Nilai Budaya Lokal Masyarakat Indonesia

Nilai Budaya Lokal Masyarakat Indonesia

Jika kita melihat majemuk kebudayaan nan ada di Indonesia, mungkin ada saatnya bila kita sangat heran dan penasaran mengenai asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

Ada nan berpendapat bahwa Indonesia merupakan bangsa nan terkumpul dari aneka suku nan ada di dunia, ada juga nan berpendapat bahwa bangsa Indonesialah nan justru mengisi seluruh daerah di dunia.

Oleh sebab itulah, banyak dari kita, terutama kalangan akademis nan memilih buat mencari tahu asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia. Dengan mengetahui hal tersebut, diharapkan jika kita dapat memperdalam akar kebudayaan nan menjadi asal usul kehidupan kita.

Dengan akar kebudayaan nan pasti, sudah dapat dijelaskan bagaimana akibat positif ke depannya kelak. Manusia Indonesia akan lebih menghargai disparitas nan muncul dari tiap suku dan adat istiadat sehingga tak ada lagi perselisihan nan terjadi hanya sebab perbedaan.

Dengan mengetahui asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia, kita juga dapat mengaplikasikan ‘Bhineka tunggal Ika’ dengan lebih saksama sehingga apa nan dikemukakan dalam slogan tersebut bukan hanya menjadi bualan semata.



Tiga Inovasi Mengenai Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia sebenarnya sudah mulai diteliti sejak lama. Dari mulai pakar sejarah, antropologi, hingga pelaku budaya melakukan berbagai riset buat menemukan siapa nenek moyang manusia Indonesia sebenarnya.

Para pakar berbeda pendapat tentang asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia . Namun, hampir semua versi memiliki setidaknya tiga persamaan nan mereka sepakati tentang asal usul ini. Adapun tiga persamaan tersebut ialah sebagai berikut.



1. Leluhur Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Pendatang

Para pendatang tersebut tak berasal hanya dari satu loka saja, namun dari beberapa loka berbeda. Waktu kedatangannya pun tak dalam waktu bersamaan, tetapi terpisah dalam kurun waktu nan lama.

Oleh sebab itulah, manusia Indonesia tak memiliki karakter fisik nan sama dalam satu bangsa seperti halnya bangsa lain nan memiliki karakter tersebut. Masyarakat Indonesia cenderung memiliki banyak karakter pertubuhan sehingga sulit dikatakan mana karakter paras orang Indonesia orisinil nan sebenarnya.



2. Teori Out of Yunan

Teori ini menyatakan bahwa di masa neolitikum (2000 SM hingga 200 SM) telah terjadi migrasi besar-besaran secara bergelombang dari Asia sebelah Utara menuju Asia bagian Selatan. Mereka kemudian hayati menyebar mulai dari Madagaskar di Afrika, Pulau Paskah di Chili, Kepulauan Formosa di Taiwan, hingga ke Selandia Baru.

Teori ini dicetuskan pertama kalinya oleh arkeolog dari Austria, yaitu Robern Barron von Heine Geldern (1885-1968) berdasarkan temuan benda-benda arkeolog kebudayaan megalitikum nan ternyata memiliki persamaan di Asia Tenggara dan beberapa wilayah di bagian Pasifik lainnya.

Pendapat Geldern ini diperkuat oleh Willem Smith nan membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa nan digunakannya, yaitu bangsa nan berbahasa Togon, bangsa nan berbahasa Jerman dan bangsa nan berbahasa Austria. Bahasa Austria dibagi 2, yaitu bangsa nan berbahasa Asia dan bahasa Austronesia. Bangsa-bangsa nan berbahasa Austronesia mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.

Drs. Mohamad Ali pakar sejarah dari Indonesia mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, China Selatan. Mereka datang secara bergelombang. Gelombang I terjadi sekitar 3000 SM – 1500 SM, dengan menggunakan bahtera bercadik satu, sedangkan pada kedatangan berikutnya di gelombang II pada 1500 SM – 500 SM, dengan menggunakan bahtera bercadik dua.



3. Teori Persebaran Ras

Teori ini menjelaskan peristiwa jauh sebelum teori ” Out of Yunan ” di atas, yaitu persebaran ras di Indonesia nan telah terjadi sejak zaman es. Zaman es terakhir terjadi sekitar 6.000 tahun nan lalu. Pada masa itu Indonesia bagian barat masih manunggal dengan benua Asia sedangkan daratan bagian timur manunggal dengan benua Australia. Setelah masa zaman es berakhir, dimulailah migrasi manusia ke berbagai daerah di Nusantara, nan terdiri atas:

a. Ras Mongoloid

Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid) mereka menempuh perjalanan darat dari Mongolia – Vietnam – Laos – Thailand – Malaysia – Singapura – Indonesia bagian barat. Pada perkembangan selanjutnya, daratan nan semula menyatu kemudian terpisahkan oleh laut, sehingga terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Daratan nan menjadi lautan disebut gambaran sunda.

b. Ras Austroloid

Manusia ras Austroloid ini berpusat di Australia, dengan perjalanan darat mereka pindah dan menetap di Indonesia bagian Timur (Papua). Selanjutnya, daratan nan tadinya menyatukan Papua dengan Australia terpisahkan sehingga terbentuklah gambaran sahul.

