Prinsip #1: Jangan Sedih Sendiri

Prinsip #1: Jangan Sedih Sendiri

Hidup di global nan penuh ketidakpastian, tak dipungkiri niscaya ada momen-momen dimana kita 'jatuh' dalam kesedihan, rasa duka, stres, kemarahan, frustasi, dan sebaginya. Bagaimana kita mengatasinya agar tak berlarut-larut? Beberapa tips jitu berikut bisa membantu mengembalikan suasana hati dan perasaan Anda!



Prinsip #1: Jangan Sedih Sendiri

Ini sudah prinsip klasik nan wajib Anda patuhi. Terkadang memang ada momennya kita ingin ditinggalkan sendiri buat merenungkan situasi kita, tapi jangan lama-lama. Biar bagaimana pun Anda harus memiliki minimal satu orang kepercayaan nan dapat diajak berbagi dan mencari solusi. Kesedihan berlarut-larut nan dihabiskan dalam kesendirian bisa berujung pada tindakan destruktif seperti percobaan bunuh diri loh!

Adanya orang lain akan mampu meringankan beban nan kita miliki ketika sedang bersedih. Terutama beban pikiran nan terasa amat berat apalagi jika harus ditanggun sendiri.

Kehadiran orang lain akan juga mampu membuat kita lupa akan kesedihan nan sebetulnya sangat memberatkan kita. Berat atau tidaknya masalah berasal dari alam pikir seseorang itu sendiri.

Semakin ia berpikir bahwa masalah nan dihadapinya ialah begitu berat maka niscaya ia akan berlama-lama dalam keadaan nan tak menentu tersebut. Saat seperti ini lah butuh adanya seorang teman nan selalu mengingatkan akan pentingnya berbagi.

Teman nan baik ialah teman nan mampu berbagi di kala suka dan duka. Bukan teman nan hanya datang di saat suka saja tetapi saat duka semua orang berusaha mengambil jarak. Tentunya teman seperti itu bukanlah teman nan baik.

Seorang teman nan memberikan support atau dukungan baik moral maupun spiritual akan meringankan beban pikiran nan membuat kita bersedih. Jadi jangan ragu buat selalu berbagi masalah pada teman.

Tentunya, berbagilah dengan orang nan kita anggap tepat sebagai loka buat mencurakan segala penat pikiran nan selama ini membuat kita bersedih. Akan ada banyak sekali kejutan nan kita bisa saat berbagi tersebut. Dan dari kejutan itu ada solusi nan membuat kita kembali tersenyum setelah lama mendung sebab sdih.

Prinsip #2: Ambil Waktu

Ketika suasana hati sedang kalut, jangan langsung bereaksi atau mengambil keputusan -itu berbahaya! Pernah melihat mainan snow globe nan baru dikocok? Seperti itulah otak Anda ketika sedang kalut. Maka, sama seperti snow globe nan membutuhkan waktu sampai serpihan saljunya turun ke bawah, demikian juga otak Anda membutuhkan waktu buat jernih setelah ia 'dikocok' oleh masalah nan menimpa.

Memberikan ruang dan waktu buat berpikir pada diri sendiri ialah hal nan baik. Tetapi nan perlu dicatat ialah hal nan hiperbola akan juga memberikan hasil nan kurang baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa gula memiliki rasa nan manis.

Semua orang niscaya suka gula sebab memang rasanya nan memanjakan lidah. Namun jika terlalu banyak mengkonsumsi gula juga kurang baik bagi kesehatan. Berbagai penyakit dapat menghinggapi bagi orang nan terlalu banyak mengkonsumsi gula. Salah satu penyakit nan diundang tersebut ialah diabetes.

Sama seperti itu, memberikan sedikit ruang buat berpikir sejenak agar pikiran menjadi tenang dan jenih ialah hal baik. Tetapi jika hal tersebut dilakukan terlalu lama juga akan berakibat kurang baik bagi diri sendiri.

Terlalu berlaru-larut dalam kesedihan akan menyebabkan seseorang menjadi stres dan semakin meninggalkan lingkungan dunianya nan sebenarnya. Interaksi sosial nan seharusnya terjalin pun semakin lama semakin pudar.

Cukuplah waktu nan diberikan buat berpikir ialah mengenai apa dan bagaiamana solusinya. Jangan biarkan hal lain mempengaruhi atau terlalu lama berlarut dalam kesedihan.

Seperti air nan butuh mengalir buat membuatnya selalu jernih. Jangan biarkan terlalu lama air itu berhenti dan mengendapkan kotorannya di dalamnya. Biarkan air itu mengalirkan kotoran itu ke loka lain. Dengan demikian berbagai penyakit nan dapat diakibatkan oleh endapan air dapat hilang.

Jadi jangan terlalu lama berdiam diri buat memberikan ruang waktu bagi diri sendiri buat berpikir.

