Kata-kata Mutiara Tentang Shalat

Kata-kata Mutiara Tentang Shalat

Pada tahun 2009, nama Abu Sangkan sangat terkenal dengan "Metode Shalat Khusyuk". Metode shalat khusyuk ialah hasil belajar, perenungan, dan latihan. Istilah beliau "Berguru Langsung Kepada Allah." Praktik bagaimana mencapai shalat khusyuk, saat itu rutin ditayangkan di sebuah stasiun Metro TV selama Ramadhan menjelang berbuka puasa.

Oleh sebagian umat Muslim, metode nan diajarkan Abu Sangkan sangat positif sebab berusaha mengajak umat muslim buat benar-benar menyelami dan menerapkan makna, getaran bacaan, dan gerakan shalat, sehingga dapat mencapai kekhusyukan. Sebagian lagi menilai, beliau telah "salah jalan" sebab menambah-nambahkan apa nan tak dicontohkan baginda Nabi Muhammad saw. Apa itu nan ditambahkan? Yakni apa dan bagaimana supaya shalat dapat khusyuk.

Memang, ada hadis dari Nabi nan menyebutkan, "Shalatlah engkau sebagaimana saya shalat". Faktanya, di antara sesama muslim saja "bertengkar" soal bagaimana tata-cara shalat nabi tersebut. Satu golongan mengatakan, misalnya Subuh tak pakai doa qunut, golongan lain pakai qunut. Lalu, saat membaca doa Tasyahud (tahiyatul akhir) tak boleh menggunakan Sayyidina Muhammad . Golongan lain mengatakan, pakai sayyidina . Serta banyak lagi contohnya.

Bukankah, menurut kita nan awam, lebih baik shalat dari pada tak sama sekali. Abu Sangkan justru tak masuk ke wilayah itu dan tak "mengobok-obok" apa nan sudah menjadi kelaziman dalam shalat, seperti shalat 5 waktu sehari semalam sejumlah 17 rakaat. Termasuk bacaan dan rukun di dalam shalat.

Maghrib 3, Isya 4, Subuh 2, Zuhur 4, Ashar 4, dan jumlahnya 17 rakaat. Beliau mengenalkan teknik shalat khusyuk agar ketika saat mengangkat takbir "Allah Akbar", kita betul-betul merasakan getaran kehadiran Allah SWT menyaksikan shalat kita. Begitu pula dengan gerakan rukuk, sujud, tahyatul, dan seterusnya.

Pendek kata, semua gerakan, jumlah rukun shalat, bacaan shalat nan dilakukan oleh Abu Sangkan sama saja sebagaimana kita shalat sehari-hari. Di sinilah mengapa pandangan suatu golongan nan mengatakan ia sesat, menjadi tak logis dan rasional. Apalagi, MUI sendiri saja tak pernah menfatwakan Abu Sangkan sesat.



Perspektif Golongan nan Kontra

Sahabat Ahira, berikut ini tim redaksi akan mengutarakan pendapat atau opini suatu golongan nan menganggap Abu Sangkan sesat. Kami (redaksi Ahira) di sini bukan buat membela siapa-siapa, melainkan hanya menyajikan dan merangkum mereka nan pro dan kontra.

  1. Abu Sangkan memberi pelatihan shalat di hotel-hotel dengan tarif tertentu. Hal inilah nan oleh sebagian golongan Islam dianggap sesat menyesatkan. Mengapa pelatihan shalat saja harus dibisniskan.

  2. Pelatihan shalat khusyuk tak pernah diamalkan oleh para sahabat maupun Rasulullah.

  3. Pelatihan shalat khusyuk menurut Abu Sangkan, "Heningkan pikiran agar rileks. Tubuh tak tegang. Tidak perlu konsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening. Biarkan tubuh meluruh, lemaskan, serileks mungkin. Kemudian rasakan getaran qalbu. Bangkitkan pencerahan diri."

  4. Abu Sangkan dinilai penganut sinkretisme nan mencampurkan meditasi Hindu-Buddha ke dalam shalat.

  5. Pelatihan shalat di hotel. Bukankah Islam menyuruh bersikap sederhana dan tak bermewah-mewahan.


Perspektif Golongan nan Pro

Kata H. Mulyadi SE, MM, seorang mentor motivator, "Yang tampak tak seperti kelihatannya". Kelihatannya beliau mengkomersilkan agama dengan tarif sekian buat pelatihan shalat. Padahal tidak.

  1. Fakta nan tak terlihat, dalam testimoni beliau sendiri serta testimoni orang nan pernah dilatih shalat, tak ada patokan infaq biaya tertentu. Pelatihan shalat di kampus-kampus, tak dipungut biaya. Hotel hanya buat "memfasilitasi" kebutuhan orang-orang eksklusif agar lebih nyaman dalam pelatihan. Hotelnya pun bukan milik beliau, biaya tersebut digunakan "patungan" buat menyewa aula hotel, bukan hotelnya secara keseluruhan. Dan bukan membisniskan agama sebagai komoditas.