Jadi, pada awalnya itu ras nenek moyang bangsa Indonesia ialah ras Mongoloid dan ras Austroloid.



Misteri Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

Dari tiga inovasi nan telah dijelaskan di atas, belum ada kepastian nan jelas mengenai apakah manusia Indonesia memang benar-benar keturunan bangsa Yunan, atau hasil perpecahan kebudayaan nan kemudian muncul sebagai ras Mongoloid?

Hal tersebut mungkin akan menjadi rahasia hingga akhirnya ada salah seorang pakar antropologi, kebudayaan, atau sejarah nan mampu menguak kebenaran mengenai asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia ini.

Namun, nan perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia saat ini bukan hanya mengenai asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia saja. Ada hal krusial nan harus dipahami dari ini semua.

Kendati disparitas watak, karakter, pertubuhan, dan adat istiadat sangat kental di negara Indonesia ini, namun hal tersebutlah justru nan menjadi daya taruk para wisatawan asing buat menengok serta menjelajahi negeri ini.

Perbedaan tersebut akan mampu mengangkat masyarakat sekaligus bangsa Indonesia ke dalam wilayah budaya nan adiluhung sebab menyerap berbagai macam budaya dari tiap bangsa nan ada di dunia.

Afrika, Cina, dan Eropa manunggal dalam tubuh budaya Indonesia menjadi beberapa bentuk budaya lokal nan kaya akan pengetahuan dan wawasan primordial. Semua hal itu sebetulnya ialah kapital besar nan dimiliki bangsa Indonesia buat dapat mempersatukan seluruh ras nan ada di dunia.

Indonesia dapat memberikan contoh nan baik kepada seluruh manusia di global tentang bagaimana mengenal diri sendiri lewat bangsa lain, serta bagaimana mengharagai bangsa lain melalui kaca pribadi masing-masing.

Misteri seperti inilah nan sebetulnya wajib direnungkan sebagai sebuah syarat kebudayaan nan maknanya jauh lebih tinggi ketimbang nilai historis nan dihasilkan dari hanya sebatas tahu asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia ini.



Nilai Budaya Lokal Masyarakat Indonesia

Sebenarnya, dari mana asal mula kita sebagai manusia tidaklah cukup berarti jika dibandingkan dengan apa nan dapat dilakukan manusia pada hari ini, hari esok, dan seterusnya.

Sejarah ialah sebuah nilai lebih nan dapat diketahui agar manusia dapat melakukan kontemplasi terhadap diri mereka sendiri sehingga dapat menjadi manusia nan lebih bermanfaat bagi kehidupan semesta.

Manusia Indonesia diberikan keberagaman berbagai hal, dari mulai budaya lokal, sumber daya alam, dan banyak hal lagi nan mungkin akan membuat negara lain iri sebab tak memiliki estetika seperti nan dimiliki oleh negara Indonesia.

Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti manusia Indonesia dapat menjadi sewenang-wenang dalam memperlakukan semesta kecil di negara kepulauan ini. Indonesia justru harus berhati-hati dalam mengolah budaya lokal nan sangat majemuk ini.

Sesuatu nan majemuk mungkin akan sangat latif jika dilihat secara sekilas, dari luar, dan tanpa usaha buat menyelaraskannya satu sama lain. Namun, dalam menjalani keberagaman tersebutlah akan muncul konflik nan dinamakan konflik budaya pada suatu wawasan berbudaya.

Manusia Indonesia dituntut buat cerdas dalam mengaplikasikan berbagai hal di dalam kehidupan. Tidak semua orang memiliki tabiat dan adat istiadat nan sama sehingga disparitas tersebut dapat menjadi kekayaan, namun dapat juga menjadi salah satu penyulut perselisihan apabila kita tak menyadari bahwa disparitas ialah sesuatu nan memang harus kita temui dalam kehidupan ini.

Dengan kata lain, kewajiban primer orang Indonesia saat ini bukanlah mencari asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia, melainkan menjadikan apa nan sudah ada di depan mata menjadi lebih baik dan terorganisasi dengan baik pula.

Perbedaan karakter dan keberagaman lainnya akan menjadi satu karakteristik khas nan wajib dipelihara dan dijunjung tinggi sebagai suatu nilai budaya nan adiluhung. Oleh karena itu, manusia wajib berbudaya agar dapat menjaga kebudayaan itu sendiri.