Abimanyu dan Pewayangan

Abimanyu dan Pewayangan

Abimanyu ialah salah satu tokoh dalam cerita legenda Mahabharata. Ia merupakan putra dari Arjuna dan seorang wanita bernama Subadra. Abimanyu berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, abhi nan artinya 'berani' dan man’yu nan artinya 'tabiat'. Jika diartikan secara keseluruhan, Abimanyu ialah seorang manusia nan berani dan berjiwa pahlawan. Arti nama ‘Abimanyu’ nan latif inilah nan membuat banyak orangtua menamakan anak laki-lakinya dari salah satu karakter wayang Abimanyu .



Nama dan Karakter

Terlahir dengan nama "tangguh” seperti itu, ternyata berpengaruh terhadap tumbuh bunga Abimanyu. Seolah mempertanggungjawabkan nama nan diberikan kedua orang tuanya, Abimanyu pun tumbuh menjadi seorang nan berjiwa ksatria. Di Indonesia, cerita mengenai Mahabharata nan penuh dengan pesan positif dapat kita nikmati melalui cerita wayang. Kisah nan menarik ini benar-benar menjadi salah satu akar mengapa hingga saat ini masih banyak anak laki-laki terutama nan masih mempunyai darah Jawa memiliki nama Abimanyu.

Salah seorang petinggi negeri ini nan sekarang sedang ditunjuk buat membenahi sistem keuangan buat uruasn haji juga bernama Abimanyu. Abimanyu nan satu ini bukan saja seorang pejabat pemerintahan. Ia juga seorang pemusik handal nan tak main-mainnya. Karya musiknya nan berkaloborasi dengan pemusik lain telah memenangkan penghargaan taraf internasional. Permainan musiknya sangat bagus. Masa mudanya dihabiskan dengan bermain basket, bermusik, siaran di radio Geronimo Yogyakarta selain tetap fokus pada pelajarannya.

Abimanyu terkenal dengan ketekunannya hingga tak heran ketika Sri Mulyani mundur, orang banyak mengira bahwa Abimanyulah nan akan menggantikannya. Namun, ternyata Abimanyu mundur dan kembali ke UGM. Kini, ia diajak berkiprah di Kementerian Agama. Ketrampilan, inteltualitas, dan pribadinya nan berkarakter, sangat dibutuhkan oleh Kementerian Agama nan sempat dicap sebagai salah satu sarang korupsi berjamaah. Abimanyu sepertinya telah dapat membuktikan bahwa namanya memang menunjukan karakter dirinya. Hal inji tentu saja sinkron dengan asa orangtuanya. Ia tetap ramah dan rendah hati sekaligus tetap menunjukkan kelas seoarng intektual nan hebat.

Kaitan antara nama dan karakter ini sangat dihayati oleh orang Indonesia. Nama ialah asa dan doa. Tidak sembarangan orangtua memberi nama kepada anak-anak mereka. Bahkan ada nan meminta orang alim atau orang nan dipandang sangat cerdas, cendikiawan, dan sangat bijak, buat memberi nama kepada seorang bayi yangt baru lahir.

Dalam Islam, memberi nama itu ialah kewajiban pertama orangtua terhadap anaknya. Dengan nama nan latif itulah sang anak akan dipanggil di global dan di akhirat. Nama nan latif niscaya akan menyenangkan baik bagi orang nan memanggil maupun bagi nan dipanggil. Nama buat anak laki-laki nan dianjurkan ialah Muhammad, Ahmad, Abdullah atau nama para sahabat. Nama itu tak harus panjang. Cukup satu kata saja. Yang membedakan nama satu dengan nama nan lainnya ialah bin nan dipakai. Bin nan digunakan niscaya berbeda sebab mempunyai bapak nan berbeda. Kalaupun dari satu keluarga, namanya niscaya berbeda walaupun bin nan digunakan sama.

Untuk anak perempuan juga begitu. Cukup gunakan satu kata dengan mengambil nama dari orang-orang terdahulu nan mempunyai karakter dan keperibadian nan baik nan mencerminkan kepribadian penghuni surga. Dengan menyandang nama orang alim itu, dalam hal ini orantua telah menitipkan doa bagi anaknya tersebut. Sebut saja misalnya, Maryam, Fatima, Zainab, Atikah, dan lain-lain. Nama dengan menggunakan bahasa lain pun tak menjadi masalah asalkan memang mengandung makna nan baik.



Abimanyu Dalam Mahabharata

Dalam cerita Mahabharata, ia merupakan kesatria dengan usia termuda dari para Pandawa nan gugur dalam pertempuran di Kurukshetra. Ia meninggal ketika terperangkap dalam formasi nan diciptakan oleh pihak Kurawa pada usia 16 tahun. Formasi tersebut memiliki bentuk nan cukup rumit seperti labirin nan melingkar. Kematian karakter Abimanyu ini tentu saja membuat kesedihan nan begitu mendalam. Ia diharapkan menjadi penerus dari kerajaan. Karakternya nan baik dan penampilannya nan rupawan ialah hal nan begitu latif dimiliki oleh seorang anak muda.

