Keanekaragaman Taraf Gen

Keanekaragaman Taraf Gen

Dalam katalog-katalog dan berbagai artikel keanekaragaman hidup , kita bisa mengetahui bahwa keanekaragaman makhluk hayati sangatlah bervariasi. Dalam proses kelangsungan hidup, keanekaragaman hidup sangatlah diperlukan sebab makhluk hayati saling bergantung satu sama lain. Dengan kata lain, keanekaragaman hidup bisa dimanfaatkan bagi kepentingan manusia dan makhluk lainnya.

Keanekaragaman hidup nan disebut juga Biodiversitas ini dapat menunjukkan keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hayati nan terjadi dampak adanya disparitas dari warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.

Dalam taraf nan lebih tinggi, keanekaragaman hidup ini tak hanya menunjukkan variasi morfologis makhluk hayati nan ada di bumi, tapi juga lebih kepada disparitas kehidupan nan dilakukan oleh ragam makhluk hayati tersebut.

Oleh sebab itu, mempelajari keanekaragaman hidup merupakan pembelajaran mengenai variasi bentuk dan kehidupan berbagai makhluk hayati sehingga dapat menimbulkan persepsi kebergantungan satu sama lain antarmakhluk hayati tersebut.

Tingkat Keanekaragaman Makhluk Hayati

Keanekaragaman makhluk hayati di suatu ekosistem akan berbeda pula dengan ekosistem nan lain. Makhluk hayati dalam satu ekosistem pun tak akan terdiri dari satu jenis tumbuhan dan hewan, namun majemuk jenis, bentuk, warna, dan sebagainya. Misalnya di padang rumput, kita akan menemukan berbagai macam hewan: serangga, singa, rusa, dll.

Hal tersebut disebabkan oleh keanekaragaman hidup bisa terjadi pada berbagai taraf kehidupan makhluk di muka bumi ini. Dari mulai organisme nan berstruktur tubuh sederhana samapai makhluk nan memiliki struktur tubuh nan kompleks. Dari klarifikasi di atas, kita akan menemukan tiga strata keanekaragaman makhluk hidup, yaitu keanekaragaman pada taraf ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman gen.



Keanekaragaman Taraf Ekosistem

Keanekaragaman pada taraf ekosistem ini bisa ditunjukkan dengan adanya ragam atau variasi dari ekosistem di tataran biosfer. Misalnya saja, ada nan dinamakan ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun, dan lain-lain nan masing-masing memiliki organisme nan khas buat menunjukkan disparitas tiap ekosistem.

Lingkungan hayati terdiri dari atas:

  1. lingkungan biotik, nan meliputi hewan bersel satu sampai makhluk nan bersel banyak.
  1. lingkungan abiotik, nan meliputi faktor fisik seperti iklim, cahaya, batu, dan tanah.

Interaksi antara lingkungan biotik dan abiotik akan membentuk sebuah ekosistem, nan saling melakukan timbal balik. Disparitas taraf ekosistem disebabkan adanya disparitas letak geografis pada setiap ekosistem, nan menyebabkan adanya disparitas iklim.

Contohnya, di daerah dingin tak ada pohon nan tumbuh. Hanya ada jenis lumut. Hewan nan dapat hayati di daerah ini ialah rusa kutub dan beruang kutub. Sedangkan di daerah tropis, nan memiliki hutan tropis terdapat berbagai macam jenis binatang, seperti serangga, ular, dll. Atau bahkan di wilayah gurun pasir, kita akan menemukan hewan khas nan hanya terdapat di wilayah tersebut, yakni unta. Dengan demikian, kita akan sangat mudah membedakan binatang gurun dengan bukan binatang gurun.

Hal tersebutlah nan meruapakan keanekaragaman hidup pada tataran ekosistem. Tiap hewan atau tumbuhan nan berada di wilayah tertentu, akan menyesuaikan bentuk tubuhnya agar dapat beradaptasi di lingkungan loka mereka tinggal. Itulah sebabnya ada disparitas fundamental antara binatang gurun dengan binatang kutub dilihat dari bentuk tubuh dan cara mereka hayati di loka tinggal masing-masing.



Keanekaragaman Taraf Jenis

Keanekaragam pada taraf jenis akan lebih mudah diamati sebab disparitas makhluk hayati pada taraf ini dapat ditunjukkan dengan adanya berbagai jenis makhluk hidup. Jenis-jenis tersebut dapat dibedakan menurut kelompok tertentu, baik itu hewan, tumbuhan, ataupun mikroba.

Yang dimaksud dengan keaneragaman taraf jenis ialah keanekaragaman nan ditemukan di antara makhluk hayati nan berbeda jenis. Contohnya dapat diamati pada hewan jenis primata. Walaupun masih dalam keluarga primata nan memiliki persamaan, namun masing-masing memiliki disparitas nan jelas misalnya: bentuk tubuh, rona rambut, makanannya, dan cara hidup. Disparitas tersebut nan akhirnya memisahkan anggota dalam primata menjadi spesies nan berbeda: Golira, kera, monyet, orang utan, simpanse.

