Ciri Khas Keong

Ciri Khas Keong

Pernahkan Anda melihat makhluk melata ini? Bagi sebagian orang, keong dapat jadi sangat menjijikan. Tapi tahukah Anda, keong sebenarnya memiliki bermacam manfaat? Salah satu kegunaan nan dapat didapat dari keong ialah sebagai obat.

Penjelasan mengenai kegunaan keong ini akan diberikan pada bagian selanjutnya. Namun sebelum itu, akan dibahas terlebih dahulu pengelompokan berdasarkan anggaran taksonomi nan telah disepakati para ilmuwan di dunia.

Bila dilihat secara saksama, keong tergolong makhluk nan berjalan di atas perutnya. Cara hayati seperti ini menjadi salah satu karakteristik makhluk hayati nan termasuk ke dalam kelas gastropoda. Secara umum, keong termasuk ke dalam filum mollusca. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel taksonomi keong berikut ini.

Kerajaan : Animalia
Fillum : Mollusca
Kelas : Gastropoda

Bila dilihat lebih detil lagi, keong (termasuk mollusca pada umumnya) digolongkan ke dalam makhluk hayati tidak bertulang belakang (inverterbrata). Inverterbrata ialah golongan hewan nan tak memiliki struktur tulang belakang. Di dunia, di antara makhluk hayati nan telah diidentifikasi, 95 % di antaranya termasuk ke dalam inverterbrata.

Bila dilihat potensi sebarannya, makhluk inverterbrata (keong salah satunya) perlu dikaji secara mendalam. Tentunya, makhluk-makhluk tersebut memiliki peranan dan fungsi nan khas nan berbeda dengan makhluk hayati lainnya. Salah satu makhluk inverterbrata nan berguna buat manusia ialah cacing.

Cacing berguna buat menggemburkan tanah nan digunakan buat pertanian. Cacing tersebut juga berguna buat “menyediakan” zat hara nan berguna buat pertumbuhan tanaman. Total populasi nan begitu besar menyebabkan variasi nan juga beragam. Keong memiliki keunikan pada cara mereka berjalan. Mereka berjalan dengan lambat dengan atau tanpa cangkang. Umumnya, cangkang ini tumbuh ketika keong sudah mencapai usia dewasa. Namun, terdapat beberapa ras nan tak memiliki cangkang sama sekali.



Habitat Keong

Habitat keong pun bermacam-macam. Para pakar berpendapat habitat keong bisa dibagi ke dalam dua jenis, yakni habitat alami dan habitat non-alami. Habitat alami terdapat di beberapa loka alami seperti hutan dan tempat-tempat nan belum terjamah oleh manusia. Umumnya, keong nan hayati di habitat alami ini memanfaatkan sisa-sisa tanaman seperti ranting, daun, dan bagian pohon lainnya buat bertahan hidup.

Keong mendapatkan asupan makanan nan didapat dari rembesan air dan alur-alur nan terdapat dalam jatuhan daun, ranting, dan batang pohon nan sudah mati. Sementara itu, habitat non-alami terdapat pada tempat-tempat nan sudah dihuni, dimodifikasi, atau minimal telah ditempati oleh manusia.

Tempat-tempat nan menjadi primadona bagi keong ialah bekas-bekas sawah nan becek dan lembap. Selain itu, umumnya para keong akan lebih suka hayati di daerah nan tak terlalu kering meskipun daerah tersebut telah dimodifikasi oleh manusia.

Keong juga biasa dijumpai di lapangan rumput nan basah / becek. Pada umumnya, makhluk-makhluk nan tergolong ke dalam phylum mollusca hayati di laut. Namun, beberapa hewan nan termasuk ke dalam golongan ini juga bisa ditemui di air segar maupun darat. Keong dan siput termasuk ke dalam hewan nan hayati di darat. Mollusca merupakan makhluk nan diliputi tubuh lembek.



Keong - Mollusca nan Hermaprodit

Oleh sebab itu, para pakar menamakan hewan ini dengan nama mollusca nan artinya lembek. Keong, sebagaimana hewan mollusca lainnya, dibagi ke dalam 3 bagian tubuh yakni foot, visceral mass, dan mantle. Foot biasanya digunakan buat bergerak. Visceral mass di sisi lain, merupakan bagian nan paling banyak memuat organ-organ internal keong.

Sementara itu, mantle merupakan bagian dari keong nan menghubungkan visceral mass dan loka keong melakukan sekresi. Ciri keong lainnya nan cukup menarik ialah ketidakjelasan jenis kelamin keong. Keong dikelompokan ke dalam hewan hermaprodit.

