Menelisik Jejak Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

Menelisik Jejak Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

Zaman dahulu, sebelum kemerdekaan, Indonesia merupakan negara nan terdiri atas kerajaan-kerajaan. Kerajaan-kerajaan itu memiliki corak nan berbeda-beda, yaitu Hindu, Budha, dan Islam. Kerajaan-kerajaan itu pun tersebar hampir di seluruh nusantara, di antaranya Kerajaan Kutai .

Kerajaan Kutai atau nama lengkapnya Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan tertua di Indonesia nan bercorak kerajaan Hindu. Kerajaan ini berlokasi di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Pusat pemerintahan kerajaan Hindu ini terletak di Muara Kaman, persisnya di hulu sungai terbesar di Kalimantan Timur, yaitu Sungai Mahakam. Diperkirakan, menurut para ahli, kerajaan ini muncul pada abad ke-4 M. Bagaimana sejarah perjalanan dari kejayaan kerajaan tertua di Indonesia ini?

Kerajaan Kutai - Sejarah Singkat Kerajaan Kutai

Kita dapat belajar dari sejarah masa lalu, termasuk juga dari sejarah nan menjadi awal terbentuknya negara Indonesia ini. Indonesia pada awalnya berbentuk kerajaan-kerajaan nan tersebar di seluruh wilayahnya. Kerajaan tertua nan ada di Indonesia ialah kerajaan Kutai. Bukti sejarah nan menguatkan eksistensi Kerajaan tertua ini ialah dengan ditemukannya sebuah prasasti. Konon, prasasti itu disebut dengan nama Yupa. Yupa atau prasasti itu merupakan loka nan terbuat dari batu buat upacara pengorbanan.

Upacara itu dipersembahkan buat para dewa sebagai penguasa langit dan bumi. Diperkirakan, ada sekitar tujuh Yupa atau prasasti nan menggambarkan keberadaan Kerajaan tertua di Indonesia ini. Satu dari tujuh Yupa itu menerangkan bahwa nan memerintah Kerajaan tersebut saat itu ialah Mulawarman. Yupa-yupa itu dibangun atas perintah Raja Mulawarman sebagai bentuk persembahan buat para dewa. Di Yupa itu pun tertulis nama Raja Mulawarman. Saat itu, Raja Mulawarman memberikan sekitar 20.000 ekor sapi buat kaum Brahmana.



Mulawarman

Mulawarman merupakan keturunan pertama (anak) dari Aswawarman dan keturunan kedua (cucu) dari Kundungga. Raja Mulawarman merupakan raja ke tiga dari Kerajaan Kutai. Saat menjabat sebagai Raja Kutai, Mulawarman memiliki sebutan Maharaja Mulawarman Nala Dewa. Raja Mulawarman memerintah Kerajaan tertua di Indonesia ini pada Abad ke-4 Masehi. Sosok Raja Mulawarman sangat dicintai oleh rakyatnya sebab kepemimpinannya nan bijaksana.

Pada masa kepemimpinan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai berada pada masa keemasan. Wilayah kerajaan pun hampir menguasai seluruh daerah Kalimantan Timur. Rakyat pun berada dalam kesejahteraan dan kemakmuran. Pemerintahan raja Mulawarman membawa kesejahteraan nan diidam-idambkan oleh rakyatnya kala itu.



Aswawarman

Aswawarman ialah Ayah dari Raja Mulawarman. Raja Aswawarman diperkirakan merupakan raja pertama di Kerajaan tertua di Indonesia nan bercorak Hindu ini. Gelar Wangsakerta atau pembentuk keluarga diberikan kepada Raja Aswawarman sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai.

Kerajaan Kutai - Akhir dari Kejayaan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai telah beberapa kali berganti kepemimpinan. Kerajaan tertua di Indoensia ini berakhir pada masa kepemimpinan Maharaja Dharma Setia. Raja Dharma Setia tewas dalam pertempuran melawan Kerajaan Kartanegara nan dipimpin oleh Aji Pangeran Panji Mendapa. Perlu diketahui bahwa Kerajaan Kutai nan dibahas di atas (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Berikut ini nama-nama raja nan pernah memerintah atau berada di atas puncak pimpinan kerjaan tertua di Indonesia:

  1. Maharaja Kundungga, raja pertama Kerajaan Kutai.
  2. Maharaja Aswawarman.
  3. Maharaja Mulawarman Nala Dewa, masa keemasan Kerajaan Kutai.
  4. Maharaja Marawijaya Warman.
  5. Maharaja Gajayana Warman.
  6. Maharaja Tungga Warman.
  7. Maharaja Jayanaga Warman.
  8. Maharaja Nalasinga Warman.
  9. Maharaja Nala Parana Tungga.
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa.
  11. Maharaja Indra Warman Dewa.
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa.
  13. Maharaja Candrawarman.
  14. Maharaja Sri Langka Dewa.
  15. Maharaja Guna Parana Dewa.
  16. Maharaja Wijaya Warman.
  17. Maharaja Sri Aji Dewa.
  18. Maharaja Mulia Putera.
  19. Maharaja Nala Pandita.
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa.
  21. Maharaja Dharma Setia.

Itulah sekilas sejarah singkat tentang Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura), sebagai kerajaan tertua di nusantara nan bercorak agama Hindu.



Menelisik Jejak Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

Sungai Mahakam di Kalimantan Timur jadi saksi bahwa di daerah ini pernah berdiri kerajaan tertua di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai . Kerajaan ini diperkirakan berpusat di Muara Kaman, tepian sungai terkenal (Mahakam) di salah satu provinsi terkaya Nusantara.