Contoh lainnya dapat kita temukan pada spesies nan juga satu famili, yakni kucing dengan harimau. Keduanya memiliki karakteristik bentuk fisik nan sama dengan kemampuan memangsa makanan nan juga serupa. Keanekaragaman taraf jenis dapat diamati pula pada tumbuh-tumbuhan, sepertui kacang-kacangan. Banyak aneka jenis kacang, seperti kacang panjang, kacang merah, kacang polong, dan kacang buncis. Jenis kacang-kacang tersebut dapat dibedakan satu dengan nan lainnya. berdasarkan rona dan jumlah biji, bentuk batang, bentuk buah dan rasanya.

Atau kita juga dapat menemukan keanekaragaman tersebut dari bentuk dan kehidupan umbi-umbian. Antara bawang merah, bawang putih, dan jenis umbi lainnya nan memiliki karakter serupa namun dengan variasi bentuk dan rasa nan berbeda.



Keanekaragaman Taraf Gen

Gen ialah faktor pengatur sifat nan terdapat dalam sel makhluk hidup. Rona kulit, bentuk paras pada manusia akan berbeda dengan manusia nan lainnya. Gen diwariskan orangtua/ induk kepada keturunannya melalui persatuan sel kelamin jantan dan betina (perkawinan). Kombinasi kedua gen tersebut nan akhirnya akan menghasilkan susunan gen nan baru nan tak sama persis dengan induknya. Setiap sifat dan karakter organisme hayati di muka bumi ini dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan atau nan kita sebut dengan gen. Gen tersebut berasal dari satu dari induk jantan dan satu dari induk betina.

Keanekaragaman hidup pada taraf gen dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis makhluk hidup. Misalnya saja, variasi jenis anjing (herder, bulldog, kampung, cihua hua, dll.), variasi jenis kucing (persia, kampung, dll.), variasi tumbuhan kelapa (kelapa hijau, kelapa gading, dll.), dan masih banyak lagi variasi jenis hewan dan tumbuhan dari jenisnya masing-masing.

Variasi tersebut disebabkan oleh adanya gen fenotip, genotip, dan lingkungan. Jika genotip berubah sebab suatu hal, atau lingkungan nan berubah, maka akan terjadi perubahan pada fenotip nan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan fungsi bagian tubuh makhluk hayati atau nan kita temukan sebagai variasi hayati.



Keanekaragaman Hidup di Indonesia

Indonesia nan terletak di daerah nan beriklim tropis ini memiliki keanekaragaman hidup nan cukup kaya. Menurut data terkait jumlah flora dan fauna di Indonesia, terdapat sekitar 10 % spsesies tumbuhan, 12% spesies mamalia, 17% spesies burung, dan 16% spesies amfibi dan reptilia.

Dari jumlah presentasi tersebut, terdapat makhluk hayati nan bersifat endemik, yakni tak akan dapat ditemukan di daerah mana pun selain di Indonesia. Makhluk hayati tersebut ialah binatang komodo nan terdapat di Pulau Komodo, burung cendrawasih nan berasal dari Papua, burung maleo dari Pulau Sulawesi, anoa dari Pulau Sulawesi, dan kembang bangkai dari Pulau Sumatera.

Selain itu, keanekaragaman hewan di Indonesia juga dapat dilihat dari taraf persebarannya. Ada binatang nan termasuk ke dalam fauna Asia sebab berada di wilayah bagian barat Indonesia dan ada juga binatang nan termasuk ke dalam fauna Australia sebab berada di wilayah bagian timur Indonesia.

Jenis binatang nan terdapat di wilayah Indonesia bagian barat antara lain ialah gajah, kera, kerbau, babi hutan, rusa, dan macan. Dengan masing-masing karakteristik khas dari daerah tertentu. Misalnya saja, binatang khas Pulau Sumatera ialah tapir, gajah, badak bercula dua, harimau, dan orang utan. Sementara itu, binatang khas Pulau Jawa ialah badak bercula satu, harimau, dan banteng. Pulau Kalimantan memiliki binatang khas orang utan, badak bercula dua, beruang madu, dan kera berhidung panjang.

Di Indonesia bagian timur, kita dapat menemukan jenis burung dengan rona nan latif dan mencolok, seperti burung nuri, burung kasuari, burung cendrawasih, burung parkit, burung merpati berjambul, dan jenis hewan mamalia nan memiliki kantung seperti kangguru dan wallabi.

Dari gambaran artikel keanekaragaman hidup di atas, bisa disimpulkan bahwa variasi bentuk makhluk hayati ditentukan oleh tiga faktor, yakni ekosistem atau lingkungan loka mereka hidup, jenis, dan gen nan diturunkan oleh induk mereka.