Hermaprodit maksudnya hewan banci. Mereka memiliki kelamin pejantan dan betina sekaligus. Namun, ciri keong ini agak berbeda dengan hewan mollusca lain nan lebih jelas jenis kelaminnya. Keong masuk ke dalam famili gastropoda pada phylum mollusca. Hampir tiga perempat anggota phylum ini termasuk ke dalam jenis gastropoda.

Oleh sebab itu, eksistensi gastropoda akan secara langsung memengaruhi eksistensi mollusca itu sendiri. Terdapat peristiwa unik pada proses perkembangan hewan “berjalan perut” ini. Peristiwa itu dinamakan dengan torsi. Peristiwa torsi pda keong ini terjadi ketika proses perkembanga embrio.

Ketika fase ini, bagian anus nan terdapat pada bagian visceral mass keong memutar sejauh 180 derajat. Perputaran itu mengakibatkan posisi anus lebih atas dibandingkan posisi mulut dari makhluk gastropoda. Pada keong, akan terlihat bahwa anus terletak lebih atas dibandingkan mulut mereka. Ciri ini sangat unik dan khas hanya buat kelas gastropoda (bila dibandingkan kelas lain pada phylum mollusca).

Selain itu, terdapat perubahan pada beberapa organ nan terdapat pada bagian visceral mass keong. Beberapa organ tereduksi dari segi ukuran dan bahkan menghilang pada proses perkembangannya.



Ciri Khas Keong

Ciri khas keong nan tak bisa dipisahkan ialah cangkang nan berbentuk spiral nan meliputi bagian tubuh keong. Cangkang tersebut berkembang secara terpisah dan sama sekali tak berkaitan dengan perkembangan tubuh keong , seperti pada peristiwa torsi. Umumnya, cangkang keong berbentuk spiral.

Cangkang ini digunakan sebagai pelindung ketika ancaman mengintai keong. Kandungan primer dari cangkang ini ialah kalsium karbonat nan cukup kuat buat melindungi keong dari sergapan predator alami keong.



Manfaat Keong

Bila Anda masih beranggapan bahwa keong hanya makhluk nan menjijikan dan tak memiliki kegunaan sama sekali bagi manusia, sebaiknya asumsi tersebut harus dibuang jauh-jauh. Beberapa jenis keong memang sangat beracun dan tak boleh dikonsumsi.

Namun, tak sedikit pula jenis keong nan memiliki kegunaan bagi manusia khususnya buat menambah asupan gizi nan tak didapatkan pada makanan lain. Salah satu jenis keong nan cukup populer di daerah pedesaan ialah tutut (keong sawah).

Hewan mungil ini sekilas tak terlalu lezat buat dimakan. Namun siapa sangka, hewan ini sangat populer sebab rasanya nan luar biasa, khususnya buat mereka nan tinggal di daerah pedesaan. Ukuran tubuhnya nan kecil, berwarna kecoklatan, sering dijumpai di daerah pesawahan. Pengolahan tutut (keong sawah) ini cukup beragam. Salah satu caranya ialah dengan direbus menggunakan bermacam rempah-rempah seperti sereh, laja dan tentu saja santan kelapa.

Ilmuwan menemukan bahwa kandungan nutrisi keong sawah ini sangat tinggi. Nutrien nan umumnya dijumpai pada keong emas ialah protein dan kalsium. Kandungan protein nan tinggi tersebut, dapat dijadikan asupan alternatif nan murah meriah. Masyarakat tak lagi bergantung dengan asupan protein dari daging sapi atau ayam nan harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keong.

Selain tutut (keong sawah), jenis keong nan banyak dikonsumsi dan bisa dijadikan panganan alternatif bagi masyarakat ialah keong mas. Sebagaimana keong sawah, keong mas juga memiliki kandungan protein nan cukup tinggi. Berdasarkan analisis proksimat (analisis komposisi nutrient), daging keong mas memiliki kandungan protein hampir 50 % (16 – 50 %).

Kandungan kalsium juga sangat tinggi pada daging keong mas. Selain itu, kandungan asam omega 3, 6, dan 9 dipercaya juga terkandung dalam daging keong mas ini. Dengan kandungannya tinggi, sebenarnya keong mas ataupun keong sawah bisa dijadikan sumber alternatif pakan bagi hewan lain, tak hanya menjadi sumber makanan bagi manusia.

Teknik pencampuran keong pada pakan ternak ternyata bisa meningkatkan mutu baik itu kualitas maupun kuantitas ternak hewan. Karena harganya nan nisbi tak terlalu mahal, pakan nan dicampur dengan keong bisa meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Bahkan nan paling krusial buat diperhatikan ialah penambahan ransum keong pada pakan ternyata meningkatkan retensi protein, retensi lemak, dan pertumbuhan harian hewan ternak.