Cara Mengurangi Tren Seniman Bunuh Diri

Cara Mengurangi Tren Seniman Bunuh Diri

Hingar-bingar global keartisan telah membuat banyak mata di seluruh pelosok negeri memimpikan ikut tenar bak seniman nan terlihat kehidupannya begitu menyenangkan. Sungguh tiada disangka, ternyata global seniman nan penuh dengan keglamoran, persaingan, hingar-bingar, dan tekanan jam tayang membuat kehidupan para seniman seringkali mengalami stres nan cukup hebat. Bahkan, kita mungkin pernah mendengar tentang warta seniman bunuh diri .



Penyebab Trend Seniman Bunuh Diri

Tak banyak nan menyadari, kehidupan para seniman nan kadang terlihat ‘wah’ ternyata banyak menyisakan luka menganga. Hingga bukanlah suatu hal nan mengherankan jika ternyata banyak nan tak kuat menghadapi tekanan hayati dan akhirnya banyak seniman bunuh diri.

Seringkali tindakan seniman bunuh diri di beberapa belahan global mempunyai banyak motif penyebabnya. Sebuah tindakan mengakhiri kehidupan sendiri tanpa donasi orang lain atau kita sebut bunuh diri kadang dimulai dari rasa amat bersalah nan dalam sebab merasa tak mampu mencapai apa nan dicita-citakan.

Artis bunuh diri kadang juga dapat dipicu perasaan malu nan teramat besar nan membuatnya tak mampu membangun kepercayaan diri kembali. Sifat tertutup dan tiadanya teman dekat nan mampu mendengarkan keluh kesahnya, membuatnya rentan melakukan bunuh diri. Sehingga berdasarkan penilaian tentang penyebab seniman bunuh diri ialah sebab adanya egoistic suicide atau bunuh diri sebab urusan pribadi.

Secara umum, motif seniman bunuh diri ialah sebagai berikut:

  1. Dilanda rasa putus harapan nan mendalam hingga dalam tingkat depresi nan cukup berat.
  2. Tekanan lingkungan, fans juga papararazi nan menguak kehidupan pribadi mereka nan mungkin jauh dari tindakan bermoral. Hal ini sebab perasaan malu nan didukung kepribadian tertutup nan mereka miliki.
  3. Gangguan psikologis nan mengarah pada penyakit gila. Dapat jadi hal ini sebab faktor keturunan ataupun sebab ketidakmampuan mengelola emosi negatif.
  4. Turunnya pamor mereka dampak faktor usia dan persaingan karier di global hiburan nan begitu ketat. Bagaimanapun, global seniman di masa kini bak persaingan bisnis di masa pasar bebas. Siapa nan kuat, maka dialah nan bertahan. Global keartisan seringkali tidak ramah meskipun terlihat memukau latif dari kejauhan.
  5. Ketenaran mereka sebagai seniman tak diikuti dengan kematangan dalam ilmu dan kekuatan iman. Saat ini, sangat dimungkinkan buat tenar menjadi seniman dengan masa nan amat singkat dan cara nan tak rumit.
  6. Himpitan ekonomi seiring berkurangnya ketenaran membuat mereka tak siap meninggalkan global hiburan nan penuh keglamoran. Artis-artis nan beranjak tua kadang sudah mulai tak menarik di global hiburan. Masa ketenaran seorang artiskadang hanya sekejab saja. Para seniman nan tak sadar buat mempersiapkan masa-masa sulit dalam ekonomi mereka dampak turunnya pamor sebagai suatu hal nan generik dalam hukum alam menjadikan mereka frustasi.
  7. Penderitaan sebab penyakit nan terus menerus. Global seniman nan dipenuhi dengan kebebasan dalam gaya hayati sering menjadikan para seniman akhirnya mengalami penderitaan AIDS dan pecandu narkoba.

Dari beberapa peristiwa seniman bunuh diri nan terjadi, ditemukan bahwa sebagian besar seniman bunuh diri ialah seniman wanita. Sebagai makhluk nan perasaannya mudah menjadi sensitif, para seniman wanita ini dapat jadi merasa stres sebab penderitaan batinnya sebagai imbas dari perasaan patah hati, putus harapan sebab masa depannya kelihatan suram, sedangkan batinnya kosong tanpa cahaya iman kepada Tuhan nan memberikan kesempatan kehidupan kepada manusia.

Sebagai seniman nan dikenal masyarakat, para seniman ini biasanya bukan orang nan tertekan secara ekonomi. Mereka mungkin punya uang, kehidupan nan mewah, punya kedudukan, punya nama tenar, diidolakan orang, namun ternyata mereka tak berbahagia.



Hal-Hal Lain Yang Memicu Seniman Bunuh Diri

Hidup dalam kontrak kerja menjadikan para seniman hayati dengan tuntutan waktu nan penuh pada pekerjaan mereka. Hal ini seringkali membuat mereka tak mempunyai waktu nan bebas buat kehidupan pribadi. Ini sebab mereka memiliki jadwal pekerjaan nan cukup padat, belum lagi tuntutan manajemen seniman dari agensi agar mereka menjaga gambaran sebagai artis.