Jauh sebelum kematiannya, Abimanyu telah menikahi seorang gadis bernama Utara. Gadis itu merupakan putri Raja Wirata. Ia menikah pada usia nan masih sangat muda. Saat ia pergi berperang, Utara tengah dalam keadaan hamil. Tragisnya, anak Abimanyu dan Utara lahir sesaat setelah Abimanyu meninggal. Nama dari putra Abimanyu ialah Parikesit. Kisah Parakesit juga tak terlalu berbeda dengan ayahnya. Ia memiliki pribadi nan latif seperti ayahnya. Ia menjadi kebanggaan keluarganya. Kisah wayang Abimanyu ini memang menguras air mata. Kalau bahagia menonton acara wayang, ketika kematian Abimanyu dikisahkan, maka suara sang dalang dan musiknya akan membaut suasana sedih semakin menyayat hati.

Kepandaian sang dalang menggambarkan bagaimana Abimanyu menjalin kasih dan ikut dalam peperangan nan harus dihadapinya, akan membuat hati tertegun. Bahwa ketika seorang anak telah didik dengan baik, ia akan tumbuh menjadi anak nan baik. Anak nan baik ini akan tahu bagaimana cara mengabdi kepada keluarga dan bangsanya. Ia tidak akan pernah gentar walau harus meninggalkan istrinya nan sedang hamil besar. Ia akan maju pantang menyerah demi membela kehormatan bangsanya. Baginya kehormatan itu ialah nyawa. Ketika kehormatan harus dibela, maka nyawa pun rela dilepaskan.

Pihak Kurawa memang sangat licik. Gerombolan raksasa ini seolah sangat haus darah musuhnya. Mereka membuat berbagai strategi agar dapat memenangkan perang tersebut. Salah satu startegi Kurawa ialah dengan membentuk labirin. Labirin tersebut “terbuat” dari barisan manusia nan memegang senjata masing-masing. Sebenarnya, hanya Arjuna nan dapat lolos dan mematahkan formasi tersebut. Namun, Kurawa nan terobsesi mengalahkan Pandawa sukses mengakali Arjuna buat tak datang ke pertempuran. Akhirnya, Abimanyulah nan diutus pergi ke medan perang. Kepergian Abimanyu berakhir dengan kematiannya.

Kematian Abimanyu ini tentu saja membuat hati Arjuna sangat sakit dan sangat kecewa. Ia bersedih meratapi kematian anaknya nan sangat disayanginya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Peperangan memang membutuhkan pengorbanan. Perjuangan harus menumpahkan darah. Darah anak pertiwi nan relah berkorban. Kematian Abimanyu tak akan sia-sia. Ia terbang ke nirwana dan hayati dalam alam keabadian nan indah.

Inilah salah satu kisah nan dapat membangkitkan rasa nasionalisme nan tinggi. Anak negeri ini harusnya tetap dapat menikmati kisah Abimanyu ini dengan baik. Kisah nan sangat baik ini dapat mengisi relung hati anak bangsa. Sayangnya tontonan anak bangsa ini lebih banyak berasal dari Hollywood. Tidak mengherankan kalau mereka banyak nan terpengaruh ingin menjadi seperti karakter pujaannya.



Abimanyu dan Pewayangan

Abimanyu dalam pewayangan Jawa ialah sosok penting. Cerita mengenai Abimanyu dalam pewayangan tak terlalu jauh berbeda dengan cerita Mahabharata, tentu saja sebab cerita pewayangan semuanya terinspirasi dari cerita Mahabharata. Dalam pewayangan, ia juga putra dari Arjuna dan Subrada. Kedudukannya tentu saja sangat penting. Ia ialah anak seorang pemanah paling hebat dan ibu nan tidak kalah hebatnya.

Rupanya nan menarik dengan kepribadian nan menawan, membuat Abimanyu telah mendapatkan kepercayaan nan luar biasa dari kedua orangtuanya. Terlepas dari kisah nan terkesan sangat kurang masuk akal orang-orang nan mempunyai etos nan berbeda, kisah perjuangan dan tata krama nan dihadirkan dalam wayang ini, dapat menjadi salah satu cara memberikan citra tentang karakter yangt baik.

Wayang Abimanyu diceritakan mendapatkan sebuah wahyu bernama Wahyu Makutha Raja dari kesetiaan tapanya pada Sang Dewa. Wahyu tersebut mengatakan bahwa keturunan Abimanyulah nan nantinya akan berkuasa atas Kerajaan Hastina. Abimanyu ialah sosok pilihan dewa. Ketika Abimanyu masih dalam kandungan, dewata memberinya wahyu hidayat yang membuatnya mengerti berbagai hal meskipun masih berada dalam kandungan.

Beranjak dewasa, dewata memberinya wahyu cakraningrat. Siapa pun nan memiliki wahyu cakraningrat dipercaya mampu menurunkan tahta dari raja-raja besar. Dalam cerita pewayangan, Abimanyu diceritakan mempunyai dua orang istri. Istri pertama ialah putri Prabu Kresna bernama Dewi Siti Sundari. Dari pernikahan pertamanya, Abimanyu tak mendapatkan keturunan. Kemudian, ia menikah lagi dengan Utara. Dari Utaralah, ia mendapatkan keturunan.

Cerita nan memiliki akar budaya dari negara India ini memiliki banyak nilai positif. Cerita nan sudah memiliki umur sangat lama ini nyatanya masih mendapat sambutan menarik dari masyarakat luas. Budaya pewayangan di Indonesia, khususnya Jawa, dapat dikategorikan sebagai salah satu upaya pelestarian cerita legenda Mahabharata ini.