggi.

    Contohnya ialah tanaman kentang. Jenis tanaman ini sangat cocok buat ditanam di daerah nan dingin dan tak cocok buat ditanam di daerah panas. Atau buah stroberi, jenis buah ini sangatlah dapat buat dibudidayakan di daerah nan memiliki taraf ketinggian loka nan besar dan sebaliknya stroberi tak bisa ditanam di daerah dataran rendah.

    Untuk hal seperti inilah pengetahuan tentang iklim nan berhubungan mengenai ketinggian loka sangat diperlukan. Pengetahuan ini tak hanya diperlukan oleh kelompok petani saja tapi juga bagi orang nan memang ingin atau punya minat di bidang pertanian.

    Jika tak memiliki pemaham nan benar, dapat jadi seseorang mencoba-coba buat menanam buah stroberi di kebun belakang rumahnya. Dimana tempatnya ialah di aderah dataran rendah. Tanpa ada pengetahuan dasar mengenai interaksi ketinggian loka dengan iklim di loka tersebut nan menentukan cocok tidaknya suatu tanaman buat ditanam, tentu akan memberikan imbas nan fatal. Setelah menunggu-nunggu berapa lama, tanaman stroberi nan ditanam tak bisa berkembang dan tumbuh dengan baik, apalagi buat berbuah.



    Pengaruh Ketinggian

    Ketinggian memang berpengaruh terhadap suhu udara di suatu tempat. Pada akhirnya, semuanya ini akan berpengaruh pada iklim di bumi. Ketinggian dan suhu memiliki kondisi nan berbanding terbalik. Semakin tinggi suatu daerah, temperaturnya semakin rendah sehingga semakin dingin pula daerah tersebut.

    Setiap pertambahan ketinggian sebanyak 100 meter, temperatur udara akan turun sebesar 0,6?C. Itulah nan menyebabkan Junghuhn bisa mengklasifikasikan iklim ini nan secara tak langsung mengklasifikasikan tanaman nan cocok pada iklim-iklim tersebut.

    Para pengusaha perkebunan bisa menjadikan klasifikasi iklim menurut Junghuhn ini buat melakukan pemilihan perkebunan nan cocok di daerahnya. Hal itu dilakukan agar tanaman nan ditanamnya bisa tumbuh, berbuah lebat, dan akhirnya bisa memberikan. Namun, perlu diperhatikan pula faktor-faktor lain, selain suhu dan ketinggian, nan juga mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya tanaman-tanaman tersebut.

    Pengetahuan tentang iklim memang terkadang sangat dibutuhkan dalam menentukan jenis tanaman nan sinkron dengan keadaan tempat. Hal ini sangat berkaitan dengan keberhasilan dari usaha pertanian nan dijalankan.

    Jika memang telah dilakukan penanaman jenis tanaman nan cocok dan sinkron maka kemungkinan buat sukses akan terbuka lebih luas. Dan sebaliknya, jika terjadi kesalahan dalam menentukan jenis tanaman berdasarkan jenis iklim nan berada pada daerahnya maka akan lebih terbuka kesempatan buat gagalnya usaha perkebunan ini.

    Pembagian iklim menurut Junghuhn ini tentu sangat memberikan kontrbusi langsung bagi perkembangan global pertanian dan tentunya bagi para petani. Dengan ini petani akan terhindar dari mengalami kerugian dampak salah menanam tanaman nan tak tepat dan sinkron dengan keadaan iklim atau pun factor-faktor nan mempengaruhi iklim di daerah loka tinggalnya.