Peran Hutan dalam Suatu Sistem Lingkungan

Peran Hutan dalam Suatu Sistem Lingkungan



Cintai Hutan Kita

Dengan adanya Poster Hutan kita bisa mengajak serta orang-orang di sekeliling kita buat bersama menjaga kelestariannya. Di seluruh dunia, hutan-hutan kita sedang mengalami krisis. Banyak tumbuhan dan binatang nan terancam kepunahan di dalamnya.

Dengan adanya poster hutan kita bisa mengajak pembaca buat ikut menjaga kelestarian hutan, sebab hutan merupakan rumah dari dua pertiga mahluk juga spesies tanaman dan binatang di seluruh dunia.

Melalui poster hutan kita bisa memberitahukan pada masyarakat tentang fungsi hutan itu sendiri, hutan ialah sumberdaya nan bisa menyediakan bahan-bahan kebutuhan dasar manusia, seperti sandang, pangan dan obat-obatan.

Melalui poster pohon pula, kita bisa mengajak orang buat ikut serta mencintai hutannya dengan cara mengajak buat menanam satu bibit pohon seminggu sekali.Dengan adanya pembukaan hutan, bisa memberikan kontribusi nan angat signifikan terhadap perubahan iklim (mengurangi pemanasan global), sebab fungsi hutan nan tidak lain ialah sebagai penampung karbon dioksida, habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah. Hutan ialah biofera nan paling krusial di muka bumi ini.

Poster hutan dengan motif nan beraneka ragam bisa mengajak masyarakat generik agar lebih peduli dalam membantu menjaga kelestarian hutan. Pilihan corak rona nan menarik, gambar nan sarat makna, dan kalimat isi nan persuasive bisa menjadi salah satu cara ampuh buat ikut menyadarkan orang lain akan pentingnya mencitai hutan.

Anak-anak merupakan salah satu target tepat buat mengenalkan fungsi hutan serta menanamkan sejak dini akan pentingnya kepedulian akan hutan. Ketertarikan anak-anak pada hal-hal baru perlu diarahkan ke jalan nan positif, salah satunya dengan mengenalkan hutan dan segala isinya, beserta fungsi dan kepentingannya. Agar kelak mereka akan menjadi generasi nan menjaga kelestarian hutannya.

Walau bagaimanapun, hutan merupakan amanah dari Tuhan buat kita jaga, dengan menjaganya kita tak saja bisa menjaga flora fauna nan terdapat di dalamnya, tetapi bisa juga menjaga keselamatan banyak manusia, mengapa?

Dengan menjaga hutan, berarti kita menjaga bumi kita dari bahaya banjir, tanah longsor, juga polusi udara. Karena fungsi hutan selain menyerap air, bisa menyerap gas beracun nan terdapat di muka bumi ini. Jadi mengapa tidak budayakan menanam pohon seminggu dari sekarang? Bukankah masa depan kita buat anak cucu kita juga, kalau tak kita rawat dari sekarang, kapan lagi?



Bahaya Kerusakan Hutan

Banjir nan terjadi di beberapa loka di Indonesia dampak kerusakan hutan. Banjir hanya salah satu dampak dari kerusakan hutan nan berdampak pada lingkungan hidup. Tidak hanya banjir pada musim hujan, bahaya kekeringan terjadi ketika musim kemarau datang.

Bila hutan masih terjaga dengan baik memiliki pohon-pohon nan rimbun, hutan bisa menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah genre sungai.

Hutan mengontrol fluktuasi debit air pada sungai sehingga pada saat musim hujan tak meluap dan pada saat musim kemarau tak kering. Di sini hutan berfungsi sebagai pengatur hidro-orologis bagi kehidupan manusia dan makhluk hayati lainnya.

Selain banjir dan kekeringan, masih banyak lagi akibat negatif dari kerusakan hutan. Kerusakan lingkungan hutan seperti ini merupakan kerusakan dampak ulah manusia nan menebang pohon pada daerah hulu sungai bahkan pembukaan hutan nan dikonversi dalam bentuk penggunaan lain.