Prinsip #3: Berlari kepada Tuhan

Apapun agama nan Anda anut, iman akan membuat Anda lebih tenang dan damai. Maka milikilah iman di saat Anda down . Banyaklah berdoa, ceritakan beban kehidupan Anda pada Yang Di Atas dan jangan ragu buat mencari solusi dari kitab-kitab suci.

Tidak ada loka nan paling kondusif di global ini selain kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sang pemilik alam semesta dimana kepadaNya lah kita akan kembali.

Manusia membutuhkan loka nan nyaman dan kondusif ketika menghadapi sebuah masalah nan sedang menimpa dirinya. Bahkan tak sporadis nan menyalahkan Tuhan Yang Maha Esa atas segala hal nan menimpanya. Padahal semua itu juga merupakan pilihan seseorang kenapa hal tersebut sampai dapat terjadi.

Dengan berlari kepada Tuhan Yang Maha Esa maka akan ada perasaan damai nan tak pernah dirasakan pada perasaan lainnya. Manusia selalu membutuhkan loka buat berlari dan sebaik-baiknya loka buat berlari bagi manusia ialah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Prinsip #4: Hadiahi Diri Sendiri

Beri semangat dan motivasi pada diri sendiri, misalnya buatlah komitmen buat membeli seporsi besar makanan favorit Anda sebagai ' reward ' setelah Anda sukses mengatasi nan kini Anda hadapi. Tidak perlu muluk-muluk, nan krusial dapat memicu semangat Anda.

Hadiah ialah langkah atau taktik jitu nan telah terbukti keampuhannya. Akan ada banyak sekali semangat nan dapat ditimbulkan dari adanya hadiah. Semangat nan sebelumnya loyo dapat menjadi menggebu-nggebu ketika tahu akan ada hadiah nan siap menyambut kita di depan.

Oleh sebab itu, dengan memberikan hadiah bagi diri sendiri atas segala keberhasilan nan telah dicapai dalam mengontrol emosi dan perasaan merupakan hal nan sangat wajar buat dilakukan. Cobalah cara ini ketika anda sendiri sedang berusaha mengendalikan emosi anda.

Prinsip #5: Berawal dari Pikiran

Definisikan kembali apa makna 'bahagia'. Terkadang kita menjadi drop hanya sebab menargetkan sesuatu nan terlalu muluk-muluk buat dicapai, padahal nan namanya kebahagiaan bukanlah sebuah tujuan yan memerlukan syarat tetapi a state of mind . Jika Anda berpikir bahagia, maka Anda akan bahagia.

Semua hal nan dimulai oleh manusia memang bersumber dari pikirannya itu sendiri. Perasaan senang, takut, dan juga sedih semuanya ialah berasal dari dalam diri manusia itu.

Contoh konkret nan paling besar ialah rasa takut manusia akan hantu. Manusia memang takut akan hal nan tak dapat diinderanya, termasuk hantu nan tak dapat dindera oleh mata manusia.

Bahkan tak sporadis sebab ketakutannya tersebut manusia bertingkah amat aneh dan konyol. Walaupun tak menafikan bahwa ada di global ini nan tak dapat dijelaskan oleh akal manusia.

Tetapi point nan diambil ialah rasa takut manusia nan berasal dari pikiran itu sendiri nan membuat manusia menjadi lebih ketakutan. Dalam kondisi nan sama yakni pada suatu bangunan rumah dengan keadaan nan gelap akan berbeda dengan keadaan nan terang.

Padahal kondisinya sama yakni masih berada di dalam bangunan tersebut. Tetapi rasa takut nan diberikan atau distumulus oleh otak atau pikiran manusia akan gelap membuat suasana rumah menjadi lain dan tingkah kita sebagai manusia juga menjadi lain.

Sama halnya dengan datangnya suatu masalah nan terus bertubi-tubi. Jika kita mampu mengatasi pikiran kita sendiri terlebih dahulu maka solusi nan akan dicari akan lebih mudah dan gampang. Namun bila kita terlalu lama berkutat pada pikiran maka dapat dipastikan solusi nan dicari tak akan pernah ketemu.

Prinsip #6: Cari Pelepasan

Lakukan hal nan sudah lama tak Anda lakukan, seperti menyetir ke Puncak dan makan jagung bakar atau membuat kerajinan tangan. Melakukan hal-hal repetitif seperti merajut, memasak, dll sangat bagus buat mereduksi stress, loh!

Prinsip #7: Ekspresikan!

Siapa bilang kemarahan itu nggak boleh diungkapkan? Seringkali kita dibesarkan dalam budaya nan menabukan 'marah-marah'. Padahal dalam situasi tertentu, tak ada salahnya Anda bersikap terus terang, ungkapkan ketidaksukaan Anda dengan cara nan tetap sopan. Dengan demikian aspirasi Anda tersalurkan dan kemungkinan diterima oleh versus lebih besar sebab Anda menyampaikannya dengan baik.