Awalnya, keberadaan Kutai “terendus” oleh para arkeolog ketika ditemukannya tujuh prasasti berupa tiang batu (yupa). Dari informasi nan ditulis dalam huruf pallawa tersebut, diketahui bahwa Kerajaan Kutai memiliki raja besar bernama Mulawarman nan beragama Hindu. Anak Raja Asmawarman nan juga beragama Hindu dan cucu Raja Kudungga nan masih beragama paganis (animisme-dinamisme). Karenanya, Kerajaan Kutai pun dinamakan sebagai Kerajaan Hindu pertama di Indonesia.

Dari prasati itu juga diperkirakan bahwa Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-5 (350-400 M). Bandingkan dengan kerajaan tertua lainnya di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Tarumanegara (358-669 M), Kerajaan Sunda (669-1579 M), atau Kerajaan Kalingga (abad ke-6 M). Jelas bahwa Kerajaan Kutai merupakan nan paling tua dalam sejarah.

Kerajan nan paling tua di Indonesia ini nan disebut Kutai bukanlah “nama resmi” kerajaan tersebut. Nama sebenarnya masih menyisakan misteri. Kutai ialah nama nan disematkan oleh para arkeolog sebab didasarkan pada loka prasasti (yupa) itu ditemukan. Termasuk, kapan dan bagaimana Kerajaan nan paling tua di Indonesia ini berakhir. Miskinnya informasi nan dimiliki membuat para arkeolog hanya memperkirakan Kerajaan Kutai berakhir sebab kalah perang dan digabung dengan kerajaan penakluknya, yaitu Kerajaan Kutai Kartanegara (abad ke-14 M).



Kerajaan Kutai Kartanegara

Kerajaan Kutai Hindu pada abad ke-5 Masehi juga dinamakan Kerajaan Kutai Martadipura (Kutai Lama). Sementara itu, kerajaan penakluknya bernama Kutai Kartanegara nan mulai eksis dengan raja pertamanya, yaitu Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Jika Kerajaan Kutai Martadipura ada di seberang Kota Muara Kaman tepian Sungai Mahakam, Kutai Kartanegara pun terletak tidak jauh dari Mahakam, yaitu di Tepian Batu. Akibatnya dapat ditebak, terjadi persaingan antara kedua kerajaan tersebut nan mencapai puncak dengan aksi saling serang (perang) pada abad ke-16.

Sengketa nan terjadi antara kedua kerajaan ini berakhir ketika Kerajaan Kutai Kartanegara di bawah rajanya, Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa, sukses menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Sejak saat itu pula, nama kerajaan diubah menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Satu abad kemudian, Islam masuk ke Tanah Borneo dan resmi menjadi agama kerajaan. Nama-nama islami pun kemudian banyak digunakan oleh para raja dan keluara kerajaan. Begitupun, panggilan kehormatan bagi raja diganti menjadi sultan. Tercatat raja pertama nan mengganti gelarnya menjadi sultan ialah Sultan Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778).

Setelah beberapa kali mengalami perpindahan ibukota kerajaan, Kerajaan Kutai Kartanegara akhirnya memilih Tenggarong (1782) sebagai ibukota kerajaan baru hingga masa kolonial (Belanda dan Jepang) dan masa kemerdekaan Indonesia. Kerajaan Kutai pun berintegrasi dengan Republik Indonesia. Para raja masih tetap ada, namun tak memiliki kekuasan mengatur wilayahnya.

Seiring perkembangan zaman, muncullah kerajaan-kerajaan baru nan berdiri di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Kita tentu saja mengenal kerajaan Majapahit, kerajaan Sunda Galuh, kerajaan Kediri, kerajaan Mataram Kuno, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Pajang, kerajaan Demak dan masih banyak lagi kerajaan nan ada di Indonesia. Dari sini kita dapat melihat betapa tingginya semangat juang dan kepemimpinan bangsa Indonesia, nan sudah ditempa sejak ratusan tahun nan lalu. Bukan itu saja, berbagai strategi dan trik pemerintahan sudah diterapkan oleh masing-masing raja nan berkuasa pada masanya. Itu berarti kita mewarisi nilai-nilai kepemimpinan dari raja-raja terdahulu.

Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepantasnya lah kita menghargai peninggalan-peninggalan sejarah sebagai asal mula bangsa ini. Rakyat nan bijaksana ialah rakyat nan menghargai sejarah bangsanya. Tidak sedikit generasi saat ini nan tak mengerti dengan sejarah bangsa sendiri. Bahkan jika ditanya apa saja kerajaan nan pernah berdiri di Indonesia, belum tentu semuanya dapat menjawab dengan benar. Terlebih lagi jika ditanya rangkaian peristiwa sejarah nan melingkupi semua kerajaan-kerajaan nan ada di masa lalu. Mengetahui sejarah berarti kita mengenal diri kita sendiri. Menjaga kelestarian bangsa bukan hanya dengan melindungi peninggalan sejarah dalam wujud materi saja, tetapi juga dalam wujud non materi.

Bangsa nan besar ialah bangsa nan menghargai nilai luhur nan dianut oleh bangsanya. Bagaimana cara kita menghargai nilai luhur nan dianut tersebut, dapat dilihat dari sejauh mana kita menghargai sejarah bangsa. Bahwa bangsa ini ada bermula dari kepingan sejarah dari masa silam nan sarat akan perjuangan nan menjadi landasan buat memajukan kehidupan bangsa nan lebih baik lagi.