Terganggunya sistem hidro-orologis dampak kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tak berfungsinya hutan buat menjaga tata air. Air hujan nan jatuh tak bisa diserap dengan baik oleh tanah, laju genre permukaan atau runoff begitu besar.

Air Hujan nan jatuh langsung mengalir ke bahari membawa berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir bandang dimana-mana nan menimbulkan kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat nan terkena dampaknya kehilangan mal dan rumah loka mereka berteduh dampak terbawa banjir bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa nan tidak ternilai harganya.

Pengertian dan definisi dari kerusakan hutan ialah berkurangnya luasan areal hutan sebab kerusakan ekosistem hutan nan sering disebut degradasi hutan ditambah juga penggundulan dan alih fungsi huma hutan atau istilahnya deforestasi.

Studi CIFOR (International Forestry Research) menelaah tentang penyebab perubahan tutupan hutan nan terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri perkayuan. Selain itu kegiatan illegal logging nan dilakukan oleh kelompok profesional atau penyelundup nan didukung secara illegal oleh oknum-oknum.

Pembukaan areal hutan buat dijadikan perkebunan kelapa sawit ditunding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan nan didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan ekuilibrium ekologis di areal tersebut.

Beberapa jenis satwa nan menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya akan berpindah mencari loka hayati nan lebih sesuai. Pembukaan huma buat perkebunan kelapa sawit pada areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan berdampak negatif terhadap emisi gas rumah kaca.

Hasil Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa akibat negatif dari perubahan penggunaan huma buat produksi bahan bakar botani atau biofuel. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada huma gambut, menyebabkan emisi karbon nan dihasilkan dari konversi huma memerlukan waktu ratusan tahun buat proses pemulihan seperti sedia kala.

Data kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini dampak disparitas persepsi dan kepentingan dalam mengungkapkan data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi di Indonesia menurut estimasi World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya.

Namun World Bank mengakui bahwa taksiran laju deforestasi didasarkan pada data nan lemah. Sedangkan menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%).

Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun dan lebih tinggi lagi data nan diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 ha per tahun nan sebagian besar ialah penebangan liar atau illegal logging. Sedangkan ada pakar kehutanan nan mengungkapkan laju kerusakan hutan di Indonesia ialah 1.080.000 ha per tahun



Peran Hutan dalam Suatu Sistem Lingkungan

1. Fungsi lindung

Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok sebagai konservasi sistem penyangga kehidupan buat mengatur tata air, mencegah banjir, mengembalikan erosi, mencegah intrusi air bahari dan memelihara kesuburan tanah.

2. Fungsi produksi

Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan buat kepentingan peningkatan devisa dan kesejahteraan masyarakat.

3. Fungsi perlindungan (perlindungan)

Dapat dikatakan sebagai fungsi pemeliharaan dan pengawetan keanekaragaman hidup dan ekosistem yaitu hutan menjadi suatu kawasan perlindungan yaitu kawasan dengan lingkungan nan baik, udara nan segar dan pemandangan nan latif seperti kawasan pelestarian alam (KPA) nan terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata. Kawasan suaka alam (KSA) terdiri dari cagar alam (CA), suaka marga satwa (SM), dan cagar biosfer (CB).

Pengaruh dunia di hutan tehadap sistem kehidupan

1. Pengaruh terhadap iklim

Hutan merupakan produsen terbesar dari oksigen dan Indonesia memiliki banyak hutan tropika basah sebagai penghasil terbesar oksigen.

2. Pengaruh terhadap curah hujan

Pengaruh hutan terhadap curah hujan sangat besar. Di negara-negara kepulauan, pengaruh curah hujan mencapai 60% dan di lautan 40%. Salah satu cara memperbaiki iklim kita ialah dengan memperbaiki hutan kita agar perubahan-perubahan iklim tak terlalu variatif seperti mencairnya es di kutub, pemanasan global.