Bahkan dalam rangka memuluskan karier para artis, ada agensi nan begitu tega menentukan dengan siapa sang seniman diperkenankan buat berkencan. Semua hal ini membuat mereka merasa lelah sebagai seniman dan lebih memilih bunuh diri.

Pergaulan dan sex bebas nan seringkali menyertai kehidupan glamor para seniman memungkinkan mereka mengalami pelecehan seksual ataupun kekerasan seksual. Tekanan keadaan ini seringkali membuat para artis bunuh diri terutama nan wanita.

Kekerasan seksual ini juga seringkali dihubungkan dengan teknik buat memperlancar karier mereka sebagai artis. Bahkan, ada agensi seniman nan benar-benar tak punya rasa humanisme dengan memaksakan para seniman mereka buat menjual diri pada kolega-kolega rumah produksi nan menaungi para seniman tersebut.

Fenomena Seniman bunuh diri paling banyak terjadi pada seniman Korea. Menurut pakar psikologi, hal ini terjadi dampak budaya “Yan” nan dianut masyarakat, yaitu sikap buat tetap tabah dan diam meskipun orang Korea sedang dalam keadaan marah.

Apalagi para seniman nan menjadi figur masyarakat, tentu konsep pencitraan ini dilakukan dengan lebih ketat, mengingat seringnya warta negatif dalam bentuk gosip nan menimpa mereka. Ketidakmampuan para seniman ini buat bertahan menghadapi kondisi nan sulit membuat seniman bunuh diri sebab merasa putus asa.

Karakter tertutup nan dimiliki para seniman kadang menyebabkan mereka malu jika hal pribadi mereka diketahui oleh orang lain. Kadang mereka tidak punya sahabat buat berbagi, sedangkan buat pergi ke psikolog ataupun pergi ke psikiater mereka teramat malu.

Faktor agama dan kepercayaan pada Tuhan juga dapat memicu tindakan seniman bunuh diri. Global seniman nan penuh keglamoran dan menjunjung tinggi sekularisme amat menentukan tindakan ini.

Paham sekularisme nan memisahkan kepentingan kehidupan global dengan kehidupan beragama menjadikan para seniman kadang kurang mempercayai keberadaan Tuhan dalam menentukan takdir kehidupan mereka. Dalam keadaan frustasi, mereka tak mampu merasakan afeksi Tuhan dalam cobaan hayati nan mereka alami.

Faktor kepercayaan akan adanya reinkarnasi yaitu sebuah perjalanan kehidupan kembali setelah kematian juga mendorong tindakan seniman bunuh diri. Kepercayaan ini membuat para seniman nan berniat bunuh diri mempunyai kesamaan buat mengharapkan kehidupan nan lebih baik pada kehidupan mereka setelah mati, daripada nan mereka alami saat ini.



Cara Mengurangi Tren Seniman Bunuh Diri

Trend seniman bunuh diri harus segera diatasi. Sangat mengkhawatirkan jika terjadi seniman bunuh diri sedangkan kesamaan para fans juga penggemar para seniman meneladani sikap para idolanya. Berikut ialah beberapa cara nan dapat dilakukan buat mengurangi tren seniman bunuh diri ini.

  1. Perlu edukasi dan juga motivasi diberikan kepada segala lapisan masyarakat buat kuat menjalani segala problema kehidupan. Bahwa bunuh diri bukanlah sebuah jalan nan terang buat menyelesaikan permasalahan.
  2. Hendaknya media massa tak lantas membuat berlebihan warta seniman bunuh diri, nan menjadikan tindakan peniruan pada masyarakat juga para seniman junior lainnya. Trend seniman bunuh diri di Korea sempat disinyalir terinspirasi oleh peristiwa seniman bunuh diri nan bernama Lee Eun Joo.
  3. Lebih ditingkatkan tindakan edukasi keagamaan agar keimanan para seniman meningkat. Kepercayaan nan inheren di dalam hati sebenarnya ialah pilar paling primer dalam mengendalikan dan mencegah tindakan seniman bunuh diri. Peristiwa tak dibenarkan oleh agama, terutama dalam ajaran Islam.
  4. Para pemilik Production House (PH) hendaknya juga menyediakan jasa psikiater buat mengurangi stress di kalangan seniman nan merena naungi.
  5. Para pemilik Production House (PH) hendaknya lebih manusiawi dalam menangani para artis.
  6. Masyarakat nan sedang bercita-cita menjadi seniman harus mempersiapkan mental dan spiritual agar siap menghadapi tantangan kehidupan pada global artis. Jangan sampai ketika cita-cita mereka menjadi seniman terkabul, mereka lantas menjadi seniman bunuh diri.

Fenomena artis bunuh diri ini tentu bukanlah hal nan bisa dibanggakan. Kita sebagai orang awam hendaknya menyikapinya dengan bijak. Bukan hanya seniman saja, orang awam juga ada nan bunuh diri sebab tak tahan menghadapi tekanan hidup. Yang krusial kita harus selalu berpegang teguh kepada Tuhan dalam menghadapi kehidupan nan naik turun.