  2. Beliau terbuka dan silakan datang dan buktikan. Ikuti pelatihan shalat langsung dari beliau.

  3. Beliau tak mengubah sedikitpun "gaya", bentuk, rukun, bacaan, takbir, rukuk, atau sujud shalat. Beliau mengajarkan teknik, bagaimana mencapai shalat khusyuk dengan sejumlah latihan nan tak dapat dilakukan hanya sekali-dua kali. Hal ini menurut golongan nan kontra tak dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Dalam Islam memang ada hadis nan masih perlu dikaji lagi, yakni "apa nan dicontohkan oleh Nabi tak boleh dilakukan". Gara-gara hadis inilah umat Islam sering berseteru. Misalkan, cara membaca Alquran pun tak "dicontohkan" oleh Nabi. Lalu, timbullah tajwid dengan konsep-konsep Iqra nan memudahkan tua, muda, anak-anak belajar metode Quran.

Pada sisi nan lainnya, gara-gara hadis tersebut mestinya umat Islam tak boleh menggunakan internet, handphone, naik mobil, punya akun email dan fb, dan seterusnya. Karena, hal tersebut tak dicontohkan oleh nabi.

Di sinilah mengapa umat Islam terkadang berbeda pendapat dan selalu berselisih. Begitu pula halnya dengan "Shalat Khusyuk", kita tak pernah diberitau oleh orang tua kita, seperti apa caranya? Lalu Abu Sangkan datang dengan metode mencapai shalat khusyuk. Tentu dengan teori dan praktik langsung.



Kata-kata Mutiara Tentang Shalat
  1. Allah SWT menyebutkan, shalat ialah nan menyebabkan Allah memberikan ridha-Nya kepada manusia.

  2. Shalat ialah teladan dari Nabi Muhammad saw.

  3. Shalat ialah ibadah pertama nan ditanya di Hari Kiamat.

  4. Shalat ialah cahaya hikmah, landasan keimanan dan klarifikasi mengapa doa diterima.

  5. Shalat ialah karena diterimanya amal saleh.

  6. Shalat menyebabkan harta kekayaan nan diperoleh menjadi berkah.

  7. Shalat ialah senjata menghadapi musuh.

  8. Shalat ialah cahaya dalam kegelapan di alam kubur.

  9. Shalat menjauhkan manusia dari barah neraka.

  10. Shalat ialah rukun Islam.

  11. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya nan demikian itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang nan khusyuk. (QS. Al-Baqarah 45-46)


Profil Abu Sangkan

Abu Sangkan kelahiran Banyuwangi, 8 Mei 1965. Beliau sejak kecil terbiasa hayati mandiri. Kakeknya memiliki pesantren dan sejak remaja sudah sangat tertarik dalam pendalaman ilmu agama. Sempat pula belajar di pesantren Al-Ihya', Bogor, milik KH. Mohammad Husni Thamrin dan KH. Abdullah bin Nuh.

Sempat pula kuliah di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah dan Filsafat dan sempat pula menjadi pebisnis eksportir ikan hias.

Pengalaman mengenai bagaimana shalat khusyuk, mula-mula hanya disampaikan kepada orang-orang terdekat. Lama-lama, makin banyak nan tertarik. Lalu, pada Tahun 2000, seseorang menuliskan tentang beliau di sebuah milis. Kemudian penggalan pengalaman beliau dibukukan menjadi "Pelatihan Shalat Khusyuk".

Buku ini laris manis. Ditambah lagi beberapa tahun kemudian, beliau diminta mengisi acara program Ramadhan sebelum berbuka puasa di Metro TV. Nama Abu Sangkan terkenal sampai ke luar negeri. Dengan rendah hati beliau selalu katakan, "mohonlah kepada sesama muslim buat saling menasihati dengan kebaikan. Saya bukanlah seorang pembawa ajaran shalat versi baru. Bagi nan ingin belajar silakan datang dan lihat, lalu pelajari."

Sahabat Ahira, shalat ialah ibadah paling tinggi tiang agama. Shalat pula pembelajaran dalam disiplin waktu. Janganlah kita sebagai umat muslim nan beragama Islam, pengetahuan dan cara kita shalat masih saja kualitas bawah. Selain itu, mengapa kita dapat merasakan getaran perasaan sedih, senang, haru, dan gembira saat mendengarkan lagu musik. Tapi, mengapa sudah tak tergetar lagi apabila mendengarkan ayat kudus Al-Quran.

Melalui "Metode Shalat Khusyuk", Abu Sangkan ingin membawa kita buat merasakan sebuah dimensi kekayaan batiniah dalam bacaan, gerak, dan rukun shalat. Tidak peduli latihan shalatnya apakah di hotel atau di atas air. Kita masih bisa merasakan kehadiran Allah SWT. Bukankah orang Islam diajarkan, "Shalatlah kamu dengan sungguh-sungguh sebab sesungguhnya Allah hadir dan melihat kamu saat sedang shalat". Bagaimana menurut Anda mengenai metodenya Abu Sangkan?